Perlahan demi perlahan, tetes demi tetes tangisan langit mulai membasahi permukaan bumi. Langit yang awalnya cerah kini mulai menggelap karena dihiasi awan mendung juga suara petir yang sesekali menyambar.
Seragam sekolah yang masih membaluti tubuh mungilku dan sweater yang sedikit kebesaran melapisinya. Sweater hangat yang diberikan oleh seseorang yang sekarang memenuhi pikiranku perlahan-lahan. Kedua mataku terpejam menikmati alunan musik yang menenangkan yang berasal dari ponselku yang terpasang earphone. Menghiraukan kendaraan yang sesekali berlalu lalang dan suara petir yang menggelegar.
Aku tak peduli...
Aku ingin bebas...
Yang kuinginkan...
Jangan ada yang mencegahku....
Untuk keluar dari sangkar yang bisa saja membuatku tersesat dan merasakan sesaknya napas...
Setidaknya hari ini saja...
Aku bisa merasakan kedamaian...
Tanpa ada keributan..
"Zaera!"
Aku tersenyum kecil, punggungku yang bersender pada bangku halte menegak bersamaan dengan musik yang berakhir. Kubuka kedua mataku yang memperlihatkan sosok bertubuh tinggi yang kini berlari kecil melewati jalan setelah menengok ke kanan-kiri. Seragam sekolah yang sama sepertiku membaluti tubuhnya juga. Tubuhnya yang hampir basah kuyup seperti tak dipedulikan olehnya.
Aku mendongak ketika dia berdiri tepat di depanku. Sementara pemuda itu sedikit membungkuk, lalu mengulurkan tangannya dengan senyuman tipis yang jarang sekali menghiasi wajahnya.
"Gimana?"tanyaku.
"Ban motornya bocor kalau mau nunggu lama. Jadi hari ini kita pulang naik bus aja gapapa, kan?"
Senyumanku makin melebar, tak lama aku mengangguk cepat."Gak papa, gak masalah."
Kemudian dia duduk di sampingku. merangkul bahuku memperkikis jarak diantaranya dengan diriku. Aku menatapnya dengan tatapan memuja, yang pada akhirnya dia juga membalas tatapan ku dengan mata yang tajam, namun bisa membuatku terpesona dan terlarut pada manik beningnya itu.
"Hei, kamu ngelamun?"
Aku mengerjap lalu menggeleng. "E-enggak," Memalingkan wajahku yang kuyakini memerah seperti kepiting rebus. Di detik berikutnya, dia melakukan gerakan yang membuatku tertegun dan menahan napas.
Dia mengacak rambutku dengan gemas.
"Ayo busnya hampir sampai," katanya seraya berdiri dan menurunkan tangannya yang sekarang menggenggamku, menarikku masuk ke dalam bus. Aku menatap punggung tegapnya dengan sendu.
"Terima kasih, Na Jaemin...," lirihku bergumam pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Na Jaemin||Because of You[HIATUS]
Fanfiction"Zaera,jadi...siapa?"tanya Na Jaemin dengan tatapan tajam nan dinginnya. Aku menggigit bibir dalamku, memainkan jari-jariku dan menatap kedua pemuda yang kini menatapku dengan penasaran,menunggu jawaban yang kupilih. "Zaera?"tanya Hyunjin padaku saa...