Start

1K 99 4
                                    

Happy reading❤

*****

"Dek? Lu dimana? Susah banget nyariin itu alamat." sembur kenan saat adzra baru saja menjawab panggilannya.

"Gue ga budeg bang sat! Lu teriak teriak mulu." balas adzra keras. Dia merengut sambil melihat ke dua sisi jalan. Tak ada kenan di sana, entah dimana keberadaan kakak nya yg satu itu.

"Nama gue kenandra satria, elu malah manggilnya bang sat! Gada akhlaq emang lu!" Seru kenan alias satria sewot.

"Terserah elu deh bang, gue gak mau debat sama lu karena percuma lu bakal kalah. Buang buang tenaga. Ini sekarang lu dimana? Di sini panas tulong" pangkas adzra.

Mentari yang berdiri di samping adzra hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Rada bingung mengapa bisa bertemu dengan orang se jutek adzra tapi berhati malaikat.

Mereka duduk di taman sebelum seorang pria datang dengan motor besar. Mentari memerhatikan pergerakannya yang tengah melepaskan helm.

Dan selanjutnya wajah di balik helm itu berhasil mampir di indra penglihatannya. Wajah tampan seorang kenandra satria mampu membuat hati mentari di terbangi banyak kupu kupu, lalu bergejolak bagai ombak lautan.

Kenan berjalan mendekat kearah mereka dengan gerakan pelan, tubuh proporsionalnya di umur yang telah memasuki usia 20 tahun itu bisa di katakan lumayan. Lumayan dalam artian sangat sangat tampan.

Wajahnya lonjong dengan dua rahang tegas yg menyiku. Badannya tinggi kurang lebih 180 cm, hidung mancung dan bibir tipis kemerahan, terdapat garis samar yg membentuk dagunya yg lancip. Ah..perfect.

celana cargo  yang di pakainya tampak jauh lebih rapih dan cocok bersanding dengan setelah kaos army dan jaket kulit berwarna senada sebagai luaran. dari segi penampilan adzra dan kenan memang memiliki selera yg sama dalam style meski tidak dalam passion, Mereka menyukai warna gelap.

"Dek... gue kesasar tiga kali gara gara nyariin lo." ujar kenan kesal setelah sampai. Mentari pun telah tersadar dari lamunan sesatnya, sungguh zinah mata yang nikmat. Eh astaghfirullah...

"Ya lo aja yang gak tahu jalan. Pembalap urakan" balas adzra sengit. Kenan tak acuh, dia melirik pada perempuan berhijab di sebelah adiknya.

"Ini siapa?" Tanyanya.

Adzra ikut menoleh kearah mentari yang menunduk. "Temen gue, udah ga usah jelalatan gitu, Malu gue punya abang mata keranjang." Adzra memutar bola mata.

"Sembarangan lo, dasar adek durhaka!." Seru kenan tak terima.

Mentari menarik ujung baju gadis itu agar tak terlalu keterlaluan saat berbicara, tapi sia sia saja, adzra memang tipikal orang yang tak bisa munafik pada diri sendiri. Apalagi dia dan kenan memang sudah seperti kucing dan tikus sejak dalam kandungan bunda.

"Udah, sekarang lo maunya gimana? Gue udah dateng jauh jauh kesini buat jemput adek ga tau diri kayak elo. Bunda udah nyariin dari semalem."

"Motor gue di kantor polisi, kayaknya harus gue tebus. Lu bawa kartu ATM gue nggak?." Tanya adzra saat menyadari bila dia hanya membawa uang cash lima ratus ribu di dalam dompet.

Malika AdzraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang