--8 Desember, pukul 08:20--
Memasuki semeseter genap, para siswa dengan lesu berjalan menuju sekolah mereka. Rasanya liburan selama seminggu tidaklah cukup bagi mereka memasuki semester yang baru. Begitu juga untuk para angkatan kelas tiga. Mereka sudah harus benar-benar mempersiapkan diri menuju ujian tes masuk perguruan tinggi. Hal ini terasa berat bagi mereka semua khususnya Keiji, Rei, Shin dan juga Fuwa.
Dalam kelas suasana enggan memulai kembali jadwal ajaran sangat terasa sekali. Dimulai dari beberapa geng yang bermalas-malasan di kelas tidak ingin bersekolah ataupun beberapa murid yang mencoba mengubah penampilan mereka di semester genap tahun ini. Tak dapat dipungkiri jika dalam kelas selalu saja terdapat gosip hangat dari mulut ke mulut, dan itu terjadi pula di awal masuk semester genap.
“Hei, tadi kau lihat tidak.. Yua?”
“Yua Yaiba maksudmu?”
“Iya. Katanya dia kembali ke sekolah ini?”
“Hee.. yang benar saja? Padahal dia dapat kesempatan emas langsung masuk ke dalam universitas ternama milik kak Amatsu Gai, kan?”
“Dia menolaknya!”
“KOK BISA!!!”
Fuwa yang duduk berada di dekat meja para gadis-gadis itu mendengar percakapan mereka. Tapi dia berusaha tenang dan tidak langsung melabrak para gadis bermulut burung itu. Karena mereka sendiri tidak tahu bahwa Fuwa lah yang menyebabkan Yaiba melarikan diri dan menolak kesempatan emas itu.
Selagi para mulut gadis sibuk menyebarkan gosip kepada seluruh kelas, Fuwa didatangi oleh ketiga temannya.
“Bagaimana rasanya..” tanya Keiji.
“Apanya?”
“Menyelamatkan ‘gadisku’ seminggu yang lalu?” Rei semakin meledek dengan ucapan Fuwa kepada mereka seminggu yang lalu.
“Hah! Dia bukan ‘gadisku’!” Fuwa pun merasa terpancing.
“Lagi-lagi mengelak..” Shin semakin melengkapi kedua perkataan temannya.
“Kaliaaan!!”
Tiba-tiba saja dari arah pintu masuk, seorang murid terengah-engah berlari, dengan berpegangan pada sudut pintu dia hendak mengabari sesuatu kepada seluruh siswa dalam kelas 3-A.
“Woii semuanya, lihatlah siapa yang datang!!” tunjuk siswa tersebut ke luar kelas.
Seluruh siswa itu berhamburan keluar kelas. Para siswa melihat sosok gadis yang tak asing bagi mereka berjalan bersama wali kelas mereka. Nampak sebagai sosok yang berbeda dari sebelumnya. Keiji yang berhasil menengok keluar jendela kelas pun melambaikan tangan kepada Fuwa untuk menyuruhnya melihat juga.
“Fuwa.. coba lihat kemari,” Keiji terus menerus melambai namun tak digubris oleh Fuwa.
“Gak perlu, nanti juga dia masuk kelas..”
Tak berapa lama kemudian, para siswa bergegas kembali ke tempat duduk mereka masing-masing kala wali kelas mereka semakin dekat memasuki kelas.
//SREK!
Bunyi pintu kelas terbuka.
“Berdiri! Beri salam..”
Sambil seluruh siswa membungkuk memberi salam, wali kelas kelas 3-A mengayunkan tangan untuk menyuruh seseorang masuk ke dalam.
“Sepertinya tidak perlu aku perkenalkan lagi, masuklah!” ucap wali kelas memberikan kode.
//SREK!
Ia membuka pintu, perlahan memasuki pintu masuk dan berjalan menuju meja di depan. Lalu ia menghadap ke seluruh siswa.
“Yua Yaiba, salam kenal..” tampak penampilan baru dari Yaiba yang mengikat ponytail rambut panjangnya ke belakang. Seragam yang ia kenakan pun berbeda dari sebelumnya.
“YUAAAAAA!!!” satu kelas pun meneriakkan namanya. Bahkan beberapa di antara mereka berani untuk maju ke depan kelas untuk memeluk Yaiba beramai-ramai atau sekedar senang ia kembali kemari.
Fuwa yang duduk di sudut belakang kelas hanya menatap kelakuan berlebihan dari teman-teman kelasnya. Keiji menoleh padanya.
“Kau tidak mau kesana juga?” tanya Keiji.
“Jangan berkata konyol, dari sini saja sudah cukup..” respon Fuwa sambil memandang Yaiba yang kembali. Hal itu membuat Yaiba sadar ia diperhatikan oleh Fuwa dan membalas tatapannya itu. Sontak membuat Fuwa sedikit kaget langsung memalingkan wajah.
**
Hari pertama masuk telah usai. Para siswa kelas 3-A perlahan meninggalkan kelas. Beberapa diantara siswi menyempatkan diri untuk berpamitan ramah kepada Yaiba. Hingga kelas sepi dan menyisakan Yaiba dan Fuwa berdua saja.
“Apa ada yang ingin kau bicarakan denganku?” tanya Yaiba sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
“Tidak kok..” Fuwa pun menepis pertanyaan tersebut.
Yaiba menghirup nafas panjang lalu menghembuskannya, “Lagi ya?”
“Hah?” Fuwa yang mendengarnya terpancing emosi.
Yaiba langsung membalikkan badan, berdiri dari kursi dan menghampiri meja Fuwa. Anak laki-laki berambut keriting ini sedikit tersudut.
“Kau masih tidak mau jujur?”
“Bukan!!”
“Lalu?” kali ini Yaiba mendekatkan wajahnya di hadapan Fuwa.
Fuwa benar-benar terpojok. Dia bahkan dengan jelas dapat menatap wajah Yaiba yang terlihat ingin meminta jawaban pasti darinya. Fuwa memalingkan kedua matanya.
“Lihat mataku, Isamu Fuwa!!” bentak Yaiba, tapi Fuwa tetap tidak mau. Pada akhirnya Fuwa memegang kedua pundak Yaiba untuk menjauhkan gadis itu dari hadapannya sendiri.
“Pertama-tama, jangan menatapku seperti itu!”
“Hah?” Yaiba menaikkan kedua alisnya.
“Dan yang kedua..” akhirnya Fuwa memantapkan diri menatap kedua mata Yaiba. “Akhirnya aku menemukan mimpiku!” tatapan Fuwa tersebut diiringi dengan senyuman tipis yang terlukis di bibirnya.
Seketika hal itu membuat kedua pipi Yaiba memerah. “Eh.. Oh.. begitu,” kini giliran Yaiba yang memalingkan wajah sampai menutupnya dengan kedua tangan.
“Hm? Ada apa.. Yua?”
“Heh!!” Yaiba semakin tak terkendali ketika mendengar Fuwa memanggil nama depannya. Dia bahkan mengindahkan kedua tangan Fuwa dari pundaknya. Semakin erat dia menutup wajah.
“Woi, Yua.. kenapa sekarang malah kau yang menutup wajahmu, ha? Lihatlah aku!!” kali ini Fuwa memaksa Yaiba untuk menatapnya.
“Tidak!”
“Hah?!! Apa yang kau maksud itu dengan tidak?”
“Bukan begitu!”
“Lalu apa, woi!!”
Fuwa terus memaksa Yaiba untuk menatapnya. Tak segan dia memegang kedua lengan Yaiba dan mencoba buka paksa, namun tidak bisa. Seorang gorila yang dapat membuka apapun secara paksa kini satu-satunya yang tidak bisa ia buka adalah kedua tangan yang menutupi wajah Yaiba. Atau lebih tepatnya dia sudah membuka paksa hati Yaiba yang telah tertutup selama ini.
Dalam kelas hanya tersisa mereka berdua. Seperti waktu terhenti sejenak bagi mereka yang telah menemukan keyakinan dan juga mimpi dari alasan mereka hidup.
TAMAT
_______________________________________
A/N
Yeaay selesai juga akhirnya //guling2dikasurMaaf ya kalo molor dari apa yg dijadwalkan di awal.
Terima kasih juga utk reader yg mau membaca ini. Seperti yg sudah author bilang, ini alternative universe. Seluruh kejadian berbeda dengan series yg sesungguhnya.
>>>"Apa bakal bikin couple ini lagi, thor?"<<<
Hmm sepertinya ini yg terakhir, yup utk couple FuwaYaiba. Author tidak akan buat lagi. Selain ide utk kapal ini gak ada, sepertinya ini sudah cukup utk author.>>>"Gak mau bikin mereka jadi lovey dovey gitu, thor?"<<<
NO. Karena nanti jadi OOC (Out Of Character). Jadi aneh rasanya. Ini aja menuju ending sudah hampir OOC dari chara Fuwa maupun Yaiba yg sebenarnya. Author tuh tipe yg gk mau bikin chara keluar dari sifat sesungguhnya dalam series ((meski kadang jg suka melenceng sih, tapi semaksimal mungkin mirip 90% dari sifat asli)Eh bablas jadi panjang gini. Wkwk.
Ya udah sekian dulu. Bye~👋
KAMU SEDANG MEMBACA
What Your Life For
FanfictionFuwa Isamu, 17 tahun, kelas 3 SMA. Dia terancam tidak lulus sekolah karena hasil ujian tengah semester mendapatkan nilai yang tidak memuaskan. Yaiba Yua, yang selalu berada di peringkat pertama dan sebagai 'teman' bersedia untuk membantu Fuwa. "Kita...