HappyReading!
Setelah perdebatan Asila dan Nando,Nando menjadi gregetan dengan Asila. Kenapa ia tak ingin mendengar penjelasannya sebentar saja,bahkan penjelasannya tidak menghabiskan waktu hidupnya.
Nando menyesal karena telah menyakiti Asila. Karena hanya Asila lah yang tidak memanfaatkan dirinya saat berpacaran.
Nando mengusap keningnya yang terasa pening karena terlalu berat memikirkan Asila. Ia bingung harus dengan apa yang bisa menjelaskan semuanya dengan benar dan jujur.
"Lo udah jelasin semuanya dengan tindakan lo kemarin."
Perkataan Asila masih saja memenuhi kepala Nando. Nando menjambak rambutnya kasar,ia harus segera menjelaskannya.
"Gue bakal jelasin ini semua Sil." gumamnya sambil keluar kelas untuk mencari Asila.
Dilain tempat sekarang Asila sedang berpacaran dengan Devan. Selama satu jam Asila mencari Devan akhirnya ia bertemu juga. Mungkin bagi kalian Asila dan Devan berpacaran romantis tapi itu semua salah besar. Devan hanya berpacaran dengan gamenya dan Asila hanya bisa menungguinya sampai selesai Devan bermain game.
"Dev." ini sudah 23 kali Asila memanggil Devan dan 23 kali juga Devan mengangguri Asila.
"Game kamu lebih asik ya dari pada aku."
"Iya." Asila langsung melebarkan matanya. Dadanya terasa sakit seperti ada seribuan pedang yang menusuknya. Devan benar benar hanya manis diawal!
"Besok hari sabtu mau jalan nggak Dev?"
"Nggak."
"Udah 8 bulan kita gk pernah jalan bareng Dev."
"Dev mau ya. Pleaseee banget Dev." Devan masih sibuk dengan gamenya dia mengoceh ngoceh sendiri karena gamenya sudah diujung kalah.
"Ah elah mati kan gue. Lo kenapa sih bawel banget pengen jalan sama gue? Lo punya kaki kan? Lo jalan aja sendiri sana ajak temen temen lo. Gue pergi,lo selalu bikin gue kalah main game. Inget nanti malam gk usah chat-chat gue,gue mau turnamen game." ucapnya panjang lebar dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Devan pergi meninggalkan Asila seenaknya. Devan berkata kasar ini sudah beribu ribu kali tetapi Asila tak pernah memasukkan hati. Ya anggap aja Asila ini,bucin!
Asila ingin menangis tetapi tidak ada gunanya juga. Asila menahan tangisnya dan ia akan pergi dari tempat ini.
Asila sengaja melewati lorong kelas 10,ia hanya ingin memperjauh jalan kearah kelasnya saja. Saat Asila ingin menaiki tangga tak sengaja matanya menyorot letak Devan bersama teman temannya yang sedang tertawa terbahak bahak. Ia juga melihat cewek cewek disekitarnya tapi ia yakin kalau itu adalah cewek dari teman temannya.
Sepengetahuan Asila, cewek dari teman temannya Devan sangat dihargai,sangat dijaga seperti ratu. Dibuat senang,diajak jalan,perhatian,saling mengkhawatirkan satu sama lain,dan juga cowok mereka tidak seacuh dan sedingin Devan.
Asila sangat iri dengan cewek cewek teman temannya Devan. Tapi ia juga harus bersyukur karena ia bisa memiliki Devan,tetapi ia yakin yang dia miliki hanya Devannya tapi tidak dengan hati dan jiwanya.
"Sil lo harus inget kata temen temennya Devan,Devan itu cowok dingin dan acuh lo harus inget! Tapi sebenarnya ia sayang sama lo Sil." gumamnya sendiri untuk menyemangati dirinya yang sudah rapuh. Ia mengelap air matanya yang sudah jatuh dipipinya. Asila langsung pergi dan menaiki tangganya untuk melanjutkan perjalanannya.
¦¦¦
"Sil,lo dijemput Papa lo atau naik angkutan umum?" tanya Nadya sambil membereskan alat tulisnya. Nadya adalah sahabat Asila dari kelas 10. Ia dekat dengan Asila karena mereka banyak sekai kesamaan dalam dirinya.
"Papa gue belum kasih pesan ke gue sih. Kenapa emang Nad?"
"Kalau lo gk keberatan,gue mau ajak lo pulang bareng." Asila yang sedang memakai hoodienya langsung menoleh kearah sahabatnya itu "Lo emang gk bareng Elang?" Elang itu cowoknya Nadya. Ia merupakan wakil ketua anggota tim basket. Elang sangat perhatian sekali kepada Nadya. Asila pun yang melihat perhatian Elang ke Nadya menjadi merasa iri hati.
"Elang ada latihan basket hari ini."
"Kalau gitu boleh deh." Nadya dan Asila langsung meninggalkan kelas mereka. Asila sudah berjalan duluan sedangkan Nadya harus menutup pintu kelasnya. Nadya sedikit berlari untuk menyamakan langkahnya dengan Asila.
Saat mereka tertawa ringan tiba tiba saja ada bola basket yang menggelinding dihadapan mereka. Seorang cowok tinggi yang sudah dibanjiri keringat berdiri ditengah lapangan langsung berteriak "Lempar bolanya."
Asila dan Nadya langsung menoleh kearah suara teriakkan tersebut. Dan ternyata si Bobby yang berteriak,Asila langsung melemparkan bolanya dan melanjutkan jalan mereka.
"Gue baru tau kalau Bobby anak basket."
Nadya tertawa sedikit "Lo terlalu bucin sama Devan sampe temen yang ketemu setiap hari gk tau kalau dia anak basket."
Asila ikut tertawa dan mereka langsung menuju parkiran untuk mengambil kendaraan Nadya.
TBC
Jangan lupa vote n comment ya..
![](https://img.wattpad.com/cover/222005247-288-k714664.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Considered
Teen Fiction"Kalau boleh tau kamu kenapa putus dengan mantan mantan kamu?" "Bosan." Sejak percakapan singkat itu aku langsung berpikir dengan hubunganku,apakah nanti aku akan senasib dengan mantan mantannya yang lain? Atau nanti nasibku akan lebih parah dari ma...