Topan dibantu yang lainnya langsung memindahkan rak rak dan meja ke samping agar karpet bisa diangkat. Setelah beres tersisihkan semua, Noura dibantu Zevan menggulung sedikit karpet sampai terlihat sebuah ubin kayu, seperti pintu kebawah.
"Gila gila parah!", seru Zevan langsung ditoyor pelan oleh Chandra.
"Diem berisik lo, nanti bu perpus bisa denger", jelas Chandra. Mereka langsung mengerubungi pintu kayu itu.
"Guru guru ga bakal ada yang kesini, jarang banget ada guru yang ke ruangan ini", ucap Topan sambil kembali mengetuk ngetuk pintu itu, dari suaranya memang seperti ada ruangan disana.
Topan dibantu Aldino dan Chandra menarik gangang pintu itu. Percobaan pertama gagal, pintu itu terlalu kencang, atau mungkin dari dalam terkunci tapi sepertinya tidak. Tidak ada lubang kuncinya.
"Ck. Gue bantu", Davina berdecak sambil mengambil posisi yang pas untuk menarik pintu itu. "Satu dua tarik", ucap Topan memerintah yang lain. Berulang kali dicoba tetapi masih belum bisa.
"Zev lo ga bantuin, lo kan laki", Noura menyenggol bahu Zevan. "Eh lo waria deng gue lupa", lanjut Noura sebelum Zevan sempat menjawab. Zevan dengan terpaksa dia ikut membantu.
Dan setelah agak lama.Brak
Pintu itu terbuka Davina, Topan, Aldino, Zevan dan Chandra terpental ke belakang. "Aduh", ringis Davina karena dia paling keras terbentur ubin. "Lo gak papa?", Nada bangkit menolong Davina diikuti Noura.
"Gelap anjir ngeri"
"Kok serem ya"
"Menarik ini mah"
Berbagai celotehan muncul dari mulut masing masing dari mereka. Gelap adalah kesan pertama yang muncul. Topan menyalakan senter dari handphone nya. Terlihat ada tangga untuk kebawah. "Ayo", ajak Topan disambut antusias oleh yang lain tapi ada satu orang yang ragu, yaitu Nada. Nada bergidik ngeri karena tempat itu gelap dan kotor.
"Sebentar aja Na", Chandra berusaha meyakinkan Nada. "Ga usah takut ada gue, kita cuma lihat lihat aja ga nyampe nginep juga", lanjutnya lagi. Nada mengangguk dan segera menggengam tangan Chandra.
Yang lain melihat adegan itu hanya menghembuskan nafas sambil berucap dalam hati 'jomblo mah bisa apa, serasa dunia milik berdua yang lain ngekos' . "Gue duluan", Topan masuk pertama disusul Noura dibelakangnya, lalu Chandra, Nada, Zevan, Davina yang terakhir Aldino.
Mereka menyalakan senter dari handphone mereka masing masing. Kecuali Noura karena handphone nya mati. Sebelum itu tak lupa Aldino menutup pintu ruang bawah tanah itu.
Lorong yang agak sempit membuat mereka berjalan satu satu. Aslinya lorong itu masih muat jika digunakan berjalan 3 orang tetapi mereka memilih berbaris seperti ular agar lebih leluasa berjalan. Chandra yang dari tadi mengengam tangan Nada tiba tiba dihempas kasar oleh Nada. "Kenapa Na?", tanya Chandra sedikit kaget. Alhasil semuanya berhenti dan menengok ke arah Nada. "Jari aku sakit chan, cincin pemberian mami aku nyepit jari aku", jelas Nada sambil merengek memperlihatkan cincin itu yang tersemat di jari manisnya yang agak memerah.
"Iya maaf Na, aku cuma mau kamu merasa aman aja", Chandra mengacak pelan rambut Nada. "Ekhem, pacaran ga tau tempat ni ye", Zevan berdeham dibalas tatapan sinis dari Chandra. "Jones sih lo", sungut Chandra. "Gue single ye, banyak yang mau sama gue tapi gue pilih pilih sampe nemuin yang kaya Jennie Blackpink", Zevan tak mau kalah.
"Mana ada Jen-",ucapan Chandra dipotong oleh Noura. "Malah ribut, jalan lagi ngapa woy", Noura cukup jengah melihat tingkah Zevan dan Chandra. Mereka pun kembali berjalan lagi. Cukup lama berjalan, mereka melihat sebuah pintu kayu di sisi kanan lorong. Mereka memilih berhenti untuk memeriksa ruangan dibalik pintu itu.
"Anjir pintu nya banyak sarang laba laba nya", Davina bergidik ngeri, dia sedikit takut dengan laba - laba. Ya hanya sedikit kok. Aldino mencoba membuka pintu tersebut tapi hasilnya nihil. "Mau di dobrak atau lanjut jalan?", tanya Chandra sambil melihat lorong yang berada di depannya.
Topan dan Aldino perlahan mundur. Ya jawabanya mereka akan mendobrak pintu itu.
Brak
Pintu itu langsung terbuka, setelah itu terdengar suara mengerikan seperti hembusan nafas berat seseorang. "Suara apa itu cok?", tanya Davina was was matanya menjelajahi lorong didepannya. "Perasaan gue ga enak", ucap Noura. Topan mengiring semuanya untuk masuk ke ruangan itu sambil menutup pintunya dan menahan pintu itu dengan meja yang ada di dalam ruangan itu, agar pintu tak bisa dibuka dari luar.
"Kenapa ditutup?", tanya Zevan sambil melihat Topan dengan tatapan penuh tanya. "Perasaan gue ga enak, ada sesuatu didepan sana kayaknya", jelas Topan sembari menepuk nepuk tangannya ke celana seragamnya menghilangkan debu ditangannya.
"Gue takut", cicit Nada semakin menepel dengan lengan Chandra. Chandra berusaha menenangkan Nada dengan mendekapnya sebentar.
Aldino yang sedari tadi menjelajahi ruangan itu dengan Noura tiba tiba berseru "Ada senjata woy". Davina disusul yang lain langsung menghampiri Chandra yang tengah mengengap sebuah pistol."Bahaya kampret!", Davina melotot tajam ke arah Aldino, namun tak digubris oleh Aldino. Dia malah membuka salah satu almari yang sudah berkayu rapuh disampingnya. Belum sempat mereka terkejut dengan isi almari itu.
Brak
Semuanya menoleh ke sumber suara itu. Suara itu berasal dari pintu yang sudah diganjal meja, semuanya terkejut pasalnya seperti ada seseorang yang berusaha membukanya. "Jangan bengong kita tahan meja itu", intruksi Topan kepada yang lainnya. Langsung saja Aldino, Topan, Chandra dan Zevan menahan meja itu agar pintu tidak terbuka.
Suara mengerikan itu terdengar lebih jelas. Asal suara itu berasal dari balik pintu itu. Noura berbisik kepada yang lain untuk menyuruh mereka tidak berisik. Lalu semuanya diam tak lupa Aldino, Topan, Chandra dan Zevan masih menahan meja itu.
Selang beberapa menit gedoran di pintu itu menghilang dan suara mengerikan itu juga ikut menghilang. Sepertinya sudah pergi.
Nada membekap mulutnya sendiri menyembunyikan isak tangisnya sedari tadi dia sudah meneteskan air matanya. "Udah aman Na", ucap Davina berusaha menenangkan Nada dibantu Noura.Mereka masih membisu, tatapan mereka beradu menyiratkan ketakutan juga penyesalan karena telah masuk ke ruang bawah tanah ini. Tapi mau bagaimana lagi semuanya sudah terlanjur.
"Gue takut", ucap Zevan terduduk lemas di tanah. Ya ruang bawah ini hanya terdiri dari tanah dan kayu juga lampu berwarna oren yang redup. Semuanya duduk berkumpul menjadi satu didepan meja itu, tak ada yang membuka suara, mereka hanya menunduk sambil melafalkan berbagai doa.
"Itu tadi bukan manusia", jelas Aldino tapi tak ada sahutan dari yang lain. Ya mereka tau itu bukan manusia, karena tak mungkin manusia seperti itu. Cukup lama mereka hanya saling diam Topan membuka suara,
"Kita gak bisa diem aja, kita lanjutin semua ini"
♧♧♧
Woy woy
Kembali lagi dengan
-TERSESAT-
(reborn)•
Karna sebelumnya saya juga pernah membuat cerita berjudulkan TERSESAT, tapi sudah saya unpublish. Dan terlahir kembali dengan cerita yang berbeda, pastinya.
•
Gue masih amatir, masih noob
•
Like, comment nya
Hargai ye kita sama sama berkarya
Jangan jadi sider•
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
TERSESAT (reborn)
Mystery / ThrillerKarena sebuah ketidak sengajaan dan sebuah rasa ingin tau yang besar, mereka terjebak dalam sebuah ruang bawah tanah. Ruang bawah tanah yang berisi lorong-lorong minim penerangan, juga mereka dihadapkan oleh sesuatu yang mengerikan. Darah dan ketaku...