--1 Agustus, 07:50—
Gemuruh derap langkah berderu. Seluruh siswa berkumpul di seluruh lorong gedung sekolah lantai dasar. Semua mata tertuju pada satu papan besar yang terpampang di dinding. Tak banyak yang teriak kegirangan, berpelukan satu sama lain melihat nama mereka. Namun tak sedikit pula yang menundukkan kepala dengan wajah kusam. Jauh dari kerumunan itu, berdiri seorang anak laki-laki berambut kumal memandang sesuatu.
“Fuwa!” seorang murid laki-laki bernama Keiji memanggil anak tersebut untuk mendekat. Anak bernama Fuwa memalingkan wajah tak menggubris panggilannya. Dia mencoba mendekat.
“Ayolah!” tangan Keiji memegang lalu menarik pergelangan tangan kanan Fuwa.
Fuwa hanya menggerutu. Mereka bergerak tepat di belakang kerumunan para siswa. Anak laki-laki yang membawa Fuwa itu menunjuk satu nama siswa yang berada di peringkat nomor 82.
“Sebaiknya kau berusaha lagi, Fuwa!” ucapnya menahan tawa sambil menepuk pundak kiri Fuwa.
“Berisik! Ini bukan urusanmu!” dia menyikut tubuh Keiji untuk menjauh.
Fuwa tampak enggan memandang papan pengumuman itu, matanya sekilas memandang nama siswa di peringkat nomor 1. Sekejap dahinya berkedut. Seakan merasakan hawa manusia, Fuwa menoleh pada seorang siswi yang berdiri tak jauh dua meter di sampingnya.
Mata sang siswi tertuju pada satu hal yang sama yang dilihat oleh Fuwa. Cukup lama sekitar 30 detik, sampai akhirnya siswi itu sadar sedang dipandang oleh pria keriting itu.
“Peringkat satu lagi,” ucap Fuwa memelankan suaranya.
“Yaiba lagi-lagi di peringkat satu,”
“Hebat ya,”
“Sepertinya tidak ada seorangpun yang bisa mengalahkannya,”
Seketika nama siswi peringkat satu, Yaiba Yua menjadi perbincangan ramai di kerumunan para murid. Seorang siswi yang sedari tadi berdiri di samping Fuwa, ialah Yaiba yang membalas pandang. Pandangannya kosong, sekali hembusan nafas singkat, kemudian Yaiba pergi meninggalkannya.
Teman Fuwa seketika menepuk pundak, “Hei Fuwa, kenapa kau tidak coba sekali-kali belajar bersama denganny--”
“Berisik!!” Fuwa mengindahkan tangan Keiji untuk menyingkir dari pundak. Bahkan sebelum dia sempat menyelesaikan ucapannya dan Fuwa memilih untuk pergi.
**
Wajah Fuwa muram. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Langkah kakinya tak terarah sampai ia sadar berada di lorong anak kelas satu. Fuwa melirih dalam ruang kelas 1-H, seorang murid laki-laki sedang berdiri di depan kelas.
“Kembalikan botol, padahal sudah kembali, kan! Yak .. itulah lawak Aruto!!”
Semua siswa terdiam.
“Pfff, buakaka--hmp,” hanya suara Fuwa yang terdengar menahan tawa.
“Hoo.. kak Fuwa tertawa kan!” sekejap Aruto sudah berada di depan wajah Fuwa sambil menunjuk bibir Fuwa dengan kedua telunjuknya.
“Enggak! Jangan ke-GR-an lu!!” Fuwa menampar kedua telunjuk Aruto.
“Selamat pagi,” seorang siswi menghampiri mereka berdua.
“Izu.. gimana lawakanku tadi?” tanya Aruto pada siswi yang menghampiri mereka bernama Izu.
“Sungguh sangat menarik, itu adalah lawakan yang menggunakan kata ‘kembalikan’ dengan ‘kembali, kan’ yang memiliki makna berbeda jika dipisah--”
“Izu! Aku sudah bilang jangan jelaskan lawakanku seperti itu,”
Aruto memandang Izu sambil melakukan gerakan-gerakan untuk membuat Izu diam. Fuwa yang melihat mereka berbincang memilih untuk pergi. Sebelum Fuwa benar-benar pergi dari pandangan, Aruto memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Your Life For
FanfictionFuwa Isamu, 17 tahun, kelas 3 SMA. Dia terancam tidak lulus sekolah karena hasil ujian tengah semester mendapatkan nilai yang tidak memuaskan. Yaiba Yua, yang selalu berada di peringkat pertama dan sebagai 'teman' bersedia untuk membantu Fuwa. "Kita...