Chapter 5 [Final] - LTS

1.9K 128 16
                                    

Gun POV

Aku pernah terjebak dalam ruang gelap yang menyesakkan. Bukan hanya karena mataku yang buta, tapi juga karena semua ingatan mengerikan yang menarikku jauh ke dasar jurang. Saat itu aku tidak tahu bagaimana caranya keluar dari sana. Segala sesuatunya terasa sulit dan melelahkan.

Aku sudah pernah menceritakan pada kalian tentang monster-monster menyeramkan itu kan?

Dokter Max bilang monster-monster itu adalah pembohong. Apapun yang dikatakan mereka padaku adalah kebohongan. Tapi kenapa aku merasa semuanya adalah kebenaran?

"Gun, ingatlah. Monster itu berbohong padamu. Apa yang dikatakannya tidak benar. Kau bahkan tahu itu, kan?"

Benarkah? Apakah aku memang mengetahuinya?

"Kau tahu kan tidak ada lagi yang menyayangimu di dunia ini?"

Ah, monster itu datang lagi.

"Hanya kau yang tahu kebenarannya Gun."

Ya, Dokter Max benar. Aku mungkin sudah tahu kebenarannya.

"Gun, tadi pagi P'Mild menelepon. Ia rindu padamu."

"Gun, Papii-mu mengirimkan boneka ini untukmu. Katanya ia ingin kau memeluknya untuk mengingatkanmu betapa ia mencintaimu."

"Gun, hari ini Papii-mu dan P'Mild wisuda. Dan kau tahu? Pacar P'Mild yang artis itu datang secara terang-terangan dan bahkan mengumumkan hubungan mereka di depan semua orang."

"Gun, Mae dapat kabar seseorang bernama Luke bersedia mendonorkan kornea matanya untukmu. Ia bahkan secara khusus menuliskan namamu sebagai penerima donornya. Mae juga tidak mengerti kenapa ia melakukannya. Besok kita akan memeriksakannya, semoga saja kali ini cocok."

Hanya aku yang tahu alasannya.

Aku sadar setiap kali Mae menceritakan semuanya, satu persatu monster-monster di kepalaku itu seperti berhenti berbicara. Kecuali satu monster yang sangat buruk yang masih saja mengganggu pikiranku.
.
.
.
"Gun, menghindar memang solusi paling mudah. Tapi itu hanya untuk jangka pendek. Pada akhirnya kau harus menghadapinya, melepaskan semua perasaan buruk itu, dan yang paling penting, kau harus memaafkan dirimu sendiri Gun." Itulah yang dokter Max katakan padaku.

Tapi, bagaimana caranya aku memaafkan diriku sendiri?

"Mae, Pho, Gun ingin kembali ke Thailand."

Aku bisa melihat ekspresi terkejut di wajah Mae dan Pho.

"Kau yakin sayang?"

"Gun yakin, Mae. Dokter Max mengatakan bahwa Gun harus bisa memaafkan diri Gun sendiri. Untuk itu, Gun pikir kembali ke tempat semuanya berawal adalah pilihan yang tepat. Gun juga harus bisa menghadapi rasa takut Gun."

Mereka menghela napas setelah mendengar penuturan ku.

"Baiklah sayang. Nanti kita pergi setelah pekerjaan Pho dan Mae selesai ya?"

"Tapi itu masih lama Pho. Gun ingin kesana sendiri saja. Boleh ya?"

"Gun, kau baru sembuh pasca operasi. Mae dan Pho tidak mau kau kenapa-kenapa disana."

"Gun akan minta tolong Papii dan P'Mild untuk menjagaku jika memang itu masalahnya."

Mereka terkejut untuk yang kedua kalinya.

"Kau yakin tidak apa-apa bertemu dengan mereka sendirian?" Tanya Mae dengan raut wajah khawatir.

"Bukankah memang itu tujuan Gun, Mae? Menghadapi di mana semuanya berawal." Aku tersenyum tipis saat mengatakannya, meski masih ada sedikit perasaan risau, aku ingin menjadi lebih kuat sekarang.

"Ya sudah coba telepon Papii-mu. Jika ia bisa mengurusmu, baru Mae akan mengizinkan."

"Huh, baiklah, Mae. Semoga Papii sudah bangun, di sana kan masih pagi sekali."

Gun POV end
.
.
.
Disinilah Gun sekarang. Duduk di meja makan bersama sahabat-sahabatnya yang pernah ia tinggalkan sekali. Ia sedang tertawa kecil melihat Mild dan Mek saling berebut makanan. Ia bahagia melihat sahabat sekaligus kakaknya itu bisa tertawa lepas tanpa harus ada yang ditutup-tutupi lagi.

"Gun, kau mau ku suapi?" Suara kekasihnya itu masih saja lembut di telinga Gun.

"Papii, Gun sudah besar. Gun bisa makan sendiri." Jelas Gun dengan bibir yang dimajukan, terlihat lucu. Ah, pemandangan yang begitu dirindukan oleh ketiga sahabatnya.

"Aihh, aku kan hanya mencoba romantis. Kau tahu Gun? Setiap hari aku harus menyaksikan dua orang ini suap-suapan seperti pasangan SMA. Aku juga kan ingin melakukannya." Kalimat terakhir terdengar seperti bisikan, tapi Gun masih bisa mendengarnya. Off bahkan memajukan bibirnya, seperti yang biasa Gun lakukan.

Tapi yang terjadi Gun justru tertawa keras, yang kemudian disusul oleh Mild dan Mek.

"Hahaa Papii, sejak kapan Papii suka bertingkah imut seperti ini?" Gelak tawa Gun menggema di penjuru ruangan.

"Off, hentikan. Aku mual melihat tingkah sok imut mu itu." Ucap Mild yang menghapus air di matanya akibat tertawa terlalu keras.

Off hanya menggaruk belakang lehernya karena ia pun tidak mengerti kenapa ia bertingkah seperti itu di depan Gun.

Gun masih menertawakan tingkah Off. Mild, Mek dan Off senang melihat Gun yang kembali seperti dulu.

Suasana hangat ini.

"Monster itu salah lagi kali ini" Batin Gun.
.
.
.
Jika kalian penasaran dengan nasib penjahat utama dalam kisah ini, sebaiknya turunkan ekspektasi kalian.

Joss dikirim ke luar negeri sejak tuntutan terhadapnya dicabut oleh ayah Gun. Ia masih saja menjadi bajingan seperti plot awal kisah ini. Ia bahkan tidak pernah merasa bersalah atas perbuatannya. Benar-benar bajingan.

Tapi setidaknya, ia tidak lagi mengganggu Mild ataupun Off. Ayahnya melarangnya untuk berurusan dengan mereka lagi karena kasusnya waktu itu sempat menarik perhatian media. Sedikit mencemari nama baik keluarganya. Yah, hanya itulah yang mereka pikirkan.

Apa kalian ingat Luke?
Kalian pasti sudah tahu bagaimana ia menebus dosanya terhadap Gun. Luke memang sudah membuat surat pengajuan donor jika suatu hari ia meninggal karena penyakit yang dideritanya. Tidak ada yang tau sakitnya karena Luke benar-benar tinggal sendirian di pinggir kota New York. Ia sengaja pindah kesana untuk lebih mudah mendonorkan matanya untuk Gun. Setidaknya itulah yang bisa ia lakukan untuk Gun.
.
.
.

"Terima kasih Tuhan. Sekali lagi kau kembalikan ia padaku. Senyumannya yang menawan, wajahnya yang cantik, dan tingkahnya yang menggemaskan, sekali lagi aku bisa melihatnya secara langsung. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini."
- Off

"Lukaku memang tidak akan bisa hilang secara keseluruhan. Rasa sakitnya masih bisa ku rasakan samar. Monster itu pun masih menampakkan wujudnya sekilas. Tapi kini aku sudah bertambah kuat. Aku dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangiku. Aku tidak ingin lagi menyebut semuanya dengan kata "sempurna", karena hal seperti itu tidak akan pernah nyata untukku. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih karena sudah hadir di hidupku."
- Gun
.
.
.
Finish


Ah iya, aku lupa menceritakan soal hadiah lain yang disiapkan Luke untuk Gun. Sebelum kepergiannya, Luke mengirim surat melalui pos surat untuk masa depan. Surat-surat yang dikirim lewat pos tersebut akan sampai setahun kemudian. Luke memilihnya karena itu yang paling aman untuk menghindari kecurigaan seseorang.

Surat itu berisi bukti-bukti kejahatan Joss. Dikirim ke alamat rumah atas nama Off Jumpol.
.
.
.
REAL FINISH

Makasih yang udah mau baca sampe sini. Maaf plotnya aneh dan berantakan karena ini aku buat dalam waktu sehari, jadi asal cepet selesai gitu.
Niatku emang cuma mau nyoba bikin fanfic buat penelitian tugas kuliah ku. Ternyata susah juga ya:'))

Losing the Spark [OffGun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang