[TY: 2] Yuang Family

13 1 0
                                    

“Lan, lu serius udah bilang sama si Gege kalo mau ngikut ngePLSin anak-anak baru?” Darren. Ia sedang berjalan dengan Dylan yang membawa setumpuk berkas di koridor menuju ruang OSIS.

“Udah, sans aja lo,” jawab Dylan cuek sambil memburu langkahnya.

“Napa, sih, Lan. Jalan kek dikejar kunti aja,” protes Darren tapi masih terus mengikuti langkah Dylan.

“Makanya Wi-Fi dibayar, biar bisa buka grup. Dan kalo udah buka tuh dibaca, gak dipencet scroll bottom trus diout!” oceh Dylan yang kemudian berbelok ke ruang OSIS untuk menyerahkan setumpuk berkas yang dibawanya kemudian langsung keluar dan berjalan melewati Darren dengan langkah cepatnya seperti tadi.

Darren hanya terdiam ditempat melihat Dylan yang berjalan cepat meninggalkannya. “Goblok Dylan, teh. Lan! Tungguin, geblek!” teriak Darren sambil berlari menyusul Dylan yang sudah hampir menghilang itu.

“Cepetan!”

“Iya, iya!” dan akhirnya Darren berhasil menyusul Dylan dan menyamakan langkahnya. “Ada apa, sih emangnya?” tanya Darren penasaran. Ia malas membuka grup Efse untuk sekedar mengecek acara hari ini. Karena meskipun penghuni grup itu hanya empat orang, tapi chat masuk tiap jamnya sampai ratusan. Entah ngomongin apa. Meskipun terkadang Darren juga ikutan.

“Dih, nanya mulu kampret!”

“Perasan gue nanya baru sekali deh. Ada apa, Lan. Ya ampon!”

“Ck, itutuh, masa lo lupa. Hari ulang tahun pernikahan om sama tante Yuang,” jawab Dylan sambil berhenti saat tepat menginjak depan ruangan yang terkunci itu. Markas Efse. Ia mengeluarkan kunci dari sakunya dan membuka ruangan tersebut.

Yuang adalah nama marga keluarga Caesar yang berras Cina

“Yailah, Lan. Gue tau kali itumah. Lagian masih nanti malem, dan ini masih pagi. Napa lu gupuh gini, sih. Orang gak perlu bantu dekorasi aja.”

“Lo lupa gue punya kakak perempuan yang rempongnya masyaallah tapi galaknya innalillahi gitu?” Ya, Dylan memiliki kakak perempuan yang sifatnya seperti yang telah dikatakannya itu. Tapi Ia benar-benar mempunyai jiwa kekakakan. Ia bukan hanya kakak Dylan, tapi juga kakak bagi semua anggota Efse. Efse sangat menghormatinya, bukan karena sifatnya yang galak, tetapi karena kepeduliannya terhadap semua yang dilakukan Efse.

“Halah, udah deh, serahin ke gue,” jawab Darren enteng.

Dylan langsung menoleh pada Darren dengan binar bahagianya. “Serius, ya? Beneran?”

“Iya, iya. Kayak gak tau aja gimana lengketnya gue sama Kak Canu.”

“Heh! Tapi gue gak mau, ya punya kakak ipar modelan lo. Udah umur tuaan gue setahun lagi,” tunjuk Dylan mengintimidasi.

“Kagak, lah. Ya kali,” elak Darren sambil mendahului masuk ke ruangan khusus yang baru dibuka oleh Dylan itu. “Lagian Kak Canu juga mana mau sama yang lebih muda.”

“Yah, kan lo pawangnya. Kali aja berubah pikiran.”

“Emang lo mau?” tanya Darren sedikit jengah sekarang. Memang Darren itu tipikal orang yang malas diajak ngomong panjang yang gak ada gunanya sama sekali. Apalagi berdebat. Dan Dylan adalah cowok kekanakan yang sering mendebatkan hal yang tidak penting. “Lagian Kak Canu mikir-mikir, kali. Masa iya milih pasangan temen adeknya dari kecil.”

“Mungkin aja—“

“Terserah lo,” sambar Darren sebelum Dylan mengoceh lebih panjang lagi. Sebenarnya Dylan ini sepertinya, irit bicara. Tetapi bedanya irit bicaranya Dylan perkecualiannya cukup banyak. Tidak seperti dirinya yang cukup membatasi interaksinya. Termasuk dengan Efse yang terkadang membuat Efse geleng-geleng kepala sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THAT'S YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang