Seperti yang sudah ia janjikan, Nich membawa Naura ke rumah sakit untuk bertemu dengan Emeli. Mereka sudah menunggu kedatangan Emeli di kantin rumah sakit, tempat Nich dan Emeli makan bersama tanpa sengaja beberapa waktu lalu. Sambil menunggu, terlihat Naura sedang menyantap dengan sangat lahap semangkok bakso milik Mpok Odah. Sedangkan Nich hanya bermain ponselnya sambil sesekali melihat putrinya itu.
"Maaf sudah nunggu lama ya om.",ucap seseorang duduk disalah satu bangku kosong dimeja mereka.
"Kakak Dokter.....",sambut Naura dengan antusias.
Emeli mengusap ujung kepala gadis kecil itu penuh sayang. Tak lupa pula senyum hangat yang menghiasi wajah cantiknya.
"Lagi banyak pasien ya Em?",tanya Nich saat melihat gadis didepannya itu yang tampak sangat kelelahan."Ya begitulah om. Karena perubahan musim yang tak menentu ini banyak yang sakit. Apalagi anak anak.", jawabnya masih berusaha menyembunyikan rasa penatnya.
"Maaf kalau saya dan Naura malah mengganggu waktu kamu.", Nich benar benar merasa tidak enak telah mengganggu pekerjaan gadis ini. Apalagi mereka bertemu tanpa kepentingan yang berhubungan dengan kesehatan ataupun pekerjaan Emeli. Bahkan Nich merasa mereka tidak sedekat itu untuk bertemu tanpa tujuan yang penting. Kalau bukan karena Naura yang merajuk karena kejadian semalam, mungkin Nich tidak akan meminta mereka bertemu dan menggangu Emeli.
"Ah tidak menggangu kok om. Malah saya senang bisa ketemu sama Naura. Lagi pula ini kan juga jam makan siang jadi gak ganggu sama sekali.",balas Emeli sambil menoel pipi gembil milik Naura. Naura sama sekali tidak merasa keberatan dengan perlakuan Emeli itu. Gadis kecil itu malah terlihat sangat bahagia masih dengan menyantap baksonya itu. Sedangkan Nich hanya tersenyum menanggapi perkataan Emeli.
"Om gak pesan makan?"
"Iya... Ini mau pesan, tadi sekalian nunggu kamu datang aja pesannya.",jawab Nich kemudian berdiri untuk memesan bakso Mpok Odah.
"Kamu mau berapa porsi em?",tanyanya masih berdiri diposisinya."Hah... Eh..... Satu aja om.", jawab Emeli gelagapan. Ia merasa sangat malu dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Nich kepadanya itu. Yang benar saja Emeli pernah makan dua porsi bakso di depan laki laki itu. Huh.... Memalukan.
Nich melangkah pergi untuk memesan dan kembali membawa dua mangkok bakso pesanan mereka.Mereka mulai memakan bakso yang telah mereka pesan. Hanya dentingan sendok dan sesekali suara Naura yang bercanda ringan dengan Emeli. Nich terus saja memakan baksonya tanpa bersuara namun tetap mengamati interaksi putrinya dan Emeli.
"Kakak Dokter tau? Besok adalah hari ibu.",celetuk Naura."He'em..... Lalu?"
"Di sekolah Naura ada acara memperingati hari ibu besok. Semua teman teman Naura datang bersama ibu mereka. Tapi Naura...."
"Naura kita sudah membicarakan ini tadi malam.",sela Nich.
"Maaf Deddy...",sesal gadis kecil itu.
"Jangan sedih gitu dong sayang. Nanti cantiknya Naura hilang loh.",hibur Emeli yang melihat raut wajah Naura berubah menjadi murung. Mendengar perkataan Emeli gadis itu kembali ceria. Ia mulai tersenyum dan memakan kembali baksonya itu.
"Puisi buat besok sudah kamu siapkan belum??", kali ini ganti Nich yang mulai bertanya kepada putrinya. Mungkin Nich terlalu kasar kepada Naura yang membuatnya merasa bersalah.
"Naura besok baca puisi om?",tanya Emeli mendengar perkataan Nich masalah puisi yang akan dibacakan Naura. Nich hanya mengangguk sebagai respon.
"Sudah Naura siapkan kok Ded.",jawab Naura atas pertanyaan Nich.
"Oh iya.... Kakak Dokter mau gak ikut Deddy datang ke acara sekolah Naura buat lihat penampilan Naura besok?", lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Pilihan Putriku
רומנטיקהNicholas Emilio Butragueno seorang duda 35 tahun yang memiliki satu anak. Kepergian istrinya membuat Nich menjadi pribadi dingin dan angkuh. Banyak mengencani wanita tapi tak berniat menjadikan mereka istri. Namun ada kejadian yang harus memaksanya...