"Aku mempercayaimu, tapi untuk hari ini saja."
— Affna Angellicia Calista —***
Adi memasuki mobil diikuti dengan Sarah, Gibran, dan Affna setelahnya. Adi duduk di kursi kemudi, Sarah duduk di sebelahnya, sedangkan Gibran dan Affna duduk di kursi tengah.
Gibran mengangkat jari telunjuknya dan mengarahkannya kepada Affna. "Jangan ganggu! Gue mau tidur!" peringatnya kepada sang adik.
"Geer! " ketus Affna.
Affna meletakkan toples yang berisi kerupuk di tengah-tengah antara dirinya dan Gibran. Menuju rumah baru membutuhkan waktu yang lumayan, oleh sebab itu kerupuk renyah ini akan menemani waktu Affna di perjalanan nanti.
Mobil mulai berjalan, meninggalkan rumah lama menuju rumah baru. Affna menatap nanar bangunan berlantai dua itu, rasanya ia belum siap untuk meninggalkan rumah lamanya. Mengingat banyak sekali kenangan yang tersimpan di sana.
Affna menoleh ke belakang, ia melihat mobil keluarga Dannish juga ikut melaju di belakang mobilnya.
Apakah Dannish memang tidak berbohong?
Jujur, saat Dannish mengatakan jika dia dan keluarganya akan ikut pindah, Affna tidak mempercayai cowok itu sepenuhnya. Balik lagi dengan sifat Affna yang tidak mudah percaya dengan perkataan orang-orang.
Namun, mobil keluarga Dannish benar-benar mengikuti mobilnya dari belakang—membututi mobil keluarga Affna.
Affna mengedik seolah tidak peduli, ia memalingkan pandangannya ke arah depan. Namun, rasa penasarannya terus meronta-ronta.
"Ma, keluarganya Dannish mau pindah rumah juga?" tanya Affna kepada Sarah yang sedang mengambil tisu dari dashbord.
Sarah memutar kepalanya—menatap si bungsu yang duduk di balik kursinya.
"Iya, Na. Kan, ayahnya Dannish nanti bakal satu kantor sama papa. Alasan mereka pindah juga sama kayak papa," jawab Sarah.
Affna mengangguk mengerti. Jika orang tuanya yang telah berbicara, Affna pasti akan percaya.
"Memangnya kenapa, Na?" Adi bertanya dengan pandangan yang tetap fokus pada jalanan dan setir.
"Enggak papa, Pa." Affna menggeleng.
Zzzz ....
Affna menoleh ke samping kanan, mendapati Gibran yang sudah terlelap dengan dengkuran halusnya. Cowok itu menyandarkan punggungnya pada kursi dengan leher yang diganjal bantal berbentuk huruf 'U' berwarna biru muda.
Affna menghela napas pelan berusaha untuk tidak menghiraukan cowok itu. Ia mengambil satu kerupuk dari dalam toples besar di antara ia dan Gibran.
Kress!
Suara renyah di setiap gigitan kerupuk mengiringi selama di perjalanan. Affna menatap ke luar jendela, memandang suasana jalanan yang dilalu-lalangi oleh kendaraan lainnya.
Setidaknya, setelah ia pindah ke rumah yang baru dan sekolah yang baru, Affna dapat membuka lembaran yang baru. Meninggalkan kenangan buruk yang telah ia lalui dengan rintihan air mata.
Affna ingin cepat-cepat melupakannya dan Affna tidak ingin terlalu lama terjebak di dalam jurang luka itu.
***
Sekitar satu jam lebih perjalanan menuju rumah baru, rasa bosan dan kantuk terus menyelimuti Affna tetapi anehnya ia tidak bisa tidur. Berbeda dengan Gibran yang sudah melewati beraneka ragam kejadian di dalam bunga tidur.
![](https://img.wattpad.com/cover/221402391-288-k709750.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aff & Dann
Teen FictionMereka saling menyayangi-sebagai sahabat. Namun, sampai kapan rasa sayang ini akan terus berdiri mengatasnamakan persahabatan? Cover: https://id.pinterest.com/@Artcover