Chapter 1

158 9 14
                                    

Yuto memijat pelan keningnya. Pening melandanya setelah berjam jam matanya dipaksa melototi layar laptopnya tanpa henti sedang skripsinya tinggal beberapa minggu lagi. Dan. Ia harus menyelesaikan segalanya seminggu sebelum sidang itu dimulai. Ia benar benar akab sibuk beberapa minggu kedepan, dan ia berharap kedua orangtuanya yang tengah sibuk dengan pekerjaan mereka diluar negri segera kembali. Bukan apa apa, ia hanya yakin kalau ia akan repot dan waktunya untuk mengurus adik kembarnya akan terabaikan. Meski adik kembar yang dimaksud bukab anak balita yang benar benar butuh perawatan khusus tapi tetap saja baginya mereka tetap adik kecilnya yang butuh pengawasan dan perhatian lebih darinya.

Yuto mendesah sekeras yang dia bisa. Matanya yang terasa begitu lelah dibiarkan menyapu ruangan tengah yang jadi tempatnya saat ini. Ruangan yang biasa dijadikan tempat berkumpul itu tampak begitu sunyi. Detik jam yang menempel dibalik dinding putih rumah dengan fasilitas mewah itu sampai terdengat hingga ketelinga. Ternyata, ditengah kesunyian seperti ini rumah mewah yang saat ini hanya dihuni tiga oramg itu terasa begitu dingin dan menyeramkan.

Yuto mengusap tengkuknya, masih mengamati tiap sudut ruangan. "Ah, kenapa jadi terasa horor seperti ini ya?"  merasa tidak  lebih baik membiarkan penglihatannya kesana sini, yuto memilih untuk memfokuskan pandangannya kearah laptop kembali. Matanya sudah terasa begitu berat dan perih. Selain karna ngantuk yang mulai menguasai, cahaya yang tersoroy dari laptopnya juga cukup berpengaruh.

"Aishh, mata ini!" ia menggerutu akhirnya. Dikuceknya mata sipit itu. Sekuat apapun ia mempertahankan kinerja matanya tetap saja mata berwarna hitam kecoklatan itu menuntut untuk segera diistirahatkan. Ia mengubah sedikit posisinya. Menidurkan kepalanya diatas meja dan perlahan ia menutup matanya. Bunga tidur menjemput perlahan kesadarannya namun, belum sempurna jiwa itu melayang.....

Brukkk!!!

Ia terlonjak kaget. Matanya yang tampak merah itu kembali terbuka. Jantungnya tiba tiba berdegup kencang begitu suara yang iya yakini bersumber dari arah dapur itu mengusik indra pendengarannya. Ayolah, ini sudah tengah malam dan siapa yang membuat keributan didapur jam jam seperti ini?

Yuto menggelengkan kepalanya kuat kuat. Menepis segala pikiran buruk yang baru saja hinggpa dan hampir mencuci otaknya. Ah, ini efek karna terlalu banyak nonton filem berbau over sadistic, crime dan paikopat. Ia tidak percaya hantu, tapi dengan meningkatkan kewaspadaannya pemuda tinggi itu berjalan mengendap endap kearah dapur untuk memastikan siapa yang tengah berkutat diruangan yang biasanya menjadi wilayah kekuasaan ibunya itu. Setelah ibunya sibuk membantu ayahnya mengurusi perusahaan yang sedang melenjit itu, ruangan yang sudah dilengkapi peralatan masak serba modern itu tampak.sepi. Yuto lebih sering membeli dan memesan makanan ketimbang repot repot memasak. Meski salah satu adik kembarnya bisa memasak. Namun kesibukan sekolahnya akhir akhir ini juga membuatnya tak sempat lagi menyentuh peralatan dapur itu.

"Yak! Yabu Yuri!" Yuto berteriak ketika bola matanya menangkap sosok yang tengah berdiri didepan pintu kulkas yang sedang terbuka. Ia belum yakin kalau sosok yang saat ini tengah berdiri memunggunginya itu benar benar adik bungsunya. Teriakannya hanya untuk memastikannya saja.

Ia masih berdiam diri diambang pintu dapur mengantisipasi kalau sosok yang berdiri jauh dihadapannya itu bukan pembunuh berdarah dingin yang bisa membunuh dengan cara yang paling sadis. Ia tidak berani mendekat. Lagi lagi pikirannya terbang kemana mana. Ia takut ketika ia mendekat, sosok itu ternyata paikopat seperti dalam filem scream atau SAW yang pernah ditontonnya. Yuto bergidik ngeri.

"Ni-chan, sedang apa disini?"

"YAK!" kali ini teriakan Yuto terdengar dua kali lebih keras begitu seseorang menepuk bahunya dari belakang. Jangan lupakan suara khas bangun tidur yang berbisik ditelinganya mau tidak mau membuat bulu kuduknya merinding. Jantungnya nyaris meloncat dari rongga dadanya. Dalam satu gerakan Yuto membalikan badannya dan memastikan siapa yang baru saja membuatnya nyaris mati betdiri itu.

Wind Story (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang