“BANGSAT!”
Pria bersurai blonde melempar handphonenya asal sambil sesekali melirik ke kanan kiri bangunan tua belakang sekolah yang sering dijadikan tempat berkumpul bersama teman-temannya.
“Kenapa sih?” Seseorang menepuk pundaknya, namun sang empu hanya menggeleng lemah yang terlihat pasti ada kerutan kesal pada keningnya.
“Kasih tau atau mau gue guyur pake americano sekarang, Lix?”
“Jaem, apa lambung lo gak meledak minum begituan terus?”
“Diem Minho, gue lagi serius!”
“Songong banget lo ya, gue ini lebih tua dari lo tau!”
“Oke, oke. Diem kakek Minho, gue lagi serius.”
“Kurang ajar!”
“Ish kan, gara-gara kalian Felix hyung jadi pergi kan?” Keluh Jeongin yang sedari tadi penasaran dengan Felix namun hanya mendapati gelengan lemah dari Felix. Sedangkan Felix mengambil hoodienya asal dan bergegas keluar sampai-sampai mengabaikan pertanyaan Seungmin.
“Felix kenapa?”
Sama seperti jawaban Felix pada Jeongin, Seungmin pun hanya mendapati gelengan pelan dari tiga songok manusia yang sedang menyender pada tiang penyangga balkon gedung.
Dari arah yang berlawanan, Renjun, Chenle, Hyunjin, Han, dan Jisung datang membawa tiga bungkus makanan yang diyakini berisi ayam goreng.
“ASIKK ADA BAU BAU AYAM,” belum sempat Renjun dan Hyunjin duduk, Haechan sudah mengambil alih tempat mereka yang terdapat ayam goreng di depannya.
“Haechan anjir, bangun atau gue mutilasi lo?!” Ancam Renjun yang membuat Haechan berdecak kesal.
“Nanti dulu apa ya, gue abis lari dari bawah ke atas gara-gara liat setan tadi. Lagian kenapa sih kita nongkrong di tempat kayak gini? Serem hihh.”
“HAH?! SERIUS LO, CHAN?”
“Serius apa?”
“Haechan bukan Bangchan!”
“Ada apaan si Sung lo teriak-teriak tadi? Apaan yang serius emang?” Tanya Changbin yang baru saja datang bersama Jeno dan Bangchan.
“Itu Han hyung bukan Jisung, hyung.” Kesalnya karena sedari tadi ia hanya asik bermain game bersama Minho dan Jaemin.
“Yaudah sih sama aja, sama-sama Jisung.”
“BEDA MARGA ANJING!”
Plak
“Aw! Sakit hyung!” Jisung meringis pelan mengelus kepalanya yang baru saja dihadiahi jitakan oleh yang tertua.
“Jangan songong bocah!”
Oke, sejujurnya Jisung takut jika Chan sudah bertindak.
“Sorry sorry tadi reflek. Jisung lagi main game soalnya.”
“Pada mau makan gak sih? Keburu adem nih ayam.”
Renjun dibantu Chenle menyiapkan piring, disusul dengan Jeno yang membawa beberapa gelas plastik di tangannya. Mereka pun mencari tempat masing-masing untuk makan bersama-sama.
“Maksud lo ada setan gimana, Chan?”
Baru saja Bangchan ingin menjawab pertanyaan Renjun, Haechan lebih dulu menyumpal mulut Chan dengan ayam goreng di tangannya.
“Sialan lo Chan,” dengusnya sebal tetapi malah lanjut makan sambil mempertajam indra pendengarannya supaya tidak ketinggalan info.
“Tadi gue di bawah ngeliat ada bayang-bayang item lewat. Tapi karena gue takut jadinya gue langsung lari kesini.”
“Salah liat kali lo. Oh iya, Felix mana?”
Jeno orang pertama yang tidak menyadari kehadiran bocah ingusan satu itu—selain Jaemin , Minho, Jeongin, dan Seungmin—mencari Felix dengan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
“Gatau, tadi dia melengos pergi gitu aja.”
“Lah ini ponselnya disini. Tapi—kok ini..” Belum sempat Jisung mengakhiri kalimatnya, Jaemin sudah memotong pertanyaannya.
“Retak?” Jisung menganggukan kepalanya sembari meminum sodanya.
