Lady of the memory

8 1 0
                                    

Satu bulan kemudian.

K : Mas satriyo megang kelas Star 2 mulai besok. Jangan telat! Awas saya pecat nanti!

Begitulah isi chat yang diterima Satriyo saat sedang menikmati malam bersama kekasihnya. Ia sedang merayakan tempat kerja barunya yang menjadi lebih dekat dengan lokasi si pacarnya tinggal. Akhirnya setelah sekian lama LDR kesempatannya datang juga. Setelah sempat melalang buana hingga terlempar ke sekolah dayak di Kalimantan Barat, Satriyo benar-benar merasakan rasanya kembali ke rumah. Kembali ke kota asalnya.

"Ih... bos aku rese banget beb, keturunan kaisar korut kayaknya deh."

"Hahaha apaan sih Beb. Kamu bisa aja. Yang penting kan sekarang kamu deket sama aku, biarin aja Pak Bosmu itu."

"Bapak darimana? perempuan beb." Sanggah Satriyo.

"Hmm perempuan? masih muda?"

"Iyaaa perempuan, masa kemaren pas wawancara itu ribetnya... ampun deh, lebih ribet dari rangkaian haji coba. Nih aku belum perkenalan, eh tiba-tiba disuruh keluar. Abis itu bosnya cedera lutut entah gajelas kenapa kena santet kali. Terus parahnya, disuruh ngajar di depan mbak-mbak front desk!"

"Ih kok lucu sih, beb. Hahaha..."

"Nggak lucu beebb. Kesel yang ada." Satriyo memanyunkan bibirnya

"Iya beb. Asal kamu nggak benci jadi cinta aja. Awas ya kalau sampai!"

Satriyo hanya tersenyum genit menatap pacarnya yang cemburu.

"Marissa sayang, bebewku, jodohku. Cintaku itu ya cuma sama kamu. Mana mungkin aku bisa berpaling dari cantiknya malaikat rating bintang lima ini."

"Hahaha gombal ih. Emangnya aku ojek online."

Satriyo lalu dengan manja bersiap menyuapi Marissa dengan kentang goreng yang dipesannya, yang tiba-tiba berbalik ia masukkan ke mulutnya sendiri. Marissa cemberut kesal lalu menghujani Satriyo dengan cubitan sayang. Disaat itulah, tangan Satriyo memeluk Marissa dari samping dan membuatnya bersandar di rengkuhan Satriyo.

"Kamu yang tercantik sayang." Lirih Satriyo sambil membelai rambut Marissa yang ada dipelukannya.

"Kamu, masa depanku kan?" Tanya Marissa.

"Sudah pasti iya." Jawab Satriyo.

Marissa tersenyum bungah mendengarnya. Tangannya menyentuh lembut pipi Satriyo dan meraba jenggot tipisnya.

"Janji?"

"Aku bakal tahan di sekolah PAUD itu nggak ya?" Gumam Satriyo pelan.

"Bebew ih!!"

"Hah apa beb?" Lamunan Satriyo buyar.

---
---

Kinasih bersiap-siap berangkat kerja seperti biasanya. Mengenakan setelan turtle neck abu-abu dan cardigan merah maroon dipadu dengan sepatu kets putih polos. Ibu Kinasih menunggu dengan persiapan sarapan yang sudah selesai. Namun seperti biasa Kinasih hanya pergi berlalu dan baru memilih untuk makan di siang hari. Mungkin itu yang membuatnya tetap kurus selama ini.

Setelah memarkirkan motor matic andalannya di bawah pohon rambutan, Ia langsung masuk ke dalam kantor dan bergerak ke lantai atas. Andra sepertinya sudah datang terlebih dahulu karena mobil Innova-nya sudah terparkir rapi.

Dibalik pintu, Cindy dan Nia menyapa dengan ramah dan senyum yang cerah.

"Cindy, mmm yang masalah anak Bu Fita sama bocil-bocil lain itu udah selesai belum ya?"

"Belum bu sepertinya."

"Hadeh yaampun..." Kinasih menghela nafas panjang.

"Kayaknya cuman Bu Catherine yang bisa ngurus bu. Tapi kita masih ada tiga bulan lagi buat nunggu." Ucap Nia.

"Duh gue nyesel nih ngasih 7 bulan cuti buat pra sekalian pasca lahiran. Apa gue potong aja ya cutinya?"

"Jangan bu.. Nanti saya gimana ngerawat baby nya. Kan masih lucu gitu kasian bu." Rewel Cindy.

"Lah lu kan belom nikah, Cin!"

"Iya maksudnya nantinya gitu Bu, hehehe." Cindy tersenyum kikuk.

"Halu deh lu ah! Cowo aja lu belum ada. Eh Nia, ini tolong temen lu ntar bawa ke pinggir laut terus ntar lu jorokin, biarin noh digigitin ama ikan pesut." Geram Kinasih sembari bergegas ke lantai atas.

"Yak jangan lah Buu... Bu Kinaa...." Rengek Cindy mencoba meraih tangan Kinasih.

Kinasih duduk dan menyalakan komputernya. Memainkan ceklak-ceklik pulpen yang dipeganginya selama lima menit. Kinasih teringat dengan karyawan barunya yang mirip sekali dengan foto yang ia simpan.

"Gue nggak salah liat kan ya? astaga. kenapa dunia ini sempit sekali." Gumam Kinasih dengan suara lirih.

Kinasih lalu mengambil teleponnya dan segera menelpon seseorang. Namun berkali-kali panggilannya tidak diangkat. Sedikit kesal, Kinasih akhirnya hanya bisa meletakkan kembali hpnya ke meja sambil mengeluh nafas panjang :

"Ini pasti bagian dari rencana perjodohan Ayah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Preschool QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang