Happy Reading.
Pagi ini semua siswa kelas XI IPS2 sedang berbaris rapi di lapangan lengkap dengan seragam olahraga masing-masing. Hari sabtu adalah jadwal olahraga untuk kelas baru sesilia. Setelah mendapat pengarahan singkat dari pak Boni guru olahrga dan termasuk salah satu guru yang mengajar dari luar sekolah ini. semua siswa melakukan pemanasan dengan lari lapangan sebnayak 3 keliling. Selanjutnya pak Boni membagi siswa menjadi 4 kelompok, dua kelompok putra dan dua lagi kelompok putri. Mereka akan bertanding bola kaki.
Sesilia mendengus kesal. Dia tidak suka olahraga, apalagi saat kondisi cuaca yang sangat cerah pada pagi hari ini. Panas.
Tapi mau tidak mau sesil harus ikut bermain. Biarpun hanya sekedar berdiri di lapangan sesil merasa sangat lelah dan haus. Keringat bercucuran membasahi dahinya. Kini, tenggorokannya benar-benar minta diisi es coklat bubble. Membayangkannya saja membuat sesil harus berkali-kali menelan salivanya. Setelah sekitaran 1 jam bermain, pak Boni menghentikan permainan. Semua siswa diperbolehkan kembali ke kelas, untuk mengganti pakaian dan beristirahat menunggu bel pergantian les berbunyi.
Sesil pun kembali ke kelas, mengambil seragam putih birunya dan pergi ke toilet perempuan untuk mengganti seragam olahraganya semua teman perempuannya melakukan hal yang sama, sedangkan siswa laki-laki mengganti seragam di kelas. Ternyata bilik toilet sudah terisi penuh semua oleh teman sekelas sesil yang sedang mengganti pakaian.
Sesil pun berinisiatif untuk ke kantin, dan membeli es coklat dulu lalu setelah itu mengganti seragamnya. Dengan masih mendekap sergam putihnya, sesil memegang cup es coklat yang setengah isinya sudah melewati tenggorokannya.
Sesil berjalan di koridor sekolah, yang melewati lapangan 2. Terlihat beberapa orang kakak kelas sedang bermain basket. Sesil berjalan santai hendak kembali ke toilet perempuan. Tiba-tiba...
Buk...
"aduhhh..." rintih sesil
Sebuah bola basket berhasil mendarat tepat di depan kepala sesil yang menyembabkan es coklat sesil tumpah mengenail seragam depan olahraganya dan seragam putih biru yang di dekapnya.
"yah.. tumpah.. malah jadi kotor semua lagi" desis sesil. Dia menatap kearah lapangan, asal bola tersebut.
Dari arah lapangan, terliha laki-laki berpostur tinggi sedang berlari ke arah sesil.
" Pasti dia yang lempar ni bola" gumam sesil
Tapi belum sampai di tempat sesil, ada seorang siswa yang menghentikan anak laki-laki itu dan berbicara sedikit. Laki-laki itu mengatakan sesuatu lalu tersenyum ramah dan melanjutkan larinya kea rah sesil.
"lo yang lempar bola itu?" Tanya sesil dengan nada ketus ketika laki-laki itu sudah berdiri di hadapannya. Sesil harus sedkit mendongak melihat lelaki di depannya ini. Karna tinggi sesil hanya sekitaran sedada lelaki ini.
"hem.. iya maaf, saya tidak sengaja" kata laki-laki tersebut dengan nada menyesal.
"enak aja bilang maaf, lo liat dong kepala gue ini sakit tau, dan seragam gue jadi kotor semua. Lo itu harus tanggung jawab" kata sesil lagi menggebu-gebu.sepertinya lelaki ini adalah kakak kelasnya, Karen wajah lelaki ini cukup dewasa tetapi dia sudah tidak perduli lagi Lelaki ini sudah merusak ketenangannya.
"kamu anak baru yah?" Tanya lelaki itu lembut,tanpa menghiraukan amarah gadis yang berada di depannya ini sambil tersenyum
"kalau gue anak baru kenapa? Lo harus tetap tanggung jawab, gue gak peduli lo itu siapa, mau lo kakak kelas juga gue gak peduli. Lo itu salah jadi harus tanggung jawab" jawab sesil lagi
Tapi.. lelaki itu kini malah tersenyum semakin lebar.
"pantasan saja ternyata anak baru" pikirnya dalam hati
"eh, lo kok malah senyam-senyum, gak merasa bersalah lagi" Tanya sesil kebingungan.
Lelaki itu berdehem, menormalkan ekspresinya.
"oke, tunggu di sini sebentar. Saya pergi dulu. Jangan kemana-mana" ucap lelaki itu sambil melangkah lebar meninggalkan sesil tanpa menunggu jawaban gadis itu
Sesil tambah bingung, tapi dia tetap menunggu lelaki tersebut.
Tidak kurang dari 5 menit, lelaki tadi sudah kembali.
"ini" kata lelaki itu sambil menyodorkan sebuah kaos bewarna biru.
"apa ini?" Tanya sesil.
"ini kaos, buat kamu pakai kan baju kamu kotor karena ulah saya. Saya tanggungjawab kok. Kaosnya bisa kamu kembalikan sesudah kamu cuci lagi" kata lelaki itu.
Sesil menggambil kaos tersebut. Lalu lelaki itu hendak pergi, namun sebelum itu dia berbalik lagi. Sesil menatap lelaki itu.
Lelaki itu merogo kantung celana training yang digunakannya.
" ini " katanya lagi sambil menyodorkan uang kertas lima ribu rupiah.
Sesil mengerutkan keningnya.
"buat beli es coklat yang baru" kata lelaki itu sambil meraih tangan sesil lalu pergi dengan langkah terburu-buru.
"apa-apaan ini" kesal sesil. Lalu dia beranjak ke toilet perempuan.
Sesil mengganti baju olahraga dengan kaos yang di beri lelaki tadi, aroma citrus memasuki indra penciumannya.
Sesil menatap dirinya di kaca.
"uda kayak orang-orangan sawah gue. Nih baju sih, gede banget. Kalau gak gara-gara baju gue kotor, gak mau gue berpenampilan kayak gini" sesil mengomentari penampilannya sendiri. Lalu dia kembali ke kelas.
Sesampainya di kelas, sesil duduk di kursinya. Sebagian siswa perempuan menatapnya terang-terangan, tidak terkecuali dengan dafa.
Sesil berusaha cuek. Dan lebih memilih memakai earphone miliknya lalu melipat kedua tangannya ke atas meja, meletakkan kepala ke situ, dan menutup matanya.
Tidak berapa lama, dafa duduk di kursi kosong di samping sesil.
'sesil.." panggil dafa.
"ehm.." sesil hanya bergumam, dan tidak beranjak dari posisinya.
" darimana kamu dapat kaos itu ?" Tanya dafa lagi.
"dari kakak kelas reseh, uda yah dafa gue ngantuk banguni gue kalau guru udah masuk" jawab sesil
"oh.. oke" jawab dafa, sebenarnya dia masih bingung kenapa sesil bisa memakai kaos olahraga frater pembimbing, dia ingin bertanya lebih. Namun, diurungkannya melihat sesil yang sepertinya terganggu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jangan lupa vote, coment, dan share..
Salam dari aku @rosa_rio25
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Tak Sampai
RomanceIni tentang dia, cinta pertama yang tidak akan pernah kumiliki, karena bagaimanapun aku tidak akan bersaing dengan Tuhan.