“Iya tadi dibanting sama dia.” Perkataan Minho mendapat tatapan penuh tanya dari yang lain seolah bertanya ‘Kenapa si Felix?’, sayangnya Minho juga tidak mengetahui jawabannya.
“PMS kali,”celetuk Jeongin asal.
“Ngasal. Eh tapi—apa kalian gak liat Felix tadi pas mau naik kesini?” Tanya Jaemin pada yang datang terlambat tadi, sedangkan yang lain hanya menggeleng tak tahu—kecuali
“Tadi gue sempet liat Felix hyung pas mau ambil ayam di mobil, tapi anehnya dia lari ke sekolah gak pake motor.”
“Maksud lo Sung?”
“Intinya Felix aneh hari ini,” Renjun menyimpulkan sembari menumpukan kepalanya pada kepalan tangan yang sedikit ditekuk.
“Chan hyung, coba nanti tolong tanya Felix. Gue takutnya kalo dia nyembunyiin sesuatu dari kita sendirian.”
“Gue rasa bukan kalo lagi, tapi emang udah.”
“Maksud lo, Han?”
Han bangkit dari duduknya, menjawab pertanyaan Changbin dengan bahunya lalu pergi keluar ruangan. Sedangkan yang lain hanya saling menatap kepergian Han—bingung. Menurutnya Felix sedang dalam bahaya saat ini, jadi dia harus segera menyusul Felix.
****
“KELUAR LO ANJING!”
Felix mengamati seluruh ruangan audiotorium sekolahnya sambil terus mengumpat dalam hati. Sedari tadi tangannya gatal ingin menonjok orang yang dicarinya sampai mampus. Namun tak kunjung mendapatkan apa yang ia cari disini, Felix malah dijadikan bahan lelucon dengan berbagai macam jebakan konyol yang sepertinya anak kecil pun bisa mengetahuinya.
Mulai dari lobang dekat lapangan sedalam dua meter yang sengaja ditutupi daun di atasnya, ember berisi alkohol yang sengaja ditumpahkan manual dari lantai atas, dan terakhir tembakan yang berisi cat bewarna merah entah darimana. Sayangnya jebakan yang terakhir sempat mengenai sepatu putihnya yang jelas-jelas baru saja ia beli tiga hari lalu di Amerika. Dan disinilah Felix, mengejar pelaku yang sedari tadi melarikan diri. Jelas saja Felix mengerti cara mendeteksi keberadaan manusia menyebalkan hanya dari bau alkohol yang sempat hampir mengenai wajah tampannya tadi.
“Lee Felix rupaya pemberani, ya?”
Suara radio sekolah di penghujung ruangan yang Felix yakini berasal dari ruang siaran membuatnya semakin mengepalkan tangannya erat. Belum sempat ia keluar dari audiotorium menuju ruang siaran, pintunya tiba-tiba tertutup rapat dengan keras seperti memang sudah direncanakan sebelum ia datang.
“SIALAN.” Felix menendang pintunya dengan keras, berusaha mendobrak namun sepertinya ia kekurangan tenaga mengingat dia belum sempat makan dari kemarin.
“Berhenti mengumpat Lee Felix—ah, atau Lee Yongbok?”
Deg.
“SIAPA LO?!”
Bukannya mendapati jawaban, orang yang diajak bicara justru malah tertawa kencang seolah itu hal yang lucu baginya.
“Sayang sekali kau melupakanku. Apakah kau terlalu sering bermain bersama mereka makanya kau lupa padaku?”
“JANGAN BANYAK BICARA LO BANGSAT! CEPAT KELUAR ATAU—akh“
“Atau kau akan pingsan sebentar lagi? Hahaha.”
Pandangan Felix memburam, yang ia ingat ia sempat melihat seseorang menyuntikkan sesuatu padanya lalu menyeretnya menuju gudang sekolah yang berada di lantai atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORENDA II SKZ ft NCT Dream II
Fiksi PenggemarMereka hanyalah anak-anak remaja yang berusaha mengabdi pada negaranya. Melupakan kewajiban sebagaimana seorang pelajar mestinya, bahkan kehidupan yang seharusnya dikelilingi banyak teman seperti hal yang terjadi pada masa menuju pendewasaan. Empat...