Pesantren Ku

407 15 2
                                    

Karanggawang adalah nama dusun di Desa Sidorejo, Sayung, Demak. Disinilah tempatku menyantri, Pondok Pesantren Assalafi As-syamsuriyyah.

Suana Dusun Karanggawang, begitu beda dengan dusun-dusun di sekitarnya. Bila di dusun-dusun yang lain, sudah sesak dipenuhi rumah-rumah, tetapi saat kita mengunjungi Dusun Karanggawang, kita akan melihat pemandangan, disisi kanan kiri jalan, hamparan sawah yang luas, sehingga menimbulkan suasananya sejuk dan asri.

Pesona alam yang indah, nuansa religi, lingkungan yang agamis. Membuat siapa saja betah nyantri disini.

Ummi pernah menceritakan pada kami, Bagaimana awal mula pondok ini berdiri. Pada saat Tiba-tiba rumahnya Mbah Syamsuri Abahnya Ummi. kemasukan orang asing.

"Loh sampean sopo? Kok neng kene" Kata Ummi waktu menceritakan Mbah Syamsuri ketika memergoki orang asing yang masuk ke rumah.

"Pak tolong saya, ijinkan saya sembunyi, di rumah ini. Saya janji bakal nuruti semua perintah njenengan, asal jenengan nulungi saya dari kejaran Polisi" Mintanya orang tersebut, sambil jongkok dengan wajah ketakutan dan memelas.

"Rene, Rene... Nek sampean dikejar Polisi bearti sampean duwe salah? sampean kuwi sopo benere?" Tanya Mbah Syamsuri dengan halus.

"Pak mangke saya ceritakan semua, sekarang saya sembunyi dulu" Kata orang asing tersebut sambil merangkak, bersembunyi di bawah meja.

Mbah Syamsuri lalu menutup pintu dan jendela, beliau melihat keadaan luar melalui kaca jendela yang tidak transparan, sehingga polisi tidak tau kalau ada yang mengawasinya di dalam rumah. Setelah polisi mengecek sekeliling rumah-rumah warga, tetapi tidak diketemukan orang yang dicarinya, polisi itu lalu pergi.

"Polisine wes lungo, wes aman" Kata Mbah Syamsuri, yang diiringi keluarganya orang asing dari bawah meja.

"Matur sembah nuwun Pak, Sudah menolong saya" Ucap orang asing sambil sungkem, menciumi tangan Mbah Syamsuri.

"Jengenmu sopo le? Terus Sebenere, Sampean iki sopo? " Tanya mbah Syamsuri.

"Parto mbah" Jawab orang asing tersebut.

Kang Parto lalu menceritakan perihal dirinya, bahwa dia seorang pengedar daun ganja. Yang identitasnya, telah diketahui oleh polisi, sehingga polisi mencarinya dan hendak menangkapnya.

"Mau munimu, gelem nuruti kabeh, omonganku toh le" Ucap Mbah Syamsuri.

"Enggeh Mbah, leres"

"Le, aku menyembunyikan Sampean, neng kene, iku aku keliru le, Saiki aku njalok, Sampean menyerahkan diri neng Polisi, ojo kawatir ojo wedi" Ucap mbah Syamsuri

"Pak saya tidak masalah, jika saya masuk penjara, tapi anak dan istrinya, bagaimana mbah, sinten seng ngerumati" Ucap Pak Parto sambil menangis sedih, memikirkan anak istrinya.

"Orak usah khawatir le, anak karo bojomu, tak rumatane aku karo bojoku, Sampean tobato le marang Allah, balik o neng dalan kang bener" Nasehat mbah Syamsuri dengan halus

"Matur Sembah nuwun Pak, Saya sebenarnya sudah mau tobat dari dulu, tapi saya bingung, bagaimana menghidupi anak dan istri saya, kalau tidak dari jual daun ganja" Kata kang Parto sambil menangis sampai kesesegen.

"Le, kabeh wes di Pernah ke Gus Allah, Gusti Allah wes janji ning Al-Qur'an Surat Hud Ayat 6, Orak ono Makhluk seng bergerak di muka bumi, kecuali dijamin kabeh kaleh Gusthi Allah, Rezekinya" nasehat Mbah Syamsuri Yang menjadi Wasilah terbukanya Hidayah dari Allah.

"Ngeh Pak, saya tobat, saya menyesal Pak, saya tidak akan mengulanginya lagi, saya akan menyerahkan diri" Ucap pak Parto dengan deraian air mata.

"Alhamdulillah ya Allah" Ucap mbah Syamsuri sambil menepuk-nepuk bahu Kang Parto

Kang Parto Akhirnya menyerahkan diri ke polisi, sejak saat itu, istri dan anaknya Kang Parto berpindah rumah dan tinggal rumah mbah Syamsuri.

Setelah Kang Parto bebas dari penjara, Kang Parno mengajak teman-temannya, yang notabennya kaum abangan itu untuk bertaubat, dan Alhamdulillah Hidayah yang Allah berikan pada Kang Parto, kini hidayah itu juga masuk ke relung hati teman-temannya, akhirnya bukan hanya Kang Parto, istri dan anaknya, yang tinggal di rumah mbah Syamsuri, tetapi teman-teman Kang Parto, juga ingin ikut menetap di rumah Mbah Syamsuri.

Sangking banyaknya orang yang ingin hidup bersama Mbah Syamsuri, akhirnya mbak Syamsuri mendirikan gubuk, yang diberi nama "Padepokan Tombo Ati" Yang kini sekarang berganti nama menjadi Pondok Pesantren Assalafi As-syamsuriyyah. Begitulah cerita ummi mengenai sejarah awal mula berdirinya Pesantren ini.

Abah dan Ummi mempunyai empat Putra, dan dua putri. Gus Ghofur, Gus Falah, Gus Niko, Ning Salma, Gus Daffa dan yang terakhir Ning Caca. Dulu aku berfikir Gus Asraf itu putra Ummi dan Abah, tapi ternyata bukan. Gus Asraf itu keponakan Ummi, Jadi Abahnya Gus Asraf itu adiknyanya Ummi. itu artinya Ummi adalah Budenya Gus Asraf.

Putra putrinya ummi dan Abah, sudah berkeluarga, Tinggal Gus Daffa dan ning caca yang belum. Dulu aku salah mengira bahwa Gus Daffa itu yang Gus Asraf, dan sebaliknya Gus Asraf itu yang Gus daffa. Begitulah aku yang tidak paham tentang Gus Daffa Gus ku sendiri. Pada saat itu Gus Daffa jarang pulang, jadi aku tidak hafal wajahnya, dan aku juga masih terbilang santri baru kala itu.

Gus Asraf dan Gus Daffa, Dua Gus itulah yang jadi idolanya Mbak-mbak Pondok, yang digandrungi, diidam-idamkan, sampai sering dighibahin hehehee. Ya pantas kalau mereka jadi idola, sama-sama ganteng dan pintar.

Dua Gus itu mempunyai imaj yang berbeda. Gus Asraf dinilai bandel, punya pacar banyak, katanya ceweknya ada di As-syamsuriyyah 2, yang di bawah pengasuhan Gus Ghofur, Ada juga di As-syamsuriyyah 3, di bawah pengasuhan Gus Falah, katanya lagi punya cewek di pondok Dusun sebelah. entahlah apa itu benar atau tidak. aku tidak tau. Mbak-mbak Pondok menyebutkan, jika nama Gus Asraf disebut, yang kebayang langsung playboynya, Astaghfirullah.

Berbeda dengan Gus Daffa, yang tidak pernah terdengar, kabar dia dekat dengan wanita manapun, apa dirahasiakan atau memang belum ada wanita yang di sukai. Aku juga tidak tau, Ibarat kata mbak-mbak kalau nyebut nama Gus Daffa, yang kebayang Alimnya, MasyaAllah.

Aku sebenarnya setuju atas lebel playboy pada Gus Asraf, tetapi aku tidak mau Su'ul Adab, menyebutnya begitu. Bagaimanapun dia juga tetap keluarganya Ummi dan Abah, Cucunya Mbah Syamsui, yang sama-sama harus aku muliakan.

Saat Kejadian Warung Mbok Pini, tanda-tanda Playboynya Gus Asraf, sudah diperlihatkan padaku, begitu kata Elsa.

"Alya, habis dia titip salam, lewat mbak hilma, eh sekarang mau dibayarin, di warung mbok pini" Kata Elsa sambil cekikikan.

"Apa sih El, kata mbak-mbak dia udah terkenal playboy, jadi aku masa bodoh aja sama dia" Ucapku sambil memanyunkan bibir, karena kesal

"Iya sih, dia sudah menunjukkan ke playboyannya sama kamu al, kamu hati-hati ya, tapi aku ngak sabar deh, nanti Gus Asraf berbuat apa lagi ya" Godanya elsa padaku

"Elsaaaaa" Teriakku sambil mengejar dia, ingin ku acak-acak krudungnya.

BERSAMBUNG...



Dua GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang