Bab. 3

10 1 0
                                    

"Cinta itu bukan hanya sebuah kebahagiaan karena dapat memilikinya, kadang cinta itu juga harus rela berkorban dan tersakiti demi orang yang kita Cintai"

~Rafka Syaquel zafran

Terselip penyesalan dihatiku. Jika saja dulu aku menerimanya pasti semua ini tidak akan terjadi. Asstagfirullah haladzim Naura gak boleh gitu! semua ini udah takdir, kamu harus inget rencana Allah adalah sebaik - baiknya sebuah rencana, dan kamu juga harus inget jika Allah mengambil sesuatu maka Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik lagi. Entah kenapa aku bisa berpikiran seperti itu?

Flashback On

"Ra ko tumben sendirian aja? Nisa mana?" tanya Hanum temen kecilku.
"Nisa lagi sakit" sahut ku sembari duduk bersama mereka didepan sebuah toko sambil nunggu Arka.
"Terus kamu pulang sama siapa?" baru mau buka mulut Arka udah datang dengan motornya, spontan aku langsung berdiri.
"Naura yuk!" ucap Arka tiba-tiba sembari memberikan helm.
"Buruan pake"
"Kan helm nya cuma satu Arka aja yang make"
"Udah pake aja"
"Adanya juga yang make tuh yang didepan. Mau malu-maluin Naura?" ucap ku sedikit kesal. Jujur saja aku tidak suka pake helm.
"Keselamatan kamu lebih penting Ra." kukuhnya. Akhirnya aku terima helemnya dan langsung memakaikannya di kepala Arka, terlihat lucu memang, tapi aku juga tidak mau ia kenapa-kenapa.
"Udah kan? Yuk berangkat!" ucapku sembari naik ke jok. Hanum dan teman-temannya terus memandangi kita, aku yakin setelah ini kita akan menjadi bahan gosip, no problem, semakin banyak digosipin semakin banyak juga dosa kita yang dihapus.
"Duluan ya," ucapku pada Hanum dan teman-temannya. Setelah lama bengong Arka akhirnya menjalankan motornya, sepertinya ia masih terkejut dengan apa yang aku lakukan barusan. Selama perjalanan Arka hanya diam, entah kenapa? Apa mungkin dia marah?
"Mau turun dimana? Depan rumah apa depan komplek?"
"Depan komplek aja, depan rumah yang ada tetangga konser." Arka tertawa begitu renyah, rasanya senang sekali bisa melihat Arka tertawa lepas.

Motor Arka berhenti tepat di depan komplek.

"Udah kan?" tanyaku. Arka belum juga menyalakan motornya, dia malah bengong diatas motor, entah apa yang sedang ia fikirkan.
"Kamu duluan aja" ucapnya dengan tatapan tetap lurus ke depan, padahal aku berada disampingnya.
"Oke, makasih ya" baru mau melangkah Arka manggil.
"Naura" sepontan aku menoleh sembari menaikan alis. Arka turun dari motornya dan jalan kedepan ku. Sekarang posisinya ia membelakangiku.
"Jika aku bilang I Love You kamu mau jawab apa?" Sumpah rasanya jantung mau copot, rasanya panas sekali mungkin wajah ku sudah terbakar.
"Maksudnya?" Jawabku pura-pura gak ngerti :v

"Aku suku sama kamu Ra"
"Hhhh... Gak usah bercanda! gak lucu!" ucapku sembari tertawa, mungkin muka ku sudah merah padam. Malu, rasanya pengen nyebur aja.
"Serius Ra aku suka sama kamu."
"Ini bener serius?"
"Iya serius aku suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku? Gak juga gak papa kok, kan cinta gak harus saling memiliki, cita juga bukan hanya sebuah kebahagiaan karena dapat memilikinya, kadang juga cinta harus rela berkorban demi orang yang kita cintai." mendengar semua itu rasanya pengen nangis, butiran bening itu sudah sampai dipuncak tinggal nunggu jatuh aja. Aku buru-buru menyekanya. Untung Arka membelakangi ku.
"Alasannya?" hanya itu yang bisa ku katakan, lidah ku kaku.
"

Cintaku telah mematikan semua alasan"
"Kenapa?"
"Cintaku tak butuh kenapa dan mengapa"
"Kayak lirik lagu"
"Ini aku serius ra"
"Hehe iya maaf canda abis muka kamu tegang banget." Arka langsung kembali kemotornya, dan melihat wajahnya dikaca spion. Sumpah lucu banget, mau ketawa takut dosa jadi senyum-senyum aja :)
"Keliatan banget ya tegangnya?"
"Banget," ucapku sembari nyengir :v
"Kamu gak perlu jawab sekarang, difikir-fikir aja dulu. Ya udah aku pulang ya, assalamualaikum."
"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ku Ikhlaskan Dirimu dengan BismillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang