Don't let him enter

20 2 0
                                    

"Jadi tadi pagi lu nelpon berkali-kali agar gue nge-wawancara orang ini??" tanya Kinasih dengan geram.

"Oh kalau itu bukan, tapi buat nge-acc pembelian set mainan baru." kata Andra.

"Yaudah mana coba final list order-nya!"

"Nanti dulu lah kalau yang itu, Na. Kasian orangnya nungguin lama. Lagian pak Muhsin, supplier kita udah ngasih kelonggaran waktu sampai lusa karena kamu belum ada tadi."

"Apaan sih Ndra!" Kinasih menarik genggaman tangan Andra dari lengannya. Lalu menatap Andra dengan sedikit emosi. "Males tau nggak!"

"Na, please banget Na. Kalau kamu nggak suka dia jadi guru tetap, kita bisa ngajuin kontrak."

"Guru, katamu?" kepala Kinasih berputar cepat. Menjadi guru atau tutor berarti setiap hari akan bertemu dengannya. Tidak, tidak, ini tidak bisa dibiarkan.

"Iya Na, kamu kan tahu kita udah lama nggak pakai bu Catherine karena dia cuti hamil tua. Kita bener-bener kewalahan mengurusi grup Star 2."

"Aaahhh." Kinasih meronta. Kedua tangannya memijat kepala sambil menutup telinga. Dari semua orang di dunia ini mengapa ia harus bertemu dengan lelaki itu. Bukan hanya bertemu sekali, tetapi kemungkinan akan sekantor dengannya. Ia lalu berjalan sempoyongan karena ditarik pelan oleh Andra hingga ia berhenti tepat di depan pintu.

"Na, gue tahu lu pasti marah karena masa lalu lu sama dia yang gue nggak tahu ceritanya gimana. Tapi Na, demi masa depan kita, please saat ini berdamailah." Andra memelas.

"Saat ini cuma dia Na, orang terakhir yang lolos kualifikasi berat screening awalmu itu." tambah Andra.

Kinasih berkaca-kaca. Namun ia tidak berani mencurahkan emosinya. Mungkin ia akan benci karyawan barunya tersebut. Mungkin ia akan benci Andra sekarang. Mungkin ia akan benci pak Muhsin. Mungkin ia akan benci dengan pernikahan dan kehamilan bu Catherine. Dan mungkin ia akan benci dengan kebetulan-kebetulan yang disengajakan semesta. Ia menarik nafas panjang.

"Kamu bener-bener bikin aku gila ya, Ndra."

"Ini juga demi investor baru kita Na!"

Kinasih terdiam. Memang benar jika investor tahu kalau keadaan kantor sedang sulit, maka bisa hancur rencana pembangunan gedung utama. Kantor harus dalam kondisi optimal karena apabila proyek gedung itu terlaksana, Kinasih tidak perlu lagi memecah lokasi menjadi dua cabang dan dua kali lipat membayar sewa. Kelas-kelas akan menjadi lebih bagus. Lebih pentingnya lagi, gedung itu akan memiliki halaman outdoor yang luas dan aman dari jalan raya.

Kinasih akan punya 6 ruangan kelas yang cukup lega untuk anak-anak usia dini dan pra-sekolah dasar, 1 ruangan untuknya, 1 ruangan untuk Andra, 2 ruangan untuk guru, 1 ruangan conseling dan meeting, 1 ruangan untuk tamu, 1 ruangan security dan 1 kantin sehat. Lobby Brainytion Kids juga akan dibuat lebih luas dan berwarna-warni. Mainannya akan lebih bagus dan beragam untuk mendukung tumbuh kembang anak. Preschool ini akan punya reputasi yang menandingi sekolah-sekolah lainnya. Biaya masuknya juga akan bersaing.

"Na.... oke?" Andra lagi-lagi memohon. Sekaligus untuk memastikan perasaan bosnya tersebut.

"Fine! Let's do quickly!"

Kriieek...
Pintu ruangan berderit pelan. Kinasih sedikit terkejut. "Sialan, ternyata pintunya aja nggak kuat ya di gedung lawas ini. Bukan cuman gue." ujar Kinasih dalam hati.

Andra dan Kinasih kembali duduk di kursi kurang empuk. Lelaki didepannya hanya bisa canggung dan tersenyum kecil.

"Mohon maaf, Pak, Bu, sepertinya saya hanya akan menyusahkan Bapak dan Ibu. Apakah saya sebaiknya.."

Preschool QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang