Chapter 2

36 3 0
                                    

"Cinta itu buta, membuat orang pintar pun menjadi bodoh seketika. Cinta itu harus berani sakit hati. Cinta itu tidak memperdulikan siapa yang ia datangi"-Aleta

"Aleta gak papa kak, pulang yuk" ajak Aleta langsung menarik tangan Kenzio walaupun tangannya agak lebam karena habis berciuman dengan lantai. Mereka masuk kedalam mobil, dan pergi meninggalkan kawasa sekolah.
~
Sampai di Mansion Alexander, Aleta berhambur masuk ke mansion mencari sang mamah.
"Mamah, mamah!" Panggil Aleta keras, membuat orang yang dipanggil langsung keluar dari kamar tergesa gesa.
"Ada apa sayang?" Tanya Carlita ngos ngosan
"Aleta mau curhat"
"Curhat apa?"
"Tadi ya ada cowok ganteng nabrak Aleta" Carlita menghembuskan nafasnya lega.
"Siapa?"
"Enggak kenal, tapi orangnya dingin"
"Masa? Terus Aleta suka sama dia?" Aleta mengangguk
"Tapi tadi kak Kenzio malah narik ujung jas dia"
"Tanya aja ke kak Zio, namanya siapa barangkali dia kenal"
Tepat saat itu Kenzio datang sembari membawa dua tas, tasnya dan Aleta.
"Kak Zio, Kakak kenal orang yang nabrak Aleta gak?" Tanya Aleta berbinar
"Siapa sih yang gak kenal dia"
"Loh Aleta gak kenal"
"Lo nya aja yang kudet, dia ketua klub Basket, dan Ketua OSIS, dia angkatan lo, heran lo bisa gak kenal"
"Ketua OSIS?"
"Iya"
Tiba tiba senyum Aleta terbit sangat lebar, jika bukan kakak dan mamahnya yang melihat pasti akan terperangah kagum melihatnya.
"Kenapa lo?" Tanya Kenzio Heran
"Mah, Aleta boleh perjuangin Dia kan?" Tanya Aleta kepada mamahnya, mamahnya mengangguk saja dari pada berujung ngambek.
"Kek tau namanya aja" celetuk Kenzio
"Oh iya, Aleta belum tau namanya, siapa kak emang namanya?"
"Raga Hernandez"
"Hernandez? Bukannya itu keluarga pemilik sekolah kalian ya?" Tanya Carlita diangguki oleh Kenzio.
"Oke keputusan Aleta sudah bulat! Aleta bakal perjuangin Raga biar jadi pacar Aleta!"
Aleta pergi meninggalkan dua orang di ruang tamu yang sedang tercengang.
"Itu adik kamu zi?" Tanya Carlita
"Bukan mah" jawab Kenzio yang dihadiahi lemparan bantalan kursi.
Tadi nanya giliran dijawab malah dilempar bantal, salah mulu gua ya tuhan batin Kenzio.
Dilain tempat, Aleta sedang mandi dan bersiap membuka album suami suaminya.
"Semoga dapet Jungkook sama Taehyung" Aleta satu persatu membuka Albumnya
~
Setelah beberapa jam berkutat dengan albumnya, ia memutuskan untuk keruangan khusus perlengkapan Fangirl nya. Ia menaruh Album ditempatnya, dan menaruh full 7 member photocard yang ia dapat dari album tersebut, dan satu album belum ia buka, ia akan menyimpannya dulu.
Setelah menaruh itu, Aleta turun dan pergi menuju ruang keluarga. Disana ada kedua kakaknya dan mamahnya.
"Hai sayang" sapa Carlita
"Halo mah, kak" Jawab Aleta sembari merebahkan diri di sofa.
"Katanya kak Zio ada kompetisi matematika, kamu dikirim?" Tanya Carlita
"Iya, padahal Aleta bosen Matematika mulu pengen coba yang lain"
"Ya ampun dek, gak usah sombong, apalah daya otak kakak yang pas pasan" celetuk Kafka mendramatisir
"Aleta gak sombong kak, cuma Aleta pengen coba Fisika"
"Serah you"
"Ya ikut aja dulu ta, barangkali nanti kepala sekolah berubah pikiran. Ngirim kamu difisika" ujar Carlita
"Iya mah"
Tiba tiba, seorang pria paruh baya datang ke ruang keluarga. Siapa lagi kalau buka George.
"Tadi nyari mamah di kamar gak ada, ternyata lagi kumpul disini" ujar George sembari mendudukkan badan nya di sebelah sang istri.
"Pah pah, tau gak? Aleta sekarang udah punya calon pacar tau" George tersenyum senang mendengar penuturan Carlita
"Wah, selamat Aleta. Gimana kalau kita buat pesta kecil kecilan?" Tanya George
"Gak usahlah pah, baru calon pacar belum jadi pacar" jawab Aleta
"Yaudah pestanya nanti aja pas udah pacaran gimana?" Aleta mengangguk.
"Tuan, nyonya. Makan Malam sudah siap" ujar kepala palayan, semuanya mengangguk dan pergi ke ruang makan.
~
Selesai Makan Malam, mereka kembali ke ruang Keluarga. Keluarga Alexander memang suka berkumpul dan menghabiskan waktu disana.
"Kamu gak belajar ta?" Tanya George, ia sudah tau Aleta mengikuti kompetisi matematika dari istrinya tadi saat berjalan menuju ruang keluarga. Aleta menggeleng
"Kenapa gak belajar?"
"Soal yang diujikan selalu sama, jadi untuk apa belajar?"
"Kan bisa mengingat kembali"
"Otak Aleta mampu menyimpan ratusan rumus dalam sekali baca, dan itu tidak akan hilang sampai kapanpun walau ditambah ribuan rumus baru" jelas Aleta sombong
"Sombong amat lu ta" celetuk kedua kakaknya
"Hehe, ya kan kenyataan"
"Iya iya"
"Tapi Aleta kalo senggang baca baca ulang kok pah" ujar Aleta
"Lah ini senggang"
"Enggak, ini kan lagi ngumpul, masa mau baca baca"
Seketika stik PS di tangan kedua kakaknya terhempas jatuh, mereka sadar sindiran itu untuk mereka berdua.
"Kok gak lanjut main?" Tanya Carlita
"Kita lagi ngumpul, gak baik main" jawab Kenzio sok bijak
"Alah kamu" George mengacak-acak rambut kenzio gemas
~
"Kalo gini mah mending kasih kasur disini" ucap George saat melihat ketiga anaknya terlelap saat menonton TV.
"Iya juga ya, gimana besok kita beli. Sekalian belanja sama anak anak, aku kangen belanja sama mereka" George mengiyakan saran Carlita, ia juga berinisiatif ikut belanja mereka.
~
Pagi, seperti biasa Aleta melakukan rutinitasnya. Ia tidak kesiangan hari ini, karena saat bangun kedua kakaknya langsung menariknya bangun.
Kini mereka ber lima berada di meja makan, dengan keadaan sudah rapih.
"Mamah hari ini mau ke Butik, setelah itu mamah bakal ajak kalian ke Mall untuk belanja"
"Papah akan ikut kalian" George menambahkan ucapan sang istri
"Terus kita bawa mobil 4 gitu?" Tanya Kafka
"Enggak, hari ini Mamah ikut mobil papah, dan kamu kafka antarkan Adik adik kamu baru ke kampus"
"Yah kan mobil Kafka cuma 2 kursinya"
"Pakai yang lain, yang cukup bertiga"
"Yah mamah, masa pake mobil yang gede itu, gak keren dong"
"Lah kamu juga gede"
"Bukan itu maksudnya mah, masa kafka biasa pake mobil itu tiba tiba pake mobil yang kaya gitu yang bodynya gede gede"
"Gak usah alasan"
"Yah mamah gak seru"
"Emang mamah ngajak main kamu?"
"Enggak"
"Terus kenapa gak seru?"
"Bahasa gahool mah"
"Oh ada bahasa baru"
Semua yang mendengar perdebatan mereka berdua menggeleng gelengkan kepalanya.
"Yuk berangkat" ajak Kenzio sembari menarik tas Kafka yang ada disebelahnya
"Lo bisa sopan dikit gak sih sama kakak lo" sewot Kafka sembari menunjuk wajah Kenzio dengan tangannya yang berisi roti
"Liat jam, 10 menit lagi gua sama Aleta telat"
"Salah lo sendiri gak bawa mobil"
"Gua kira lo gak butuh pengulangan dengerin ucapan mamah" jawab Kenzio dingin
Kafka kicep, akhirnya ia mengalah dan mereka bertiga pamit berangkat.
~
Sampainya disekolah, Kenzio Dan Aleta turun dari mobil.
"Kalian balik jam berapa?" Tanya Kafka melongok dari kaca mobil yang terbuka
"Setengah 4" jawab Kenzio, belum sempat pamit, mobil Kafka sudah melaju kencang meninggalkan mereka berdua.
"Kak kafka kenapa sih?" Tanya Aleta
"Lgi pms" jawab Kenzio sekenanya, membuat Aleta tertawa
"Yuk lh masuk" Kenzio merangkul bahu Aleta dan Berjalan masuk.
Saat sampai kelas, Kenzio memberi semangat untuk Aleta. Karena tadi Aleta akan mencari tau tentang Raga.
"Pagi Rara" sapa aleta seperti biasa
"Pagi"
"Eum... Rara.... Aleta mau nanya dong"
"Paan?"
"Rara kenal Raga gak?"
"Raga yang mana?"
"Raga Hernandez"
"Oh si kulkas, kenapa emang?"
"Rara kenal?"
"Kenal lah, seantero sekolah juga kenal dia ta"
"Aleta gak kenal"
"Ya pengecualian elo, dia dulu temen sd gua"
"Loh temen sd Rara kan Aleta"
"Sebelum pindah kesini ta"
"Oh kok Rara gak pernah scerita sih"
"Ya emang kenapa? Lo suka sama dia?"
"Iya hehe, kemarin dia gak sengaja nabrak Aleta"
"Pertemuan yang aneh" Aleta tertawa kecil
"Nanti bantuin Aleta biar deket sama dia yah Ra"
"Iya iya, butuh id-Line dia?"
"Sangat butuh, Rara punya?"
"Enggak"
"Yah dikira punya"
"Paling si Jesicca punya tuh, kapan dia sekelas sama Raga"
Brakkk......
"Masa! Kok aleta gak tau sih!" Heboh Aleta, membuat semua murid yang ada di kelasnya mematap dia kaget.
"Biasa aja, monyet"
"Ih Aleta bukan monyet"
"Bodoamat"
Aleta berdiri dan pergi menuju kelas Jesicca, kelas 2-2. Ia mencari Jesicca dan menemukan dia sedang mengobrol dengan teman sebangkunya. Beruntungnya guru belum ada yang masuk ke kelas.
"Jesicca" panggil Aleta
"Ngapain Lo kesini?" Tanya Jesicca heran, pasalnya sahabatnya itu jarang ke kelasnya bahkan hampir tidak pernah.
"Mau cari Jesicca"
"Ngapain nyari gua, istirahat kan nanti ketemu"
"Darurat"
"Paan emang"
Aleta membisikkan niatnya dan menanyakan id-Line Raga.
"Oh Raga! Ngapain lo gak minta langsung ke orangnya" teriak Jesicca senang, karena akhirnya Aleta keluar dari zona kejombloan
"Ih jangan teriak teriak, nanti pada denger"
"Ya biarin si ta, ini sebuah kebanggaan, aleta nyari cowok"
"Lebay Jesicca, jadi Jesicca punya id-Line dia gak?"
"Punya, ntar gua inget inget dulu" jesicca mengingat ingat, id-Line Raga, namun nihil.
"Gua lupa id-Linenya, mending langsung minta aja ke orangnya"
"Malu...."
"Yok gua anter"
Jesicca dan Aleta menghampiri kursi Raga yang berada diujung. Ia sedang membaca buku dan ada earpods yang terpasang indah di telinganya.
"Ga" Jesicca menggoncangkan tubuh Raga pelan namun berulang kali.
"Paan?" Tanya Raga sembari menutub bukunya.
"Sahabat gua, minta id lo" ucap Jesicca
"Apa? Gue gak denger"
"Sahabat gua minta id lo"
"Ngomong apaan sih"
"Heh bego! Lepas earpods lo" ucap Jesicca ngegas sembari menunjuk sesuatu yang terpasang ditelinga Raga.
"Oh iya yah" Raga melepas earpodsnya malas, sebenernya dia mendengar apa yang diucapkan teman sekelasnya itu, namun ia sengaja mengalihkan
"Sahabat gua Aleta minta id lo"
"Buat apa?"
"Tuh ta di tanyain buat apa"
"Eum... Aku mau chattingan sama Raga" jawab Aleta gugup, Raga meneliti Aleta dari atas kebawah, heran. Mengapa wajahnya cantik imut namun dewasa, dan tinggi diatas rata rata memiliki kepribadian lugu seperti itu.
"Siapa?" Tanya Raga
"Aleta Daniar Alexander, kelas 2-1. Kalo Raga mau main kesana boleh kok"
"Gua gak minat"
"Ya udah gak papa, Aleta minta Id-Line Raga dong"
"Gua gak punya"
"Bohong ta!" Celetuk Jesicca
"Raga bohong sama Aleta ya"
"Gua gak mau ngasih"
"Ayo dong minta"
"Gak"
Ting tong ting......(anggap saja bel masuk)
"Ta, udah masuk" ujar Jesicca
"Nanti Aleta kesini lagi, bye Raga"
Aleta pergi dari kelasnya
"Lo! Kalo berani nyakitin dia, gua gak akan segan bunuh lo saat itu juga" ancam Jesicca lalu kembali ke tempat duduknya.
~
Bel istirahat berbunyi.....
"Woi Bro!" Sapa Julian sahabat Raga yang juga wakil Ketua OSIS, dan dari kelas 2-3.
"Gua denger tadi dari anak anak, Aleta dateng ke sini" ucap Julian, Raga hanya mengangguk
"Gila lo bro! Ini Aleta yang nyamperin Lo, gila gila! Gua iri sama lo men" Raga hanya memutar bola matanya malas
"Gua pengen ketemu dia dong"
"Gak perlu ijin, tuh orangnya" Raga menunjuk keberadaan Aleta dengan dagunya
"Halo neng Aleta" sapa Julian
"Ha..hai" jawab Aleta kikuk
"Kenalin gua Julian Aldrin Sahabat tercintanya Raga"
"Salam kenal aku...."
"Gak perlu ngenalin diri, tanpa lo ngenalin diri gua udah kenal lo, bahkan seantero sekolah ini pun kenal lo"
"Kecuali gue" sambung Raga
"Lo gak kenal Aleta?" Raga menggeleng
"Loh bukannya tadi Aleta udah ngenalin diri ke Raga ya?" Tanya Aleta bingung
"Gua baru kenal lo tadi" Aleta mengangguk "Aleta juga baru kenal Raga kemarin" jawab Alets sambil tersenyum
"Oh iya Raga, Aleta minta id-nya" sambung Aleta
"Enggak"
"Manusia gak boleh pelit loh, nanti kuburannya sempit"
"Bodoamat"
"ragahernandez28" bisik Julian membuat Aleta berbinar
"Inget tanpa spasi, huruf kecil semua" Aleta mengangguk
"Makasih Julian"
"Sama sama cantik"
Raga memicingkan matanya, ia merasa curiga dengan sahabatnya itu. Apa yang dia lakukan mengapa gadis itu langsung berbinar.
"Ngapain lo?" Tanya Raga
"Enggak kok, Aleta gak selingkuh suer! Tadi Julian cuma ngasih tau sesuatu" sambar Aleta sebelum Julian menjawab
"Ya bodoamat lo mau selingkuh juga"
"Kan Aleta calon pacar Raga"
"Mimpi"
"Mimpi itu bisa jadi kenyataan kalo kita berusaha, dan menjadi pacar Raga ada mimpi yang akan menjadi kenyataan" ucap Aleta sok bijak
Raga dan Julian tercengang, bagaimana ada manusia spesies seperti Aleta pikir mereka.
"Udah sana lo ganggu" usir Raga
"Enggak, Aleta kesini juga mau ajak Raga ke kantin"
"Males, apalagi sama lo"
"Harus mau, Aleta kesini ninggalin sahabat sahabat Aleta demi Raga"
"Gua gak butuh usaha lo" Aleta kicep
"Tapi hargai dikit lah usaha dia ga" celetuk Julian mendapat tatapan tajam dari Raga
"Aleta!" Teriak seorang laki laki sambil berlari ke arah Aleta, siapa lagi kalo bukan Kenzio.
"Apaan sih kak"
"Lo kenapa gk ke kantin"
"Aleta gk laper"
"Sekarang ke kantin terus makan"
"Kakak denger gak sih Aleta gk laper"
"Gua gk peduli, cepet makan. Atau perlu gua seret"
"Ih gk mau, sana pergi"
"Terus kenapa lo disini?"
"Kepo! Udah sana pergi" Aleta mendorong pelan tubuh besar Kenzio
Kenzio melihat sekeliling, ternyata ada Raga dan Julian. ia mengerti sekarang, sedangkan dua orang itu hanya melihat itu bingung
"Ikut gua atau gua seret" Kenzio menarik Aleta pergi
"Nanti Aleta balik lagi! Tunggu Aleta yaaaa!" Teriak Aleta yang pasrah di tarik oleh sang kakak
"Dia kakak kandung Aleta, Kenzio George Alexander" jelas Julian
"Gua gak nanya"
"Ya barangkali lo salah paham sama dia"
"Emang apa hubungannya sama gua"
"Lo kan Calon Pacar Aleta"
"Sialan lo, gua gk suka sama dia"
"Loh emang gua ada bilang lo suka sama dia?"
"Taulah, gue ke ruang OSIS dulu"
"Woi gua ikut kali"

~
Gimana Chapter 2? Lanjut atau gimana? Komen dibawah
Jangan lupa Vote guys

Next Chapter 3

°•ALETA•°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang