Renata & Rein

81.1K 693 12
                                    

Sebuah kesalahan terbesar yang aku lakukan. Aku tidak tahu harus bagaimana memberitahu bersama pacarku, bahkan pacarpun aku tak punya. Aku melakukannya bersama seseorang yang selama ini ku kagumi, aku bukan dari keluarga berada hanya keluarga yang sederhana, begitu juga dengan dia. Kurang lebih saja.

Aku tak punya pikiran untuk menggugurkan, karna aku pikir dari awal saja sudah berbuat dosa apalagi melakukan hal ini pasti dosaku tidak terhitung.

Dengan segenap keberanian aku mengatakan dihadapan keempat kakak laki laki ku dan ibuku. Mereka sangat terkejut dan tidak menyangka, ibuku pun langsung tak sadarkan diri. Kakak sulungku menamparku, hingga aku tersungkur.

"siapa yang buat kamu hamil, Rena?!!!" bentak kakak sulungku dengan murka.

"hikss..hiks..." aku menangis dan tak bisa menjawab.

"JAWAB!!"

"hiksss...Reeiinn..masss..hiksss"

"REIN?!!" ulang kakak ku yang ke empat.

"Rein teman waktu smp ku?!" ulangnya.

"iyaa, mass. Hikss" aku menangis tergugu.

Semua keempat kakakku dan kakak iparku menatap tak percaya. Ibu ku masih tidak sadarkan diri. Aku menangis meratapi kesalahan fatal ku ini.

"sekarang kita datangi anak itu dan minta pertanggungjawaban." kakak sulung ku menarik tangan ku dengan kasar, membawa ku kerumah Rein.

***

"saya nikahkan adik saya, Renata binti alm. Suhendi dengan Rein bin Herman dan seperangkat alat salat dibayar tunai."

"saya terima nikahnya, Renata binti alm. Suhendi dengan seperangkat alat salat dibayar tunai." suara lantang Rein saat mengucapkan akad.

"bagaimana para saksi? Sah?"

"SAH!!"

"alhamdullilah."

Penghulu itu membacakan do'a dan di Aminkan oleh para saksi disana.

Aku menuruni tangga menggunakan kebaya putih dan dituntun oleh ibu ku dan para kakak iparku.

Semua sudah dilakukan, mulai dari sungkeman hingga menyambut para tamu yang tidak terlalu banyak.

Acarapun selesai pada sore hari, semua badan ku terasa remuk sekali. Tapi sebelum itu aku membersihkan diri secepat kilat.

Setahuku Rein dipanggil oleh ibuku dan pastinya juga dengan para kakaku pula. Jika diingat kejadian sebulan yang lalu, dimana kakak sulungku meminta pertanggujawaban pada Rein dihadapan kedua orang tuanya. Awalnya orang tua Rein sama sama terkejut akan kelakuan anaknya, namun hesti -bunda Rein- saat itu juga langsung memeluk ku dan meminta maaf akan kesalahan yang dilakukan anaknya. Aku yang berada diposisi serba salah hanya bisa menangis.

Ceklek!

Lamunan ku langsung buyar saat mendengar pintu kamar terbuka dan ternyata itu Rein. Suasana jadi sangat canggung, Rein dengan ekspresi super duper cuek hanya melewatiku mengarah kamar mandi.

Setelah beberapa menit, Rein keluar dengan handuk yang melilit dibagian pinggang. Sontak membuat ku panas dingin, you know lah dalam kondisi hamil muda pasti gampang sekali tergoda.

"huhh!!" aku menghembus napas pelan. Membuang pikiran pikiran kotor di otakku.

Berusaha mengalihkan aku mengambil posisi membelakangi Rein dan berusaha untuk tidur.

***

Aku terbangun saat tengah malam, aku lihat sekitar kamar tidak melihat Rein sama sekali. Aku merasa ingin memakan sesuatu yang asam. Aku lupa kasih tahu bahwa kehamilan ku saat ini adalah 3 bulan dan itu masa masa ngidam keras.

Shortstory - 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang