Pria itu menepuk tangannya sekali melihat masakannya pagi ini tertata dengan rapi di atas meja. Ia meletakkan dua gelas di sisi kanan dan kiri.
Ketika mendengar suara deritan pintu serta iringan langkah kaki, ia menoleh dan tersenyum melihat seorang gadis memakai baju rajut lengan panjang dan jeans hitam.
"Selamat pagi." sapa Austin dengan bahagianya.
Gadis itu memutar bola matanya dan melangkah mendekat. Ia duduk di kursi yang baru saja disediakan Austin lalu menatap lauk pauk di atas meja.
"Kau yang memasak ini semua?" tanya Devlin datar.
Austin tersenyum seraya menarik kursi untuknya. "Tentu saja. Ini semua kumasak khusus untukmu."
Gadis itu hanya mengangguk paham. Ia menerima piring sajian itu. Sejenak matanya tertutup dengan telapak tangan menyatu.
Melihat betapa sopannya gadis didepannya membuat Austin tak bisa melunturkan senyumannya. Ia ikut menutup mata dan mulai berdoa sebelum akhirnya keduanya selesai dan menyantap sarapan pagi dalam diam.
Seraya mengunyah makanannya, Devlin melirik Austin yang tampak bahagia. Ia tersenyum berdecih lalu menyesap minumnya sampai tandas.
Kemarin setelah merayakan ulang tahun Sophie yang ternyata adik Senta, ia dipaksa ikut oleh Austin untuk mengantar kedua orang itu dengan mobilnya.
Meski sudah ia tolak berulang kali tapi pria itu tidak menyerah. Ia semakin bersikeras menyuruh Devlin ikut dan dengan terpaksa Devlin menyetujuinya.
Ia menelepon Cello untuk mengambil mobilnya di restauran. Usai mengantar Sophie dan Senta dengan selamat, ia tertidur di perjalanan hingga jam tiga pagi tadi ia terbangun dan menyadari kalau ia bukan berada di apartemennya melainkan apartemen Austin.
Yah, lagipula Devlin tidak masalah selagi pria bernama Austin ini tidak mencari kesempatan ketika ia tertidur.
Dan juga rencananya Devlin akan beraksi ketika pulang dari restauran tapi gagal karena kehadiran Austin. Ck. Heran sekali mengapa Devlin selalu bertemu pria itu.
Tapi untungnya Austin tidak menemukan revolvernya yang tersembunyi dibalik hotpantsnya.
"Bagaimana rasanya?"
Lamunan Devlin buyar mendengar pertanyaan penuh harap itu. Ia menatap Austin yang sedang menunggu jawabannya.
"Lumayan." Devlin memasukkan suapan terakhir kedalam mulutnya.
"Baguslah jika kau menikmatinya." kata Austin senang dan menyesap anggurnya dengan senyuman.
Setelah itu Devlin dan Austin mengangkat piring kotor ke wastafel. Keduanya mencuci bersama karena bagaimanapun Devlin menghargai apa yang dilakukan Austin yah.. meskipun Devlin masih risih dengan kedekatan Austin.
Beruntung karena tadi malam pria itu tidak menelantarkannya di pinggir jalan.
Ditengah-tengah kegiatan mencuci, Devlin merasakan ponselnya bergetar hingga ia segera mengeringkan tangannya lalu pamit sebentar pada Austin dan melangkah pergi menuju balkon. Tak lupa menutup pintunya agar pria itu tidak mendengar.
"Ada apa?" tanya Devlin to the point pada seseorang diseberang telepon.
"Kau berada dimana sekarang?"
Apa tujuan Valeria sebenarnya? Mengapa wanita itu repot-repot menanyakan keberadaannya karena selama ini Valeria tampak tak peduli dengan apa yang dilakukannya dimanapun ia berada.
Devlin menolehkan kepalanya sejenak menatap Austin yang masih berkutat dengan piring cucian kemudian kembali meluruskan pandangannya.
"Dirumah teman. Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1
RomanceYOUNG-ADULT 17+ *BOOK1 ON MILLANEZ SERIES* Rank #73 dalam Percintaan (31/07/2019) Rank #68 dalam Percintaan (03/08/2019) Rank #62 dalam Percintaan (05/08/2019) Rank #3 dalam Aksi (20/06/2021) Ini hanya mengisahkan tentang seorang gadis cantik, jeniu...