"BAGAIMANA, kau sudah menemukan sesuatu yang terdengar 'istimewa'?" Gwen menekan kata 'istimewa' dalam pengucapannya seraya melambaikan jari telunjuk dan jari tengah yang dimekarkan.
"Buku ini sangat membantu," ujarku datar tanpa ekspresi. Lalu memperlihatkan halaman berjamur dari buku tua yang kugenggam. Kali ini Gwen beralih dari komputer bututnya dan menghentikan gerakan jari-jemarinya di keyboard.
Halaman buku yang menunjukan persis seperti yang selama ini kucari. Rupanya, ras berambut merah yang telah punah itu bukanlah bualan atau merupakan dongeng terdahulu melainkan sejarahnya tercantum disini.
Nanoid, adalah ras manusia yang kebanyakan golongannya adalah suku Al Pen. Suku pengembara yang setiap pergantian bulan mereka bermigrasi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Alasannya cukup mudah, karena pandangan ras lain terhadap mereka. Rambut merah dan iris biru langitnya tampak indah dan istimewa, sehingga ras malang itu mengamlami banyak tekanan. Sebagin besarnya ditangkap, lalu dipisahkan. Ada yang dibunuh massal, juga diperjual belikan di pasar gelap, ataupun organ dan anggota tubuhnya dijual dengan harga fantastis.
Dahulu, tak ada seorangpun yang menganggap mereka manusia. "Mereka hanyalah hewan," mayoritas pandangan lainnya, atau pun ada juga yang menganggap mereka sampah dan hama sehingga jasad-jasad ras Nanoid dibuang begitu saja. Entahlah, apa pun alasannya, pandangan dunia memang sudah seperti itu. Sehingga kini ras mereka dianggap hilang dari muka bumi ini. Walaupun kenyataannya seperti itu, tak sedikit juga dari orang-orang yang berpandangan bahwa setiap ras manusia sama dan berhak hidup. Kupikir mereka yang paling waras.
Tapi sekarang, tak salah lagi. Dari ciri khasnya pun tertebak. Wanita rambut merah itu adalah salah satu dari golongan mereka.
Gwen terperangah hingga tidak jadi memberikan tegukan soda kaleng untuk mulutnya meskipun bibir mungilnya telah bersiap untuk melakukannya. "Ini sungguhan," aku menaikkan alisk.
"Dan sekarang aku cukup puas bisa menulis berita yang tidak begitu membosankan lagi,"
Gwen kembali dengan tampang normalnya. Sekarang menepis rambut pirangnya dan memberikan tegukan terakhir untuk soda kalengan miliknya hingga habis tak bersisa. "Kau yakin ini ide bagus?"
"Memang apa salahnya?" aku baik bertanya sehingga membuatnya memutar bola matanya seolah kali ini aku yang terlihat bodoh.
"Terserahkaulah,"
Tak lama kemudian si rambut pirang itu bangkit kursinya dan pergi meninggalkanku.
"He-, kamu mau kemana!?" seruku sambil memandang punggungnya yang menjauh.
"Ke kamar mandi," alih-alih kalimatnya membuatku menghela napas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mankind's World
FantasyBerita yang telah kupublikasikan seminggu lalu seakan mengundang 'orang gila' yang saat ini menmengusik hidupku. Wanita itu gila dan dapat merubah karakternya. Katanya semakin sering berubah wujud, pigmen kulitnya semakin berkurang. "Apa kau gila?" ...