(٥) terjebak

4 0 0
                                    

Libur akhir semester memang masih satu Minggu lagi. Tapi Zalfa sudah benar-benar bosan dirumah. Kerjaan Zalfa cuma stalking sambil makan, stalking sambil rebahan, stalking sambil jaga toko, stalking sambil nyuci, intinya tiada hari tanpa stalking.

"Bosen juga nih lama-lama.. main ke rumah Liya ah siapa tau dirumah"

Zalfa berlari ke toko untuk mengambil kunci motor yang biasa digunakan Zalfa. Tak lupa sekalian pamit ke ayah. Walaupun tak pamit pun ayah Zalfa sudah tau kalo Zalfa pergi pasti ke rumah Liya ataupun kerumah Killa.

"Yah, Zalfa pamit ke rumah Liya"
"Iyoo ati-ati nduk" pak Man memang tak pernah melarang Zalfa untuk bermain, tapi Zalfa sendirilah yang memilih untuk tidak bermain. Kecuali ya ke rumah Liya ataupun Killa. Ayah Zalfa mempercayakan semuanya kepada Zalfa. Jadi, Zalfa pun harus menjaga kepercayaan yang sudah ayah Zalfa berikan.

✨✨

Tak butuh waktu lama bagi Zalfa untuk sampai di rumah Liya. Rumah Zalfa dengan Liya hanya berjarak 2km, dan rumah Zalfa dengan Killa berjarak 3km, jadi jarak antara rumah Liya dengan rumah Killa adalah 1km. (Oke fiks Mimin gabut pen ketemu guru matematika Mimin😅)
Sesampainya di rumah Liya, mereka hanya membicarakan tentang oppa-oppa Korea, bias mereka, tentang drakor ya seperti itulah nggak ada bahasan yang ber- faedah. Tapi bukan Liya dan Zalfa jika ngobrol cuma berdua tanpa Killa.

"Za, kerumah Killa kuy.. nggak asik nih cuma ngobrol berdua.. nggak ada orang ketiga apa?" Ajak si Liya, dan Zalfa sudah merasakan bau-bau ketidakwarasan.

Sebenarnya, Zalfa itu bukan type cewe-cewe yang suka mengumbar aurat, pulang pagi, ataupun wanita-wanita pendosa diluar sana. Tapi, Zalfa sendiri merasa Zalfa adalah wanita pendosa. Bagaimana tidak? Didikan ayah dan ibunya seperti tidak ada artinya ketika Zalfa memasuki remaja. Terlebih lagi kepergian sosok ibu di masa awal remaja Zalfa. Jadi tak heran jika Zalfa merasa tidak keurus. Masa-masa remaja yang seharusnya menjadi masa-masa indahnya dengan teman dan keluarga berubah menjadi masa biru yang kelabu. Bahkan, di SMP Zalfa termasuk anak yang urakan. Berangkat telat, sering tidur dikelas, baju berantakan, cerewet nya nggak ketulungan. Hanya saja semua itu seimbang dengan prestasi yang Zalfa peroleh. Bisa dikatakan Zalfa itu pinter, tapi nggak bener. Ya, memang sedari kecil Zalfa termasuk anak yang cerdas. Semua itu tak lepas dari si Madrosatul ulaa Zalfa, yaitu ibu Zalfa. Maklum saja ibu Zalfa termasuk orang yang cerdas pula, dan bertemu dengan pak Man yang Sholeh. Jadi tak heran jika mengahasilkan bibit unggul seperti Zalfa dimasa kecil, tapi bibit unggul itu mulai memburuk ketika mulai remaja. Semenjak kepergian sang ibu memang Zalfa benar-benar tidak terurus. Aaaaaaa Zalfa rindu ibuuu. Sudah-sudah jangan berlarut-larut dalam kesedihan.

✨✨

Scoopy merah Liya melaju dengan tenang diikuti dengan beat biru milik Zalfa. Aneh memang kenapa mereka tidak membawa satu motor untuk dua orang? Kenapa harus satu motor untuk satu orang? Kan itu namanya pemborosan. Tapi, terserah mereka aja lah. Tanpa membuang waktu lama di perjalanan, akhirnya Liya dan Zalfa sampai di rumah Killa.
Diantara rumah mereka bertiga, rumah Killa adalah rumah yang paling dekat dengan pesantren, jadi jangan salah kali hawanya itu lebih adem. Terlebih lagi rumah Killa lebih dekat dengan kawasan santri putra daripada kawasan santri putri jadi, tambah adem deh liatnya. Selain itu, diantara mereka bertiga, hanya Killa yang masih mempunyai keluarga yang utuh dan harmonis. Jadi, jangan salah jika Zalfa dan Liya sangat betah dan berlama-lama di rumah Liya. Bahkan rumah Killa itu lebih sering dijadikan basecamp oleh mereka.

"Oalah anak wedok e ibu baru kesini lagi.. wis Ndang mlebu rene..!" Sambutan hangat Bu Iyah, ibu Killa membuat Zalfa dan Liya benar-benar merindukan sosok ibu. Liya memang masih mempunyai orang tua yang lengkap, hanya saja mereka lebih sibuk mengurus pekerjaannya dan jarang ada waktu dirumah bersama putri semata wayangnya.

"Iibuu kangen ya sama kita? Sama kita juga kangen sama masakan ibu" jawab Liya dengan lagak santainya.

"Iya nih Bu, kangen banget Zalfa sama ibu.. apalagi sama masakan ibu... Beee makanya Liya minta kesini, mau makan besar katanya" sambung Zalfa mengatasnamakan Liya yang berhasil membuat raut muka Liya menjadi cemberut kesal.

"Walah jadi lebih kangen sama masakan ibu daripada sama ibu? Wislah ibu mau berangkat pengajian dulu entar telat malahan. Masuk aja nduk, Killa didalem" balas Bu Iyah singkat yang sudah rapi dengan gamis hijaunya.

"Ngapain kalian kesini? Tau aja gue ada berita baru" muka sangar Killa tiba-tiba muncul dibalik pintu

"Yaelah gue juga ada berita baru kali" jawab Zalfa tak mau kalah sangar dengan Killa walau muka polos Zalfa tetap tak bisa berlagak sangat

"Sini masuk gue tau kalian haus laper kan?" Ucap Killa berlagak seperti mempersilahkan para tuan putri

"Eh, kayaknya gue bener-bener kejebak nih gara-gara gue stalking nggak hati-hati dan pake hati.. gue jadi jatuh hati ini gimana coba?" Zalfa mengawali pembicaraan kepada kedua sahabatnya itu.

"Bener lu za? Eh ternyata si Opal yang kemarin gue kasih tau ke kalian itu temen deketnya si Fatah.. noh tetangga seberang rumah gue.. tuh mereka lagi kumpul-kumpul sama temen yang lain.. cowo kok ngumpulnya nggak kalah sama emak-emak arisan heran gue" ucap Killa dengan raut muka pasrah

"Hah Fatah? Bentar-bentar.. ini bukan orangnya? Gila ya emang dunia sempit banget" Zalfa dengan cepat menunjukkan akun sosmed Fatah ke Killa dan Liya, dan bergegas mengintip rumah Fatah dari balik jendela rumah Killa.

"Iya ini.. tetangga gue.. yakali gue mau sama si Opal kan gue malu sama Fatah.. walaupun si Fatah disini cuma kalo libur pondok doang tapi kan tetep aja... Coba lu bayangin deh" saat ini Killa memasang raut muka benar-benar galau. Bagaimana tidak? Orang yang disukainya ternyata teman dekat dari tetangganya. Kan nggak lucu kalo tiba-tiba ada yang ngebacotin Killa didepan Opal.

"Untung si Kamal bukan temen deketnya tetangga Lo kan?" Sambung Liya dengan santainya.

"Kamal yang anak multimedia kan? Ya elah itu nah nggak usah ditanya.. ya jelas lah... Orang tiap Minggu kalo pondok libur sering nongkrong di rumah eyangnya Fatah.." pernyataan yang keluar dari mulut Killa benar-benar menampar Liya.

"Kok bisa-bisanya kita suka sama orang yang sama dan mereka juga temen deket semua.. dan ternyata ahhhhh tau ah kesel gue... Tapi mau gimana coba? Ini hati juga nggak bisa dipaksain"

Zalfa benar-benar heran dengan keadaan yang menimpa Zalfa dan kedua sahabatnya. Mereka benar-benar sedang terjebak dilabirin hati dambaannya masing-masing. Obrolan mereka kali ini benar-benar melenceng dari apa yang biasa mereka obrolkan. Yang biasanya ngobrolin seleb, oppa-oppa, anak toxic hari ini yang mereka obrolkan adalah Santri. Kenapa bisa begitu? Entahlah. Yang pasti mereka sudah benar-benar terjebak.

✨✨✨

Gimana reader? Udah baca part ini kan? Hehe jangan lupa vomentfoll yak:) part selanjutnya akan segera di published okey? Pastinya cerita lebih bikin greget🔥 happy reading my reader💖

Cahaya PenuntunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang