Ella akhirnya pergi ke UKS, dia berjalan tertatih-tatih karena luka di lututnya, memang tidak parah tapi rasanya linu sekali setelah jatoh dan terpentok tangga.
"Mau gue bantuin?" Tanya seseorang dari belakang Ella, suaranya terdengar familiar. Dia Matthew, teman Yohan.
"Gak usah, gue bisa jalan sendiri kok." Jawab Ella sedikit cuek.
"Mau kemana? Kelas lu kan ada disana." Kata Matthew lagi sambil menunjuk kearah kelas Ella.
"UKS. Gue mau ke UKS."
"Mau gue anterin?"
"Gak usah, gue bisa sendiri. Gak usah sok baik gitu deh."
"Gue gak sok baik, emang mau bantuin elu kok."
"Gak usah, kan gue udah bilang berkali-kali. GAK U-SAH!" Ella menekan nada biacaranya, dia terlihat sangat kesal dengan tawaran Matthew.
"Beneran gak usah atau lu cuma basa-basi tolak bantuan dari gue?"
"Punya kuping gak? Apa Lo udah budek ya?" Ella melanjutkan jalannya lalu mengabaikan Matt.
Dari arah belakang Matt bicara sedikit teriak. "Yaudah hati-hati." Katanya, lalu pergi menuju kelasnya.
Ella tidak kelihatan membaik setelah Matt pergi meninggalkannya sendiri, dia malah terlihat semakin kesal.
~ini kenapa linu banget sih~
Katanya dalam hati.Ella tiba di depan pintu UKS, dia membuka pintu lalu melongok ke dalam. ~gak ada orang~
Lalu dia masuk dan menutup pintu, melihat jajaran ranjang tidur Ella mulai tergoda untuk berbaring tapi dia mengalihkan perhatian untuk mencari obat merah.
Ada banyak sekali obat di susunan rak, dia sendiri bingung yang mana obatnya.
~seharusnya ada di kotak P3K~
Ella mencari kotak itu, tapi tidak ada. Akhirnya dia mencari alkohol untuk lukanya.
~untuk sementara pakai ini saja.~
~apa gue tunggu disini sebentar ya sampai ada orang yang balikin kotak P3K~
Ella terus berbicara sendiri di dalam hatinya.
Sembari menunggu Ella, duduk diatas kasur dengan kaki di luruskan lalu menutupi pahanya dengan bantal. Rok sekolah memang sedikit lebih pendek.
Tanpa sadar Ella tertidur. Sebenernya Ella memang sangat tidak bisa di biarkan sendiri tanpa melakukan kegiatan apapun, dia akan sangat mudah tertidur juga tidak melakukan kegiatan apapun.
Krit
Suara pintu terbuka. Ella tertidur cukup pulas sampai tidak mendengar kalau ada seseorang yang akan masuk, Ella masih tertidur. Lalu....
Brak
Pintu tertutup. Suara tapak sepatu terdengar mendekat kearah Ella.
"Anak tadi kenapa?" Ujar seseorang yang baru masuk itu, suaranya terdengar berat, ternyata dia salah satu siswa di sekolah ini.
Suara langkah kakinya semakin terdengar, dia terus melangkah mendekat kearah rak obat dimana Ella juga tertidur di ranjang yang tepat bersebelahan dengan rak tersebut.
Anak itu kaget melihat Ella yang asik tertidur diatas ranjang itu. Tapi dia mengalihkan pandangannya ke arah lutut Ella, dia segera menarik bangku dan duduk.
"Luka. Dia selalu mengabaikan hal yang terlihat sepele ya." Ujar anak laki-laki itu dengan suara pelan. Dia mengobati luka Ella, membersihkannya, memberinya obat merah lalu membalut luka itu dengan plester.
"Cepat sembuh ya." Katanya lagi sambil mengelus rambut Ella.
Saat itu Ella juga merenggangkan tubuhnya dan sempat tersadar tapi saat mendengar suara anak laki-laki itu Ella langsung membuka matanya.
HHWWWAAAAAA~~!!!!
Ella berteriak sangat kencang karena kaget, anak laki-laki itu juga sempat terkaget karena teriakan Ella. Lalu dia menutup mulu Ella dengan tangannya.
"Ada apa?" Tanya pria itu mencoba menenangkan jantungnya yang sempat syok.
"LO SIAPA?! NGAPAIN LO PEGANG-PEGANG RAMBUT GUE! MAU MACEM-MACEM LO SAMA GUE, HAH?!!"
"Enggak, ngapain juga gue macem-macem sama lu. Itu..." Anak laki-laki itu menunjuk ke arah lutut Ella yang sudah di balut plester olehnya.
Ella langsung melihat kearah lututnya juga, dia kaget karena sudah di obati.
"Ini Lo yang obatin?" Tanya Ella, nada suaranya mulai kembali normal.
"Iya."
"Lo juga yang plester luka gue?"
"Iya. Ada lagi yang terluka?"
"Enggak. Cuma di lutut gue aja."
Anak laki-laki itu hanya menganggukan kepalanya.
"Lo yang piket hari ini di UKS?" Tanya Ella sambil membenarkan posisinya.
"Enggak. Gue mau balikin kotak P3K ini."
Kini giliran Ella yang menganggukan kepalanya.
"Lain kali jangan mengabaikan hal sepele. Luka itu bisa berbekas kalau diabaikan, lu itu kan cewek."
"Iya. Gue gak obatin karena kotak P3K gak ada lagi, jadi gue ketiduran pas nungguin."
Anak laki-laki itu menganggukan kepalanya lagi.
"Bye the way, thank you udah obatin luka gue."
"Iya bukan masalah, Kitakan sahabat udah seharusnya saling bantu."
Mendengar kalimat itu Ella sempat terkaget dan melototkan kedua matanya.
"Sahabat? Sejak kapan kita sahabat? Apa Lo kenal gue?" Tanya Ella, anak laki-laki itu terlihat panik. Dia mengalihkan pandangannya lalu berdiri dari kursi.
"Bukan apa-apa, gue salah ngomong tadi." Katanya, lalu mengembalikan kotak P3K kedalam raknya.
Ella menganggukan kepalanya lagi. "Yaudah kalau Lo mau keluar tutup pintunya yang rapet. Gue mau tidur disini sampe ngerasa baikan."
Anak laki itu diam terpaku melihat Ella yang sedang menarik selimut.
"Sekali lagi makasih udah obatin luka gue."
"Iya. Gue seneng bisa ketemu lu lagi." Kata anak laki-laki itu dengan pelan.
"Selamat tidur." Katanya lagi, lalu beranjak pergi dari sana. Dia sempat melihat ke Ella dan tersenyum.
<To Be Continue>
Makasih buat kalian yang udah terus membaca cerita aku tanpa bosan. Hehehehe gak mungkinlah ya kalau gak bosan, orang ceritanya membosankan gini kok.
Ya~ pokoknya aku Terimakasih untuk kalian yang setia membaca cerita aku dan memberikan komentar saran ataupun kritik yang membangun.
See you in the next chapter^^
KAMU SEDANG MEMBACA
More Time (On Going)
Teen Fiction"Cinta itu tidak harus saling memiliki" Banyak yang bilang seperti itu, tapi nyatanya ketika kita melihat seseorang yang kita sayangi bersama orang lain pasti sakit rasanya. Namun, itu tidak terjadi pada Ella. Dia belum pernah jatuh cinta, atau mene...