(2)

6 11 0
                                    


Kisah yang akan ku ceritakan, semua luka yang ku kisahkan, semuanya bermula pada hari itu. Hari dimana aku benar-benar menyadari arti kehadirannya

Terik sinar matahari menghampiri diriku beserta yang lainnya. Keringat terus menetes dari dahi ku. Hari ini panas sekali. Mungkin 33° Celcius.

Aku berteduh di bawah pohon mangga yang ada di depan ku. Rasanya sejuk sekali. Sambil mengipasi wajahku menggunakan topi yang ku bawa. Mungkin wajahku sudah memerah seperti udang rebus sekarang. Meskipun baru ada 1 menit aku berada di lapangan ini

Percayalah, hari ini benar-benar panas. Ku lihat teman-teman sekelas ku sibuk bercanda dengan yang lain. Entah saling meledek, bergosip, kejar-kejaran satu sama lain atau melirik cowok-cowok yang dari jurusan lain. Selain dari itu, sisanya memilih untuk berteduh di bawah pohon sepertiku. Tak lupa dengan topi sebagai kipas dadakan

"Nggi"

Ku menoleh. Ada Sekar di sampingku. Entah sejak kapan dia ada di situ. Aku memasang wajah bertanya, malas bersuara

"Lu udah ngerjain pr Fisika belum?" Tanya Sekar. Aku memandang dia dengan tatapan curiga

"Lu mau nyontek?" Tanyaku to the point. Sekar memberiku cengiran konyolnya. Aku mendengus

"Kebiasaan" gumam ku

"Ya lo tau sendiri. Fisika tuh ribet. Lebih ribet dari pada Matematika" keluhnya

"Kan gue dari awal udah bilang. Lo harusnya masuk IPS. Kenapa malah masuk IPA" Ucapku. Lagi-lagi dia memberiku cengiran anehnya itu

"Lo nya gak peka sih. Kan gue mau bareng sama lu terus" ucapnya. Aku menatap dia malas

"Alesan aja"

Tak ku hiraukan lagi Sekar yang kini mulai berceloteh tentang liburannya kemarin. 3 hari kemarin sekolah memang di liburkan yang entah karena ada apa. Aku tak terlalu ambil pusing dan juga tak ingin tahu. Sekar terus berceloteh hingga sebuah suara menganggetkan kami berdua

Aku mengerjapkan mataku yang berkeringat dan juga terkejut saat tahu, siapa tadi yang membuat kami terkejut. Aku memandang aneh orang itu saat aku tahu, yang terkejut bukan aku saja. Tapi orang-orang yang berada di lapangan itu pun ikut terkejut

Seorang cowok yang tak terlalu tinggi tengah menatap tajam kami yang sedang menunggu Apel siang di mulai. Dia Rama, si Ketua Osis di sini. Aku menatap dia lama, hingga suara itu terdengar lagi

"Woy baris yang bener! Mau cepet masuk kelas gak?!"

Dia berteriak. Aku langsung menebak, suara yang menganggetkan kami pun juga pasti dia.

Ku dengar, anak-anak jurusanku mendengus tak suka. Bahkan ada yang balik meneriakinya

"Biasa aja woy!"

Aku setuju dengan mereka. Jika ingin kita tertib, kan bisa bicara baik-baik. Berteriak di cuaca panas seperti ini, aku yakin, anak IPA yang memang kebanyakan anak kalem bisa jadi rusuh juga

"Mentang-mentang udah jadi KetOs, sekarang jadi banyak lagak!"

"Yaudah buruan baris kalo gamau gue banyak lagak!!" Serunya

Aku mengernyit. Dia laki-laki tapi kenapa suaranya nyaring sekali

"Yuk baris. Si Rama udah ngomel-ngomel tuh" ajak Sekar. Aku mendengus sebal, mengikuti Sekar dan berbaris

Bel sekolah berbunyi. Menandakan Apel siang di mulai. Aku memilih baris di paling pojok. Selain karena adem, tempat ini paling strategis untuk mengobrol. Meskipun sekarang aku tidak ada niatan untuk mengobrol, sekalipun itu dengan Sekar yang ada di samping kiri ku

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me and My painTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang