🍁 | 1. Grisya kecil

42 13 0
                                    

Author pov

   "Bundaaa!!" teriak gadis kecil sambil berlari kearah wanita cantik yang duduk dibangku taman.

   "Ada apa sayang? kok teriak-teriak?" tanya wanita itu.

   "Bunda, Ayah kapan pulang?" tanya gadis kecil itu.

   "Kenapa? kamu kangen Ayah?" tanya wanita itu.

   "Iya Bunda! Gigis kangen banget! banget! banget! banget! banget! sama Ayah!" seru gadis itu.

   "Yaudah, nanti Bunda telepon Ayah!" ucap wanita itu lembut.

   "Ihh.. Bunda kok ditelepon? Gigis kan maunya Ayah pulang! bukan ditelepon!" ucap gadis kecil itu kesal dengan wajah cemberutnya.

   "Iya.. maksudnya, nanti Bunda telepon Ayah trus nanti Bunda suruh Ayah pulang! nanti Bunda bilangin kalo bidadari kecilnya ini kangen!" ucap wanita itu menenangkan.

   "Ish.. Bunda salah! Gigis bukan kangen! tapi Gigis kangen banget! banget! banget! banget! banget! sama Ayah!" ucap gadis itu dengan ekspresinya yang lucu.

   "Hahah.. Iyaiya, nanti Bunda bilangin kalo bidadari kecilnya ini kangen banget! banget banget! banget! banget!" ucap wanita itu dengan diselingi tawa, dan menciumi wajah gadis itu gemas.

   "Hahah.. Bunda udah Bunda! Gigis gelii.. Hahah.. Bunda ampun Bunda!" ucap gadis kegelian yang diketahui namanya Gigis.

   "Oke.. Bunda berhenti ciumin Gigis! tapi Gigis harus janji sama Bunda, kalo Gigis bakal senyum terus kesemua orang apapun keadaanya dan gak bakal sedih-sedih lagi!" ucap wanita itu diiringi acungan jari kelingkingnya pada gadis kecil dihadapannya.

   "Iya! Gigis janji Bunda!" seru Gigis sambil mengaitkan jari kelingkingnya yang mungil dengan jari kelingking Bundanya yang besar, tak lupa dengan senyumnya yang kian mengembang.

   Tanpa disadari gadis itu, ia telah membuat janji yang sebenarkan akan sangat sulit ia tepati nantinya. Gadis itu memang terlalu kecil untuk mengetahui kenyataan, ia terlalu baik untuk dunia yang belum tentu baik padanya. Keras, hidup didunia ini memang cukup keras untuk gadis kecik tak berdosa.

🍁

   "Hallo!" ucap seorang wanita.

   "Iya, ada apa Sarah?" tanya seorang pria disebrang sana.

   "Kapan kamu punya waktu luang?" tanya wanita yang diketahui bernama Sarah.

   "Memangnya ada apa Sarah?" tanya pria itu.

   "Grisya ingin kamu pulang kesini.. " ucap Sarah.

   "Emm.. bagaimana ya.. saya sangat sibuk Sarah!" ucap pria itu.

   "Sesibuk itukah kamu? lalu apa bedanya dengan saya? saya juga bekerja bahkan saya juga mengurus Grisya.. " ucap Sarah sedikit jengkel.

   "Mengertilah Sarah!" ucap pria itu.

   "Mengerti bagaimana? Ohh, saya hampir lupa kalo kamu punya istri dan anak-anak tercinta yang selalu menunggumu pulang bukan? berbeda dengan Grisya yang kehadirannya tidak diinginkan, bahkan ia hadir karna sebuah kecelakaan.. " ucap Sarah sedikit sinis? maybe.

   "Jaga bicaramu Sarah!" peringat pria itu

   "Apa? Memang benar bukan? bahkan kamu melupakan janjimu!" tegas Sarah.

   "Huft.. Oke-oke saya tau, saya salah.. tapi saya mohon mengertilah keadaan saya.." ucap pria itu.

   "Mengerti bagaimana lagi? saya sudah cukup sabar saat kamu mengabaikan keinginan Grisya! tapi apa kamu pernah berpikir tentang perasaannya? saya tau kehadiran Grisya memang tidak diinginkan, tapi bagaimana pun ia tetap anakmu! sama seperti anakmu yang lain! apakah kamu tidak bisa bersikap adil pada Grisya sedikit saja?" ucap Sarah mengeluarkan unek-uneknya.

   "Oke, saya akan tepati janji saya!" ucap pria itu.

   "Saya rasa janjimu itu sudah basi, saya hanya ingin kamu membawa Grisya tinggal bersamamu dan kamu buktikan janjimu saat Grisya sudah tinggal bersamamu!" ucap Sarah.

   "Kenapa?" tanya pria itu dengan nada yang berubah menjadi dingin? maybe.

   "Karena selama disini dia selalu kesepian, bahkan tak jarang ia sendiri dirumah saat saya bekerja.. " ucap Sarah lirih.

   "Kenapa kamu tidak menyewa pengasuh atau pembantu saja? apa perlu saya kirimkan?" tawar pria itu.

   "Tidak perlu.. karena setiap saya penyewa pengasuh ataupun pembantu, setiap saya sedang berdua dengan Grisya.. ia akan menangis dan menyuruh saya mengusir pengasuh ataupun pembantu itu, jika saya tidak mengusirnya ia tidak akan mau keluar dari kamarnya.. " cerita Sarah.

   "Mengapa dia begitu?" tanya pria itu.

   "Dulu pernah saya menyewa pengasuh.. ternyata pengasuh itu mempunyai niat buruk, dan beberapa kali saya memergokinya hampir mencelakai Grisya saya kira itu hanya ketidak sengajaan.. namun ternyata pak mugi juga menyadari kejanggalan itu, dan itu membuat Grisya selalu menjaga jarak dengan orang yang saya pekerjakan dirumah.. " cerita Sarah lagi.

   "Siapa itu pak mugi?" tanya pria itu.

   "Dia satpam sekaligus supir pribadi Grisya.. " jawab Sarah.

   "Bagaimana? apakah kamu mau mengajak Grisya untuk tinggal bersamamu?" tanya Sarah.

   "Emm.. saya takut orang rumah tidak menerimanya.. " jawab pria itu.

   "Kamu coba bicarakan dulu dengan orang rumah! saya hanya tidak mau Grisya sendirian.. jika ia tinggal bersamamu ia bisa bermain dengan anak-anakmu yang lain bukan? tentunya ia juga akan sering bertemu denganmu, dan ku rasa itu lebih baik.. " bujuk Sarah.

   "Huft.. baiklah akan saya cobaa!" ucap pria itu.

   "Yasudah, saya tunggu sampai besok keputusanmu!" ucap Sarah.

   "Baik.. kamu kirim saja alamatnya dan rencanakan saja waktunya.. saya akan usahakan untuk datang!" ucap pria itu.

   "Yasudah saya tutup teleponnya ya, maaf mengganggu waktumu.." ucap Sarah.

   "Iya, iya tak apa!" ucap pria itu.

   Tutt..

   Tanpa Sarah sadari, Grisya mendengar semua percakapannya dengan pria itu. Grisya tau siapa yang Ibunya telepon dan membahas Grisya, siapa lagi kalo bukan Ayah Grisya. Grisya memang masih kecil dan mustahil anak seusianya mengerti urusan orang dewasa, tapi berbeda dengan Grisya, ia bisa disebut jenius mengingat bagaimana ia begitu mudah menangkap sesuatu dan begitu cepat ia menghapalnya.






















Hallo!!!
Semoga suka ya sama ceritanya🙂
Jangan lupa vote dan coment😉
See you next part!!!

GrisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang