I

38 2 0
                                    

"Zee..."

"Diam!"

"Ma-maafkan aku, Kak! Aku tidak berniat untuk merebut calon suamimu. Ta-tapi aku memang tengah mengandung anaknya."

"Zee... "

"Katakan yang sejujurnya, Daniel! Apa benar kau melakukan itu?"

"Maafkan aku, baby!"

Zevannya Ellena Andika, gadis yang beberapa menit lagi akan melepas masa lajangnya itu justru mendapatkan pukulan telak dari pengakuan kekasihnya. Bahwa pria yang dipacarinya hampir lima tahun telah tega menghamili wanita lain. Terlebih wanita itu adalah calon adik iparnya sendiri. Adik Zevannya.

Hari bersejarah dalam hidup seorang Zevannya harus dirusak oleh perbuatan hina dua orang itu. Nafasnya tercekat mendengar pengakuan sang adik di hadapan seluruh keluarga dan juga tamu undangan.

Tangannya terkepal. Marah. Tentu saja. Bahkan wanita lain mungkin akan mengamuk jika berada dalam posisi gadis itu sekarang.

Tapi tidak! Zevannya tak akan melakukan hal yang akan membuat harga dirinya hancur saat ini. Dia bukan wanita lemah yang akan mempertaruhkan apapun demi mempertahankan bajingan itu.

Zevannya bangkit dari tempatnya. Dia berjalan membelah kerumunan manusia yang ikut berdiri saat melihat tatapan tajam gadis itu. Zevannya melangkahkan kaki hingga dirinya berdiri di depan Annabelle-adiknya.

Gadis itu tak mampu berkutik saat melihat tatapan kakaknya yang menghunus tajam. Dia takut menghadapi kemarahan sang kakak saat ini. Matanya terpejam erat hingga sentuhan di lengannya membuat ia kembali membuka mata.

Ditatapnya wajah sang kakak, menampakkan raut yang tak terbaca sama sekali. Dia melihat air menggenang di pelupuk mata kakanya. Namun ekspresi datar sang kakak sama sekali tidak menunjukkan kebencian terhadapnya.

Annabelle dibuat terkejut saat sang kakak menarik lengannya. Tanpa banyak bicara, gadis itu berjalan mengikuti Zevannya. Matanya membola saat menyadari kakaknya membawa dia untuk berhadapan dengan Daniel, kekasih sang kakak dan juga ayah dari bayi yang di kandungnya.

"Nikahkan mereka," ucap Zevannya pelan. Dia menatap raut terkejut seorang pria yang seharusnya menjadi wali dalam pernikahannya.

"Zee... " ucap pria itu yang tak lain adalah ayah kandung Zevannya.

"Papa tidak mau, kan, putri kesayangan Papa ini hamil tanpa suami?" Pertanyaan Zevannya begitu menohok hati siapapun yang mendengarnya. Termasuk kedua insan yang berperan penting dalam kehancurannya hari ini.

Zevannya menarik tangan Annabelle agar duduk di samping Daniel. Sontak pria itu menatap kekasihnya tak percaya. Pun begitu dengan sang adik yang ketakutan melihat wajah tanpa ekspresi kakaknya.

"Zee... "

"Kak... "

Panggil Daniel dan Annabelle bersamaan.

Hal itu tak membuat Zevannya bergeming. Ia mundur beberapa langkah dan perlahan meninggalkan pelaminan. Dia menatap sang ayah mengisyaratkan agar segera menikahkan keduanya. Di tempat dan waktu yang seharusnya menjadi miliknya.

Setitik air jatuh di pipi Zevannya. Sekuat apapun dia mencoba untuk menghadapi hari ini, dia tetaplah wanita yang merasa hancur karena sebuah pengkhianatan. Dia pun memutuskan untuk naik ke kamarnya agar tidak melihat pemandangan saat kekasihnya mencium kening sang istri yang merupakan adik Zevannya sendiri.

Sementara itu, Annabelle merasa bahagia sekaligus takut. Bahagia karena dirinya sudah berstatus istri dari pria yang dicintainya sejak lama. Dan juga takut untuk menghadapi cemooh dari hadirin yang melihat kejadian pada hari ini.

ZevannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang