*vote, comment, and share juseyo
Enjoy your reading!
Terik matahari yang lebih panas dari biasanya tak membuat pria itu gertak dari tempatnya. Memantulkan bola lalu memasukkan kedalam ring, dilakukan secara berulang.
Alunan musik yang mengalir dalam earphone seperti berpihak padanya kali ini, yang semakin semangat memainkan bola basket itu.
Gata pergi ke satu sisi lapangan, mengambil dan meminum air yang ia sengaja bawa. Ia pokus meneguk airnya tanpa sadar bola basket yang sebelumnya tersimpan ditengah lapangan, kini sedang dipantulkan oleh seseorang.
"Lo naksir cewek kemarin?" Suaranya berdengung diantara pantulan bola
Plung!
Yensen berhasil memasukkan bola kedalam ring.
Karena pendengaran Gata terhalang oleh earphone, kini ia melepaskan kedua earphone nya dan menatap Yensen.
"Lo ngomong apa?"
"Ck, lupain"
"Lawan gue deh, yang menang jadi ceweknya si maroon" Lanjut Yensen
Gata mengernyit "Si maroon?"
"Haduh, itu cewek yang kemarin lu tarik-tarik"
"Apa-apaan bocah"
"Jadi lo relain dia nih?"
Sumpah, pikiran Gata kali ini semakin ingin memukul wajah pria di depannya. Entah maksudnya apa datang-datang sudah memberi tantangan tak masuk akal.
"Jadi?" Tanya Yensen tak cukup
"12 poin, yang kurang dari itu dalam waktu 10 menit jauhin Liyani"
"Ooo, she's name Liyani? Cantik juga"
"Buruan!"
Akhirnya tantangan Yensen disetujui oleh Gata, bukan karena ia ikut serta dalam pikiran tak masuk akalnya Yensen. Tapi setidaknya ia membela diri, dan bonusnya pria yang kini menjadi lawannya menjauhi Liyani.
Permainan semakin sengit, 3 menit sudah berlalu tapi keduanya belum ada yang bisa mendapatkan poin. Kini Gata sadar bahwa Yensen memang handal dalam bermain basket, dan Yensen juga sadar bahwa ia melawan orang yang cukup sulit dikalahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent
Teen FictionIni bukan tentang kisah bunga yang selalu membutuhkan matahari untuk kelangsungan hidupnya. Mengharapkan seperti itu ibarat berdiri di atas jurang dan meminta perpotolongan kepada orang yang bahkan tak melirik sedikitpun. Tapi ini tentang kisah dua...