Chapter 3

486 81 23
                                    

Seminggu telah berlalu dan Seulgi masih terus mencoba menghubungi Wendy untuk meminta maaf. Kotak pesan dari ponsel mahal pemberian wanita itu pun penuh dengan pesan permintaan maaf dari Seulgi. Mungkin nanti dia harus menemui Seulgi untuk mengembalikan ponsel yang kini ada digenggaman tangannya agar dia tidak perlu merasa seperti orang munafik karena memakai barang milik orang yang kini tidak dia temui lagi dalam hidupnya.

Kecewa. Mungkin itu adalah pengambaran yang tepat untuk kondisinya saat ini bersama Seulgi. Wanita itu telah mengenalnya cukup lama, bagaimana bisa Seulgi mengusulkan ide konyol itu kepadanya. Melahirkan anak untuk temannya? Come on! Seulgi bodoh atau idiot, bukankah itu sama saja dengan menyuruh Wendy menjual diri.

"Eh, ada apa ini?" tanya Wendy heran melihat beberapa pria berpakaian rapih berada di depan panti asuhan dan tengah mendirikan sebuah papan. Mata Wendy menyipit, ia baru bisa membaca tulisan tersebut dengan jelas setelah salah satu dari pria itu bergeser.

"Ajusshi, apa-apaan ini? Bukankah kami meminta kelongaran?" tanya Wendy menghampiri dua pria dari pihak bank tersebut.

"Maaf, Nona tapi ini sudah menjadi keputusan pihak bank, kami hanya menjalankan tugas." Balas petugas bank kemudian berjalan pergi dari hadapan Wendy yang langsung berlari masuk ke dalam panti.

"Noona." Teriak Haeseol berlari dari arah dapur memeluk Wendy sambil menangis, "Kita di usir dari rumah kita sendiri, Noona." Ucapnya.

"Haeseol tenang saja ya, tidak ada yang akan mengusir Haeseol dan yang lain dirumah ini, Noona janji." Seru Wendy. Ia bahkan tidak yakin apakah dia bisa mempertanggung jawabkan perkataannya hari ini atau tidak.

"Bagaimana ini, Wendy." Tanya seorang wanita yang usiaya terpaut beberapa tahun diatas Wendy tengah berdiri disamping Bibi Yeon Ha yang tengah terbaring lemah di atas ranjang kamarnya.

Wendy berjalan mendekat lalu duduk di samping bibi Yeon Ha. Dalam hati ia bertanya mengapa semuanya harus menjadi semaki rumit seperti ini. Masalah terus saja datang kepadanya tanpa henti.

"Rumah ini akan segera di sita. Aku tidak tau lagi harus membawa anak-anak kemana. Menyewa rumah pun pasti tidak akan cukup menampung kami semua, belum biaya untuk makan sehari-hari." Tangis wanita itu pecah saat menceritakan kondisi mereka saat ini.

"Bibi Sun Kyu tenang ya. Wendy sudah mendapatkan pinjaman."

"Benarkah?"

"Iya." Angguk Wendy.

Wendy terpaksa harus berbohong untuk menenangkan keadaan. Bibi Yeon Ha jatuh pingsan setelah pihak bank datang meminta mereka agar segera mengosongkan bangunan tersebut, juga menempelkan papan pengumuman bahwa bangunan tempat ia pernah tinggali dulu di sita oleh pihak bank.

Ibarat terjebak disebuah labirin yang hanya memiliki satu jalan keluar dan satu kesempatan untuk menentukan jalan yang akan diambil. Itulah yang dialami Wendy. Semua jalan seakan ditutup untuknya menyisahkan jalan sempit yang bahkan dia sendiri tidak tau akan dibawa kemana dirinya oleh jalan itu.

Seulgi. Satu-satunya yang bisa menolongnya sekaligus menghancurkan impian sederhana ingin hidup bersama orang yang dicintai olehnya.

"Seul, apa tawaran itu masih berlaku?" ucap Wendy langsung ketika tersambung. Antara malu dan kesal. Entahlah, Wendy tidak peduli apa yang akna dipikirkan Seulgi tentang dirinya.

"Wen, maafkan aku. Aku benar-benar bodoh sebagai sahabat aku tidak seharusnya menyinggung perasaanmu."

Wendy mengigit bibir bawah manahan air mata. Semua ini terlalu berat untuk dijalani. Kadang ia membutuhkan waktu untuk melampiaskan segala keluh kesah yang selalu ia pendam sendiri selama ini.

Because Of You (Wenhope)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang