II

26 2 0
                                    

2 Tahun kemudian

"I think that's all for today. Thanks for your attention. See ya next week."

Seorang dosen cantik mengakhiri kegiatan mengajarnya. Hal ini membuat seluruh mahasiswa menghembuskan napas lega. Pasalnya, sudah hampir dua jam mereka berada di ruangan besar tempat kuliah umum sedang berlangsung dengan khidmat.

Seluruh mahasiswa yang baru masuk selama sebulan ini berlomba-lomba untuk keluar dari ruangan itu. Sebenarnya mereka mengidolakan sosok sang dosen. Namun saat dihadapkan langsung dengannya, mereka akan lebih memilih untuk diam. Mengingat jika dosen cantik idola mereka adalah termasuk salah satu jajaran pengajar yang tidak menolerir kesalahan apapun saat proses belajar mengajar sedang berlangsung.

"Pardon, Miss," ucap salah satu mahasiswi yang mendekati sang dosen saat semua temannya sudah keluar kelas. Kini hanya tinggal mereka berdua di dalam ruangan itu.

"Yes, please!" Sang dosen pun memberi izin mahasiswi tersebut untuk berbicara.

Seolah tengah berpikir, mahasiswi itu terdiam cukup lama. Membuat wanita cantik berstatus dosen itu mengerutkan keningnya dalam.

"What happened, Ms. Rwanda?" tanya sang dosen karena cukup lama tak mendapatkan jawaban dari mahasiswinya.

"A-ada hal yang perlu saya bicarakan kepada anda, Miss. May I?" Akhirnya gadis itu pun bersuara.

"About?" tanya wanita itu.

"Eh... I-ini sedikit privasi. Kalau boleh saya meminta waktu Miss setelah makan siang," ucap gadis itu takut-takut.

"Sure! If you want to discuss something important with me, just come to my room after lunch," jawabnya.

"Thank you, Miss!"

Wanita itu hanya menyunggingkan senyuman tipisnya. Dia berlalu meninggalkan sang mahasiswi untuk keluar dari ruangan tempatnya mengajar pagi ini.

Dia berjalan tegak melewati kerumunan mahasiswa yang sedang bercanda bersama. Sapaan dari mereka pun santer terdengar di telinga wanita itu. Namun sayang, para mahasiswa itu hanya mendapat balasan senyum yang sangat tipis dari bibir dosen pujaan mereka.

Yah, begitulah sifat seorang Zevannya Ellena Andika. Setelah dua tahun pergi meninggalkan kota kelahirannya, hal itu tak mampu membuat Zevannya melupakan kenangan pahitnya. Beruntung gelar master sudah di dapatnya sebelum dia pergi. Hingga tak sulit untuknya mencari pekerjaan agar mampu membuatnya sibuk dan sedikit melupakan kejadian itu.

*

*

*

"Zev, ini sudah masuk jam makan siang. Kau harus makan. Ayo!" Ajak seorang wanita kepada rekan kerjanya.

"Masih ada tugas mahasiswa yang belum kuperiksa, Fan. Kau duluan saja! Lagipula aku belum terlalu lapar," jawab wanita yang di panggil Zev, tanpa menatap lawan bicaranya.

"Tidak bisa! Kalau kau sakit siapa yang repot!" sarkas wanita itu.

"Tenanglah, Fan! Aku baik-baik saja... " ucap Zevannya meyakinkan rekan kerja sekaligus sahabatnya ini.

"Kau yakin?" tanyanya lagi memastikan.

"Sangat yakin."

"Huh! Andai lelaki bodoh itu tak menerorku dengan panggilan-panggilannya, aku pastikan akan menyeret tanganmu itu, Zev!" ucapnya mengumpati sang kekasih.

"Pergilah, Fanny! Jangan biarkan lelaki bodohmu itu digoda oleh para mahasiswi, " kata Zevannya geli.

Wanita bernama Fanny itu hanya berdecak dan balik mengumpati Zevannya. Bagaimanapun dia sangat mencintai lelaki bodoh yang menjadi kekasihnya itu. Dia tak rela jika pria setengah tuanya digoda oleh mahasiswinya sendiri.

ZevannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang