Hari ini adalah hari dimana pesta perayaan ulang tahun pemilik kampus diadakan. Kepala universitas sudah mewanti-wanti seluruh dosen baik yang tetap maupun tidak untuk hadir di acara tersebut. Begitupun dengan Zevannya dan Fanny.
Kedua wanita dewasa itu sudah mempersiapkan gaun yang akan mereka kenakan nanti. Awalnya, Fanny hanya berniat untuk meminjam gaun milik Zevannya saja. Lantaran koleksi gaun milik Fanny dirasa tidak cukup pantas untuk menghadiri pesta besar seperti itu. Namun pada akhirnya, Zevannya malah mengajak Fanny untuk membeli gaun di butik termahal di kota itu.
Mata Fanny terperanggah melihat jajaran gaun mahal yang terlihat sangat berkelas. Wanita itu pun meninggalkan Zevannya dan berputar mengelilingi butik untuk mencari gaun terbaik. Dengan harga miring tentu saja. Fanny tidak akan seboros itu hanya demi membeli gaun untuk satu malam saja.
Sementara itu, Zevannya sudah kembali dari ruang ganti setelah mencoba gaun pilihannya. Wanita itu melihat sahabatnya berjalan ke arahnya dengan lesu. Dia pun mengernyitkan alisnya.
"Kau kenapa?" tanya Zevannya pada akhirnya.
"Kau yang kenapa, Zev! Kau ini tega sekali mengajakku ke butik dengan harga gaun senilai motor matic milikku ini! Apa kau berniat membuat tabunganku lenyap, ha?!" cecar Fanny kesal.
Zevannya pun memutar bola matanya malas. Wanita itu menarik tangan sahabatnya dan membawanya menuju jajaran gaun malam yang indah. Zevannya menatap Fanny dari atas hingga bawah. Lalu, dia mengambil beberapa pakaian dan dicocokkan ke tubuh Fanny.
"Aku, kan, sudah bilang aku tidak mau membelinya, Zev! Aku pinjam gaun mu yang di apartemen saja, lah!" ucap Fanny sengit.
"Ck! Fanny bodoh! Apa aku menyuruhmu membayar belanjaan kita, hah?!" balas Zevannya tak kalah sengit.
Butuh beberapa menit sampai Fanny memahami ucapan sahabatnya. Setelah sekian lama, Fanny pun tersadar. Dia segera memeluk tubuh Zevannya cepat.
"Kau mentraktirku? Kau serius, Zev!? Oh my God! I love you, Zev!" girangnya. Wanita itu tak sadar memeluk sahabatnya terlalu kencang. Membuat Zevannya memukul punggung Fanny keras.
"Kau berniat membunuhku, ya!?" tanyanya sarkas.
"Oops, sorry, Zev! Aku tak sengaja," cengirnya. Dia pun membuat tanda peace dari jari telunjuk dan jari tengahnya.
Zevannya yang kesal meninggalkan Fanny sendirian. Dia berjalan menuju kasir berniat untuk menunggu sahabatnya disana. Namun matanya malah bersibobrok dengan Aurora, mahasiswi yang membantunya saat sakit waktu itu.
"Miss Zeva!?" panggil gadis itu.
"Aurora..." balasnya disertai senyuman formal.
"Miss sendirian?" tanya gadis itu.
"Tidak. Miss bersama Miss Fanny. Bagaimana denganmu?" tanyanya balik.
"Aurora bersama Daddy, Miss. Tapi daddy menunggu di Starbucks. Daddy tidak mau menemani Aurora memilih gaun. Menyebalkan," sungutnya.
"Pria memang seperti itu. Tidak pernah mengerti kebutuhan wanita," balas Zevannya membuat Aurora antusias.
"Miss benar!" sahutnya.
Mereka terlibat obrolan seru. Aurora yang mengetahui jika Zevannya sedang mencari gaun untuk pesta nanti malam pun merasa kegirangan.
Tak lama, muncul Fanny yang telah selesai dengan gaunnya. Wanita itu bergabung dalam obrolan sebentar sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke kasir dan membayar belanjaan mereka.
"Miss ke kasir dulu, ya, Aurora!" ucap Zevannya kepada sang mahasiswi.
"Iya, Miss!"
Diam-diam Aurora melihat kedua dosennya mengeluarkan pakaian masing-masing. Dia melihat Zevannya mengeluarkan gaun berwarna hitam. Dan Fanny yang mengeluarkan gaun berwarna merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zevannya
RomanceKepergian Zevannya bukan tanpa alasan. Luka, air mata, dan derita yang menghampiri, seakan menenggelamkannya ke dasar lautan. Pergi. Adalah satu-satunya cara agar ia mampu menghadapi kenyataan. Setelah dua tahun menghilang, akankah Zevannya bertemu...