"SELAMAT datang, sayang!" wanita berambut pirang itu menyapaku setelah mendengar gemerincing bel yang terpasang di pintu masuk.
Aku menatapnya sekilas.
Wanita itu mengenakan sweater berwarna pink bergambar kucing dilengkapi dengan rok denim dan sepatu kets berwarna putihnya. "Penampilanmu tidak buruk," komentarku. Itu membuatnya menggembungkan pipi.
Namanya Gwen. Kami adalah partner bagi satu sama lain untuk berkerja sama untuk memuat berita di situs online dan mendapatkan uang dari para pemasang iklan di media sosial.
Aku menyenderkan punggungku ke sofa hitam penuh dengan remahan kue yang terletak di sudut ruangan. "Kau tidak berkeringat menggunakan sweater itu di musim panas?" tanyaku pada Gwen yang sedang mengutak-atik komputer butut miliknya.
"Fashion lebih penting dan aku bahagia kalau saja aku terlihat cantik," ujarnya menyorotkan pandangan kearahku seraya membuka segel soda kalengan. Lalu kembali berfokus dengan komputer bututnya.
"Siapa bilang kau cantik?" Godaku. Gwen terkekeh. "Wajahmu yang berbicara," ayolah, wanita ini sangat menjengkelkan.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kabarmu sejak tadi?" ia bertanya seakan sudah tahu apa yang akan kujawab. Aku melemaskan kepalaku.
"Yaaah, kau tahu aku paling benci dengan bangsawan. Tapi tak masalah karena aku telah mendapatkan fotonya pada sisi yang bagus. Tentunya dengan keahlian profesionalku," jawabku percaya diri.
Aku bangkit dan menyerahkan beberapa kertas polaroid kepada Gwen. "Lihat," Gwen terdiam sejenak. Lalu mengambil semua kertas polaroid yang kuserahkan.
"Hmmm, tidak buruk."
"Sebelum kau mencetaknya untuk dijadikan berita terkini, apa kau pernah melihat ras semacam ini," aku menunjukan foto wanita berambut merah yang tadi.
Gwen mengernyitkan dahinya. Lalu berpikir keras. "Sepertinya aku pernah melihatnya dimana. Entah surat kabar atau dibuku sejarah," kalimat anehnya membuatku kebingungan.
"Maksudku rasnya. Sudah puluhan tahun berlalu dan banyak kejadian besar di kota ini. Bahkan seluruh penjuru negeri, sehingga ada kejadian dimana faktanya manusia berambut merah telah punah dan hingga kini kau tidak bisa menemukan orang semacam itu hingga dunia menunggu-nunggu kapan bayi berambut merah akan terlahir kembali."
"Eeeergh! Cukup sudah Than! Aku bukan pakar sejarah dan jika kau mau tahu lengkapnya aku mempunyai banyak buku sejarah tua di gudang. Jika kau mau ambil dan baca saja." Ia mulai jengkel dan lebih memilih untuk menyelesaikan tugas menulis beritanya.
"Baiklah, aku akan kesana."
"Than, memangnya apa keuntunganmu kalau saja wanita berambut merah itu adalah salah satu ras yang disangka oleh publik telah punah?" Kalimatnya membuatku berbalik badan kemudian berjalan mendekatinya.
"Berita ini akan menjadi berita yang unik dan mendapat tanggapan serius dari orang-orang bodoh diluar sana. Dan aku akan mendapatkan uang jika orang-orang dari bidang periklanan memasang iklannya di situs kita sehingga itu menghasilkan uang yang banyak," ujarku terus-terang, setelahnya merebut soda kalengan dari genggaman Gwen dan meneguknya. Kemudian menaruhnya di atas meja kayu dan berbalik lagi.
Wajah Gwen memerah. "Dasar Bedebah Sialan!!" teriakan jengkelnya membuatku cengengesan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mankind's World
FantasyBerita yang telah kupublikasikan seminggu lalu seakan mengundang 'orang gila' yang saat ini menmengusik hidupku. Wanita itu gila dan dapat merubah karakternya. Katanya semakin sering berubah wujud, pigmen kulitnya semakin berkurang. "Apa kau gila?" ...