"MANA PONAKAN GUEEE?!"
Dateng-dateng langsung bikin rusuh, siapa lagi kalau bukan oknum berinisial S yang sekarang sudah nyelonong masuk ke kamar si empunya rumah.
Malik yang masih di depan pintu mematung, shock campur panik takut anaknya yang baru berumur tiga hari itu nangis saking kagetnya.
"BANG, BINI LO TUH!"
Seta hanya tertawa tanpa suara saat masuk bersama si kembar di urutan terakhir, di depannya ada Keira, Joshua, dan Eireen, Rana sama Riga, juga Ana-Dhika yang masuk dengan tenang.
"Cewek, kan, Lik? Namanya siapa nih?"
Mendapati pertanyaan dari Keira raut wajah Malik langsung berubah sumringah hingga menampilkan dua gigi taringnya yang menonjol layaknya vampir, "Arawinda, mbak, manggilnya terserah, Ara boleh, Winda boleh,"
Saat rombongan lenong sudah pada duduk di sofa, Sora muncul dengan si jabang bayi dalam gendongan sementara sang ibu mengikuti dari belakang. Malik langsung sigap menuntun istrinya.
"Cantik banget gilaaaa bisa jadi saingannya Eireen," Sora hampir memekik lagi kalau saja tidak ingat ada bayi di gendongannya tengah tertidur lelap.
Kaum ibu-ibu langsung mengerubungi Sora, ingin melihat lebih dekat sosok bayi berumur tiga hari tersebut.
"Gede banget ya bayinya, pantes perutnya Kak Ruby bisa sampe bulet gede gitu," komentar Rana tak sadar sembari mengusap perutnya sendiri yang hampir terlihat menonjol.
Ana tersenyum, mengelus pipi Ara yang terasa selembut sutra, "Berat sama tingginya berapa, Mas Malik?" tanyanya.
Malik selesai menyajikan minuman untuk para tamunya saat kemudian berusaha mengingat-ingat.
"Beratnya 3,6 kg, tingginya 53 cm, na," malah Ruby yang menjawab.
"Waaahhhh bayi jumbo ini mah," Riga yang menyahut kaget, matanya sampai melotot heboh.
"Oh iya Rana sekarang lagi hamil, kan ya? Udah berapa minggu, sayang?" Ruby menggendong kembali bayinya setelah Sora mengeluh pegal.
"Udah lima belas minggu, Kak, hampir empat bulan,"
"Waahh bisa jadi temen mainnya Ara dong, kaya Eireen sama si kembar nanti," Keira menyahut.
Obrolan demi obrolan langsung mewarnai ruangan tersebut. Semuanya sibuk dengan si bayi yang menjadi topik perbincangan hingga kemudian Keira yang sejak tadi bermain dengan tangan Ara seolah teringat.
"Eh iya, Eireen sini deh liat si adek-"
Keira baru sadar yang dipanggilnya tidak ada di ruangan.
"Loh, Pa, anak-anak mana?"
Anak-anak, Eireen dan si kembar tiba-tiba menghilang dari peredaran, membuat bapak-bapak juga ikut tersadar.
"Loh, tadi ada kok,"
Hingga kemudian,
"MAMIIII, TANTEEEE, ABANG SAMA EIREEN JATUH DARI SEPEDAAAA,"
Semua langsung panik.
×××