Bisa dengarkan lagunya untuk membangun mood kalian di cerita chapter kali ini. Lagi-lagi kuingatkan, kalau cerita ini mengandung konten eksplisit dan bukan untuk anak di bawah umur.
~Starry eyes
What can I say or do for you my little~
Jika yang lain tampak bersiap untuk keluar kelas dengan terburu-buru setelah bel pulang memenuhi lorong sekolah dan guru pun sudah meninggalkan kelas, sedikit berbeda dengan Renjun. Ia justru tampak tenang, tak terusik dengan suara berisik kawan satu kelasnya, memandang keluar jendela di mana langit jingga mulai terlihat.
"Kenapa sunset terasa indah di awal kemunculannya seperti ini, tapi memberikan rasa tak nyaman dan hampa jika di ambang tenggelam?" begitu lah gumam si pria cantik ini.
"Jun... mau pulang bareng?" suara Haechan jauh lebih pelan dari biasanya, entah kenapa ia merasa ini bukan waktunya menggoda atau mengajak bercanda sahabatnya ini.
Namun tampaknya, suara yang sudah dibuat super lembut itu tetap membuat Renjun sedikit berjengkit. Tak menyangka kalau ada seseorang yang duduk di depannya dan menghadap langsung padanya.
Renjun menolak ajakan Haechan untuk pulang bersama. Tapi sebagai gantinya, mereka kemudian berjalan bersama ke parkiran. Renjun memang tidak pulang bareng Haechan karena dia kembali membawa mobilnya sendiri, setelah beberapa minggu belakangan memang lebih banyak diantarkan oleh supir pribadi keluarga karena beberapa alasan.
Setelah menyampaikan sapa perpisahan, keduanya masuk mobil masing-masing dan Haechan melaju meninggalkan parkiran sekolah. Sedangkan Renjun masih di dalam mobil, menunggu.
Hampir 30 menit berlalu, Renjun tetap di dalam mobilnya. Ia memilih untuk membaca buku yang belum sempat ia selesaikan. Mendadak jendela mobilnya diketuk oleh seseorang, yang kemudian membuat senyum si mungil terbit saat melihat pria favoritnya berada di seberang. Renjun pun menyimpan kembali buku yang dibacanya usai memberikan tanda di halaman yang terakhir ia baca.
"Ayo pulang bareng," begitu lah kalimat yang terucap dari Renjun dengan mata berbinar dan wajah bahagia setelah menurunkan jendela mobilnya.
Jaemin yang melihatnya pun langsung mengulurkan tangannya ke dalam, menangkup wajah Renjun dan mengusap pipi gembil tersebut penuh perasaan. Wakil ketua OSIS kita ini pun dengan tanpa ragu langsung mencondongkan tubuhnya ke dalam mobil lewat jendela, membubuhkan sebuah kecupan di bibir manis Renjun. Tak kuasa menahan gemas melihat pria yang dicintainya itu, menunggunya tanpa mengatakan apapun dan mengajaknya pulang bersama.
~When I'm alone I hear & feel you~
"Kenapa nggak bilang kalau kamu nunggu aku, hm? Gimana kalau aku ada rapat sama anak-anak OSIS dan pulangnya malam?"
Renjun yang mendengar pertanyaan pria di sampingnya hanya memberikan senyum, sambil tetap fokus mengendarai mobilnya. Senyuman Renjun adalah kelemahan Jaemin, yang membuatnya bisa bertahan dengan perasaannya yang belum berbalas atau juga mungkin tak akan berbalas.
Sepanjang perjalanan, Jaemin terus memandangi Renjun dan tangannya tak lepas dari wajah cantik yang selama beberapa tahun ini terus berlari-lari di pikirannya. Mengusapnya dengan penuh afeksi, menyalurkan segala perasaan yang membuncah dari dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heavenly 🔞 - NoRenMin
Romance-NORENMIN Lokal - Jangan tanya ke Renjun, permainan Jeno atau Jaemin yang lebih memabukkan.