--10 November, pukul 16:15--
Hampir tiga bulan lebih Yaiba mengajari Fuwa, selama itu pula perkembangan pesat telah ditunjukkan oleh Fuwa.
“Ini lebih baik daripada sebelumnya,” ucap Yaiba melihat hasil nilai Fuwa di beberapa tes ujian mingguan.
“Kan! Aku tidak sebodoh itu,” Fuwa menyombongkan diri. Yaiba tidak merespon.
Fuwa berdiri dari tempat duduk, ia berjalan menuju kulkas dan mengambil dua kaleng minuman dingin. Satunya Fuwa langsung meminumnya dan satunya lagi ia sodorkan pada Yaiba.
“Karena aku sudah mendapatkan nilai bagus, bantuanmu sudah tidak kuperlukan lagi,” ucap Fuwa yang masih memegang kaleng minuman untuk diberikan pada Yaiba yang tak kunjung diambil.
“Benarkah?” Yaiba akhirnya mengambil minuman tersebut dari tangan Fuwa. “Karena ujian akhir semester sebentar lagi, jadi aku tidak bisa membiarkanmu--,”
“Brmff.. hah, apa-apaan itu?!” Fuwa yang menengak terkejut hampir menyemburkan air minuman.
“Apa ada masalah?”
“Tentu saja, kenapa kau yang memutuskan hal itu? Apa hakmu? Kau juga bukan orangtuaku maupun pacarku?” tiba-tiba saja emosi Fuwa meledak menanyakan apapun yang ada di pikirannya.
Yaiba tertegun saat mendengar kata terakhir yang Fuwa lontarkan. Yaiba berusaha mengontrol emosi dengan mengirup nafas dan menghembuskan perlahan, “Sudah kubilang kan, mau seberapa dekat atau jauh--”
“Ah ya iya aku paham, terserah kau saja lah!” Fuwa yang telah kehilangan mood menaruh sisa air minuman kaleng di meja, berjalan mendekati rak sepatu dan mengambil sendal.
“Hoi.. kau mau kemana?” cegat Yaiba.
“Pergi! Hari ini kan selesai, lanjutkan saja besok. Sebaiknya kau pergi juga!” Fuwa bergegas membuka pintu dan keluar dari kosannya sendiri.
Yaiba terdiam, ditinggal sendirian oleh Fuwa dalam kosan Fuwa sendiri. Yaiba tak habis pikir sampai menggelengkan kepala.
“Ya ampun, kalau mau keluar setidaknya biarkan aku duluan yang pergi,” ucap Yaiba sambil menghela nafas.
Yaiba memandang sekeliling ruangan, lagi-lagi berantakan dengan berserakan berbagai bungkus dan sisa remahan makanan.
“Sebaiknya ku bersihkan saja dulu sebelum pergi,” Yaiba yang tidak tahan melihatnya bergegas mengambil sapu.
**
Fuwa yang telah pergi meninggalkan kosannya berjalan menelusuri taman kota yang memang tidak jauh jaraknya dari tempat tinggal. Sambil merenungkan nasibnya di masa mendatang, sesekali dia mengoceh pada dirinya sendiri.
“Apa-apaan si Yaiba itu, seenaknya saja mengurusku. Memangnya dia siapa?!“ ocehan Fuwa terdengar oleh beberapa orang yang melewati dirinya. Tentu saja hal itu membuatnya dianggap aneh oleh sebagian orang yang lewat dan memilih menjauhi Fuwa.
Tidak sampai disitu, Fuwa bahkan sambil menendang beberapa kerikil yang menghalangi jalannya. Seluruh otot wajah Fuwa mengencang pada satu titik di tengah hingga ekpresinya kali ini benar-benar menunjukkan kekesalan yang sangat teramat. Perkataan dan sikap Yaiba membuat Fuwa bingung.
“Padahal saat itu--” Fuwa sejenak memikirkan tentang masa lalu.
----
“Urus saja dirimu sendiri, Fuwa..”
----
Fuwa mengingat-ingat ucapan Yaiba di masa lalu. Perkataan tersebut berkontradiksi dengan apa yang Yaiba lakukan akhir-akhir ini. Perubahan sikap itulah yang membuat Fuwa kesal sekaligus menimbulkan rasa penasaran. Ada apa dengan sosok Yaiba saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Your Life For
FanfictionFuwa Isamu, 17 tahun, kelas 3 SMA. Dia terancam tidak lulus sekolah karena hasil ujian tengah semester mendapatkan nilai yang tidak memuaskan. Yaiba Yua, yang selalu berada di peringkat pertama dan sebagai 'teman' bersedia untuk membantu Fuwa. "Kita...