Hyunjin menyampirkan handuknya di pundak, sesekali juga tangannya akan sibuk mengeringkan rambut yang basah. Baru selesai membersihkan diri ditemani air super dingin yang membuat segar kembali, melangkah sedikit tergesa kearah ranjang kemudian menyelonjorkan kaki berbalut training hitam di atas kasur.
Lengan yang satu mengambil ponsel di atas bufet samping ranjang, merasa rambut basahnya telah kering. Hyunjin melempar handuk kecil itu kearah sofa yang tersedia di dalam kamar.
Tangan kanan memegang ponsel lalu tangan kiri memegang sobekan kertas kecil bertuliskan angka, Hyunjin dengan segera mengetikkan angka tersebut dan menyimpannya dengan nama seseorang. Terkikik tidak jelas sebelum menambahkan satu kata setelah nama sang pemilik nomor.
Mendesah dalam, Hyunjin menyender pada sandaran ranjang. Memutar ponsel bermerk Nokia itu dengan gelisah, tidak bisa memutuskan pilihan antara dua hal yang bersarang di otaknya. "Telepon atau sms?" tanya Hyunjin pada diri sendiri
"Heh, inguh cang (bingung aku). Kalau tiba-tiba nelepon nanti kesannya lancang, kalau sms-iya deh kayaknya sms pilihan yang terbaik."
Setelah tau apa yang harus dilakukan, Hyunjin menekan icon pesan lalu mengklik bar pesan baru disana. Berpikir sejenak untuk kata-kata apa yang akan dikirimnya nanti, Hyunjin juga sesekali akan mengigit kuku jempolnya karena, entah kenapa dia begitu gugup. Jelas Hyunjin bingung, pasalnya ketika akan mengirim pesan entah pada orang tua atau teman, Hyunjin tak segundah-gulana ini.
"Ku sms selamat malam aja kah?" tanya Hyunjin pada diri sendiri. "Tapi Kiel bakalan balas smsku nggak ya?" lanjutnya lagi masih dengan pikiran yang berkecamuk, Hyunjin menunduk dan mengacak rambutnya perlahan.
Tangan terampil itu mengetikkan beberapa kata, membaca ulang lalu menggeleng. Berujung dihapus dan kembali merangkai kata-kata yang pas untuk dikirim, Hyunjin juga akan merengut sesekali karena terlalu gugup untuk memulai.
Siap menekan tombol kirim, Hyunjin menahan nafas. Suara ponselnya yang menampakkan icon ceklis pertanda pesan telah dikirim. Hyunjin kemudian melempar benda persegi panjang kecil itu ke samping kasur. Berguling lalu tersenyum lebar sambil menutup mata, "Ya Tuhan cuma begini doang, aku sampai malunya bukan main."
Hyunjin melirik ke arah kiri, ketika menemukan ponselnya berdering dua kali. Perlahan Hyunjin mengambilnya dan langsung membuka pesan baru yang diterima, dan saat membaca balasan pesan dari seseorang itu rasa percaya diri Hyunjin meningkat pada tujuh level sekaligus
Adkiel Jegeg
Malam juga Fikar, aku baru selesai mandi. Kalau Fikar lagi apa?Hyunjin merubah posisi agar lebih nyaman untuk berlanjut mengirim pesan, bantal ditegakkan menempel pada tembok. Punggung lebar itu dengan nyaman bersandar disana, Hyunjin mengacungkan tangannya siap untuk kembali mengirim pesan pada Felix.
Aku juga baru selesai mandi nih, habis keramas. Kiel udah makan malam belum?
Menunggu dengan sedikit was-was, Hyunjin menggulung diri didalam selimut. Cuaca Bandung di bulan kemarau memang tidak bisa diajak kompromi, angin yang menyeruak ke dalam kamar benar-benar membuat Hyunjin merapatkan diri pada selimut. Kini badannya telah nyaris tertidur di atas kasur dengan selimut sebatas dada
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouvaille +Hyunlix
General FictionKamu tahu, kenapa kita dibatasi jarak? Supaya Tuhan tidak sia-sia menciptakan rindu.