"Maafkan aku, Gun." Off & Mild.
.
.
.
Suasana apartemen Mek kini berubah suram. Waktu menunjukkan pukul 2 malam. Sudah 10 jam berlalu namun belum ada kabar apapun dari Gun. Mereka sudah mencarinya kesana-kemari, tapi hasilnya nihil. Mereka bahkan tidak bisa melapor ke polisi karena ini belum 24 jam. Kini mereka hanya terdiam sembari berdoa bahwa Gun baik-baik saja.Drrt..
Drtt..Tanpa menunggu lama, Off menjawab panggilan di handphonenya. Raut wajahnya berubah saat melihat nama Gun tertera di layarnya.
"Gun--"
"Maaf tuan, saya perawat dari rumah sakit GMM. Pemilik ponsel ini sedang kritis di UGD. Seseorang menemukannya di pinggir jalan dan membawanya kemari. Jika Anda walinya atau mengenal wali pasien, bisakah Anda segera kemari karena kami butuh persetujuan wali untuk melakukan tindakan selanjutnya."
"APA?! Baiklah saya akan segera kesana." Off menutup panggilannya terburu-buru dan mengambil kunci mobilnya dengan perasaan risau.
"Ada apa Off?" Tanya Mild.
"Gun masuk rumah sakit." Jawab Off lalu berlalu keluar.
Mild terkejut dan menutup mulutnya sembari menangis. Mek langsung membawa Mild menuju mobilnya untuk menyusul Off.
"Ku mohon Gun, bertahanlah." Lirih Off dan Mild dalam hati.
Mereka langsung pergi ke rumah sakit dan mencari keberadaan Gun. Dengan arahan perawat disana, mereka menemui dokter yang sedang menangani Gun.
"Bagaimana keadaan Gun, dok?" Tanya Off dengan wajah khawatir.
"Pasien masih kritis. Luka di sekujur tubuhnya benar-benar serius. Terutama... luka di matanya. Kami harus segera melakukan operasi. Apa kalian keluarga pasien?"
"Saya walinya dok, orang tuanya menitipkan ia pada saya karena mereka sedang di luar negeri." Jawab Mild cepat dengan wajah yang sama kacaunya.
"Baiklah, silahkan urus administrasi pasien supaya operasi bisa segera dilakukan."
Mereka pergi mengurus semua yang diperlukan untuk operasi Gun.
"Dia akan baik-baik saja kan, Off?" Mild bertanya dengan lirih, hatinya diliputi perasaan bersalah.
Mereka kini sedang duduk di depan ruang operasi. Mild takut jika Gun begini karena ulah Joss, yang artinya itu karena dirinya. Mek hanya bisa merangkul kekasihnya itu sembari membisikkan kata-kata penguat. Mek bahkan sudah tidak berpikir jika dirinya tertangkap kamera fans, atau bahkan media. Ia juga sangat mengkhawatirkan Gun.
"Harus Mild, Gun harus baik-baik saja." Off menjawab sama lirihnya dengan telapak tangan yang menutupi wajahnya. Ia berusaha menahan air matanya dan bersikap kuat demi Gun.
Satu jam..
Dua jam..
Tiga jam..
Waktu berlalu dengan lambat bagi ketiganya.
Ceklek..
Pintu ruang operasi terbuka dan dokter yang menangani Gun keluar dengan ekspresi yang sulit ditebak.
"Bagaimana keadaan Gun dok?" Tanya Off.
"Masa kritisnya sudah lewat. Pasien akan dipindahkan ke ruangan ICU. Namun, saya khawatir dengan kondisi matanya. Kami sudah mencoba sekuat tenaga, tapi luka di matanya cukup serius. Dengan berat hati saya menyampaikan bahwa pasien mengalami kebutaan."
Off merasa lemas dan jatuh terduduk. Mild menangis terisak di pelukan Mek.
"Selain itu.. saya juga menemukan tanda-tanda kekerasan di alat vitalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Losing the Spark [OffGun]
FanfictionCOMPLETED 💚 [Short fanfic] Semuanya terasa sempurna dalam hidup Gun. Kekasihnya yang tampan, sahabatnya yang sudah seperti kakaknya sendiri, lalu bagaimana semuanya kini terasa salah? "Maafkan aku, Gun." Off & Mild. Bukan. Ini bukan sebuah kisah ci...