BAGIAN 4

343 20 0
                                    

Malam sudah jatuh menyelimuti Gunung Garuling. Kegelapan dan kesunyian begitu terasa. Bahkan angin pun seakan enggan berhembus membuat udara terasa begitu panas. Sementara Rangga yang terpaksa harus tinggal sementara di rumah Eyang Jambala, belum bisa memicingkan matanya. Pendekar Rajawali Sakti hanya bisa berdiri mematung di depan jendela kamar yang dibiarkan terbuka lebar. Dari jendela kamar ini, dia bisa memandang jelas ke arah puncak Gunung Garuling yang kelihatan menghitam bagai raksasa tidur.
"Hm, sepi sekali malam ini...," gumam Rangga pelahan.
Dan Rangga merasakan ada sesuatu yang janggal malam ini. Rasanya kesunyian teramat sangat menyelimuti sekitarnya. Begitu sunyi, sampai suara gerit serangga malam pun tidak terdengar sedikit pun juga. Bahkan tidak terasa adanya hembusan angin, sehingga udara terasa begitu panas. Padahal langit tampak hitam berselimut awan tebal, tanda-tanda akan turun hujan. Keanehan semakin terasa menyelimuti hati Pendekar Rajawali Sakti, saat menjelang tengah malam. Udara yang begitu panas semakin terasa bagai membakar tubuhnya. Bahkan titik keringat sudah membanjir di seluruh tubuh.
Dan tiba-tiba saja, terdengar ringkikan kuda yang begitu keras. Rangga jadi tersentak juga, saat mengenali kalau ringkikan itu pasti berasal dari Dewa Bayu yang ditambatkan di samping rumah ini. Dan ringkikannya juga terdengar seperti sedang menderita. Bergegas Rangga menjulurkan kepalanya ke luar melalui jendela, hendak melihat kuda tunggangannya Dan pada saat kepalanya ke luar jendela...
Slap!
"Heh...?!"
Pendekar Rajawali Sakti jadi tersentak kaget setengah mati, begitu tiba-tiba saja terlihat kilatan cahaya merah bagai api melesat begitu cepat melintas di depan wajahnya. Cepat kepalanya ditarik. Namun, sambaran cahaya merah itu cukup membuat wajahnya panas bagai terbakar. Rangga cepat-cepat melompat ke belakang, langsung menyilangkan tangan kiri di depan wajahnya.
"Dewata Yang Agung! Apa itu...?"
Kedua bola mata Rangga kontan terbeliak begitu melihat sesosok tubuh berbentuk manusia tahu-tahu sudah berdiri tidak seberapa jauh di depan jendela kamar ini. Sosok tubuh yang mengeluarkan api seperti orang terbakar itu berdiri tegak menghadap ke jendela kamar yang terbuka ini. Belum juga Rangga bisa mengetahui, mendadak saja manusia yang seluruh tubuhnya memancarkan cahaya api itu mengebutkan tangan kanannya ke depan. Dan seketika itu juga, melesat segumpal bola api yang langsung menembus masuk melalui jendela.
"Heh...?! Hap!"
Rangga cepat-cepat menghentakkan tangan kanannya, memberi pukulan menggeledek dari jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' tingkat terakhir, begitu melihat manusia yang bertubuh api menyerang. Angin pukulan yang dilepaskan Pendekar Rajawali Sakti memang sangat kuat luar biasa, hingga gumpalan bola api itu terpental balik keluar. Tapi Rangga juga jadi terdorong ke belakang dua langkah.
"Hup! Hiyaaa...!"
Cepat-cepat Pendekar Rajawali Sakti melesat ke luar menerobos jendela kamar ini. Langsung disadari kalau manusia bertubuh api ini bisa saja membakar rumah Eyang Jambala yang ditempatinya, kalau tidak cepat-cepat keluar. Sungguh ringan gerakan Pendekar Rajawali Sakti. Tanpa menimbulkan suara sedikit pun juga, kakinya menjejak tanah, tepat sekitar satu batang tombak di depan manusia bertubuh api ini.
"Siapa kau...?" Rangga langsung melontarkan pertanyaan tegas.
"Ghrrr...! Aku si Raja Api," sahut manusia bertubuh api memperkenalkan diri.
"Hm... Apa maksudmu menyerangku?" tanya Rangga lagi.
"Jawabnya ada pada dirimu sendiri, Pendekar Rajawali Sakti."
"Heh...?! Kau tahu namaku...?" Rangga jadi terperanjat, karena makhluk aneh yang menamakan diri si Raja Api itu sudah mengetahui julukannya.
"Kedatanganmu memang sudah lama kutunggu, Pendekar Rajawali Sakti. Orang sepertimulah yang kucari. Kau tangguh dan berilmu tinggi, sehingga akan membantuku menguasai seluruh jagad ini," kata si Raja Api dengan suara berat dan besar sekali.
Rangga hanya terdiam dengan kening berkerut. Kata-kata si Raja Api barusan sudah barang tentu membuat hatinya jadi tidak senang. Tidak mungkin dia sudi membantu keinginan yang dianggapnya gila itu. Menguasai jagad... Keinginan yang tidak akan mungkin bisa terlaksana.
"Raja Api! Kalau kau sudah tahu siapa diriku, tentu juga sudah bisa menebak jawabanku dari keinginanmu yang gila itu," tegas Rangga agak lantang suaranya.
"Ghrrr...! Sudah kuduga kau akan bersikap begitu, Pendekar Rajawali Sakti. Tapi, ketahuilah. Raja Api tidak boleh ditolak. Dan kau akan merasakan akibatnya, karena berani menolak keinginan Raja Api," sambut si Raja Api dingin.
"Kau tidak bisa memaksaku, Raja Api. Bahkan aku akan menentang segala keinginan gilamu itu!"
"Ghrrr...!"
Si Raja Api tampak geram mendengar jawaban tegas Pendekar Rajawali Sakti. Dia sampai menggerung keras, membuat tanah yang dipijaknya jadi bergetar bagai diguncang gempa. Sementara, Rangga tetap berdiri tegak tidak bergeming sedikit pun juga. Kedua bola matanya menyala tajam, memperhatikan manusia yang seluruh tubuhnya memancarkan api dan menyebarkan hawa panas yang membakar.

111. Pendekar Rajawali Sakti : Teror Si Raja ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang