(٣) awal

9 2 0
                                    

Hari terakhir di semester lima masa putih abu-abu Zalfa berakhir. Tak menyangka sudah 17tahun Zalfa didunia. Dan di semester lima ini Zalfa kembali menyabet juara umum. Tak heran jika banyak siswa yang mengenal Zalfa. Bagaimana tidak? Setiap pengumuman peringkat semester nama Zalfa selalu disebutkan di podium. Belum lagi jika Zalfa telah menyumbangkan trophy untuk sekolah. Tak heran kacamata Zalfa sangat tebal. Selain karena hobinya yang sering nonton film didepan laptop juga Zalfa termasuk anak yang rajin belajar. Terlebih lagi ketika mau ulangan hehe.
"Selamat ya faa"
"Congrat faa"
"Ngga bosen lu fa"
"Busetdah lu lagi"
Berbagai ucapan selamat dan pujian membanjiri kolom komentar Zalfa tatkala postingan yang Zalfa berupa foto Zalfa sedang menerima penghargaan dari kepala sekolah.

Dan yang paling membuat Zalfa terharu adalah ucapan dari ayah tercinta

"Selamat ya nduk, ayah bangga sekali sama kamu. Tetep andap ashor nggih, ampun gumede.. ayah nggak bisa ngasih apa-apa untukmu. Cuma doa ayah yang selalu ayah pinta untuk putri-putri ayah sebagai ganti dari doa ibumu" tak terasa air mata Zalfa menetes membanjiri pipi Zalfa dan membasahi kerudung coklat yang Zalfa kenakan.
"Nggih yah, maturnuwun. Ayah sudah mau mendoakan Zalfa juga Zalfa udah seneng banget" sambil sesenggukan menghapus airmata Zalfa.

Seketika ruang keluarga Zalfa berubah menjadi ruangan yang menggema Isak tangis menyeruak. Tangis bahagia seorang ayah yang mampu merawat putri-putrinya seorang diri, tangis bahagia si sulung atas didikan sang Madrosatul ulaa seorang ibu, tangis bahagia si bungsu yang bisa berada diantara keluarga panutannya.

"Wis wis kok malah Podo nangis sih putri ayah" ucap pak Man sambil menetralkan degup jantung dan suara isak tangis yang masih membekas.
"Pie Za? Mau lanjut kuliah dimana? Kalo menurut ayah sih, kamu nggak usah pergi-pergi merantau keluar kota disini saja temani ayahmu dan adikmu.. lagian disini juga banyak to PTN yang bagus-bagus" lanjut pak Man menyinggung masa depan Zalfa.

"Iya sih yah... Disini juga banyak unniv yang bagus-bagus, tapi Zalfa juga pengin belajar mandiri hidup di kota orang, lagian Zalfa nggak mau yang jauh-jauh, cukup di Purwokerto. Tempat kelahiran almarhumah ibu yah" jelas Zalfa

"Mbak za sekolah rene wae, ngancani ayah.. aku wae sing dolan rono ambek nggolek ilmu" sambung Syifa dengan nada bicara yang polos

Syifa emang pinter banget nyempil di pembicaraan mereka. Padahal tau juga engga ayah sama Zalfa lagi mbahas apa. Syifa Syifa... Kamu memang menjadi obat bagi keluarga kecil Zalfa.

"Nah pinter kamu Fa.. kamu kuliah di sini aja, biar adikmu yang cari ilmu disana. Kasian, adikmu perlu didikan yang lebih. Rencana ayah, adikmu bakal ayah masukin ke pesantren. Biar ada yang ngurus. Ayah kan sudah tua fa.. takut ngga bisa maksimal. Kalo di pesantren kan ada Bu ustadzah dan Bu nyai, jadi ayah bisa tenang fa.. lagian pesan ibumu kan ngaji, solat, Sinau.. kali pesan ibumu terlaksana kan ibu disurga lebih bahagia ya to?" Terang pak Man dengan begitu hati-hati agar kedua anaknya bisa mengerti apa yang beliau maksud.

Zalfa diam. Berusaha melumat segala perkataan ayah sebelum akhirnya perkataan itu ia telan. Dan Zalfa rasa itu cukup bagus. Agar adik Zalfa tidak seperti Zalfa, tentunya agar lebih berakhlak dari mbekayu nya ini. Zalfa juga tidak boleh egois. Zalfa sudah lebih banyak menerima didikan seorang ibu daripada Syifa. Jadi mau nggak mau Zalfa akan tetap disini. Di kota dimana Zalfa dilahirkan dan dibesarkan. Magelang.

"Nggih Zalfa sih setuju aja dengan pendapat ayah. Zalfa kembalikan lagi ke Syifa, apakah Syifa bersedia jauh dari keluarga?" Jawab Zalfa, ingin memastikan bahwa adiknya benar-benar siap untuk dimasukan penjara suci setelah lulus dari bangku sekolah dasar. Usia yang masih sangat kecil untuk bisa melalui ini. Tapi bagaimana lagi? Keputusan ayah juga pasti keputusan yang sudah benar-benar matang.

"Syifa seneng mbak malah iso mondok, ketemu konco-konco Akeh soko ngendi ora. Nggak kaya mbak Za yang cuma temenan sama mbak Liya dan mbak Killa saja" jawaban Syifa lolos membuatku kesal. Bener-bener sukses bikin Zalfa ketawa.

"Kamu itu.. bisa aja." Sambil mengacak-acak rambut alus nya Syifa.

✨✨

14 hari Zalfa akan berada dirumah. Tidak ada liburan akhir semester atau akhir taun yang direncanakan. Maraton drakor, nonton film di laptop, nganter barang pesanan pelanggan. Ya seperti itulah kegiatan Zalfa dikala liburan akhir semester. Sama seperti akhir semester sebelum-sebelumnya.

Zalfa terdiam sambil menikmati udara malam yang masuk melalui jendela kamarnya. Mengingat kembali perkataan ayah tadi siang. Santri. Syifa adikku akan jadi santri? Yang benar saja? Adek iseng macam Syifa mau dipondokin? Gapapa lah siapa tau pulang dari pondok jadi lebih kalem.

Zalfa jadi ingat akun Instagram yang pernah Killa kasih tau waktu itu. Zalfa mulai penasaran dengan kata Santri setelah ayah Zalfa berpikir demikian. Zalfa terus mengotak-atik keyboard di ponsel pintarnya. Jangan salah, kemahiran Zalfa untuk stalking sudah Zalfa dapatkan sedari kecil. Zalfa mengotak-atik terus hingga menemukan orang yang Killa maksud.
"Ooh ini yang namanya Noval? Lumayan juga." Dengan alis sedikit diangkat, Zalfa masih ragu dengan sosok yang Killa maksud itu.

Zalfa terus memijat keyboard ponselnya dan berhenti di akun yang bernama zain.elfath tanpa sadar ketika Zalfa sedang melihat-lihat postingannya Zalfa memencet tombol love di Instagram itu. Zalfa panik. Sangat panik. Zalfa menutup akun Instagram nya, lalu mematikan data seluler yang ada.

Zalfa berusaha menetralkan degup jantungnya. Menarik nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikirannya.
"Bisa-bisanya gue lupa nge like tuh postingan cowo. Biasanya juga nggak gini kok" gerutu Zalfa kesal sembari meremas-remas selimut Doraemonnya.



✨✨✨

Terus gimana dong nasib Zalfa selanjutnya? Pengin tau kan? Next part ya reader💖

Cahaya PenuntunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang