10

726 111 27
                                    

Dua anak manusia tertidur dengan begitu lelapnya di atas kasur yang sama. Si gadis memeluk sang pria bak guling, sedangkan sang pria membiarkan lengannya menjadi bantal si gadis.

Si gadis melepaskan pelukannya dan perlahan-lahan mulai membuka matanya, gadis itu melihat keluar jendela, sepertinya dia belum sadar dengan kehadiran si pria yang masih sibuk menjelajahi dunia kapuk disampingnya. Kwon Jennie memijat pelan kepalanya yang terasa sangat pusing kuat biasa, entah berapa banyak yang ia minum semalam, dia sendiri tidak ingat.

Jennie menoleh kesamping. Gadis itu mengedipkan matanya beberapa kali saat melihat sebuah tangan yang menjadi tumpuan kepalanya saat ini, tiba-tiba kerongkongannya terasa kering, Jennie menenggak air liurnya dengan kasar saat menemukan Kim Hanbin yang masih tertidur dengan pulasnya. Mereka tidur. Bersama. Dalam satu ranjang.

Kwon Jennie memekik dan mendorong tubuh Hanbin sehingga pria itu terjatuh kelantai. Jennie sontak menutupi tubuhnya yang masih terbungkus rapih dengan pakaian yang ia gunakan semalam, Jennie tambah histeris saat Hanbin sama sekali tak memakai apapun pada tubuh bagian atasnya.

"KIM CABUL!!"

Sedangkan orang yang ia tuduh meringis sambil mengusap punggungnya yang terasa nyeri akibat bertabrakan keras dengan lantai. Kesadaran Hanbin belum sepenuhnya terkumpul.

"Kim cabul!! Apa yang kau lakukan di kamarku!!"

Rasanya Hanbin tersambar petir, kesadarannya kembali. Pria itu menutup mulutnya yang terbuka lebar. Hanbin langsung mencari bajunya yang entah sejak kapan dia tanggalkan, wajah pria itu nampak sangat panik.

"Kita hanya tidur, 'kan?" Tanya pria itu berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa tidak ada yang terjadi semalam. Dia mencoba mengingat tentang semalam, dan alasan dia bisa berakhir tidur di kasur Jennie, namun sial Hanbin sama sekali tak ingat. Satupun!

"T—entu, p-pa-pasti kita hanya tertidur" ucap Jennie dengan nada terbatanya.

Hanbin mengangguk yakin walaupun sejatinya tidak. Pria itu menyugar rambutnya dengan sedikit kasar lalu menatap Jennie kemudian.

"Benar, 'kan?"

Jennie mengangguk yakin. Sialan! Kenapa dia tidak mengingat apapun tentang semalam? Hanya Tuhan yang tahu.

Hanbin keluar dari rumah Jennie dengan hati-hati, takut jika ada seseorang yang memergokinya. Alih-alih langsung masuk ke rumah bibinya, Hanbin malah mengunjungi supermarket dan membeli obat pereda pengar satu untuknya dan satu untuk Jennie. Hanbin langsung meminumnya tanpa pikir panjang dan berlari kecil menuju rumahnya. Dia meraih ponselnya dan mengirimkan pesan singkat kepada Jennie.

Keluar dan ambil obat pereda pengarmu.

Hanbin meletakkan obat itu didepan pintu Jennie dan segera berlari kecil menuruni tangga.

"Hanbin? Apa yang kau lakukan diatas?"

Hanbin terperanjat kaget dan nyaris terjungkal saat menemukan bibinya yang baru saja keluar dari rumah dan menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Imo Aku... Berolahraga dengan berlari naik turun tangga" Hanbin berkilah dan mempraktekkan apa yang baru saja ia ucapkan.

Bibi Hanbin memicingkan matanya dan menarik sang keponakan saat Hanbin berada di anak tangga yang paling bawah.

"Kau habis minum?"

Hanbin tersenyum sumbang, otaknya berfikir keras mencari alasan yang tepat agar bibinya percaya. "Aku... Habis minum-minum dengan Jackson semalam" Hanbin berkilah lagi untuk yang kedua kalinya, terimakasih pada Jackson.

My Name is B.I (JenBin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang