Dunia ini, lebih baik dengan sedikit manusia, namun juga lebih menyedihkan. Setiap jiwa di seluruh permukaan bumi, atau Chuuya bertaruh di seluruh semesta, merasa kehilangan di saat yang bersamaan. Kehilangan bukan hal yang jarang terjadi, namun berbeda kali ini. Tidak ada yang menghibur dan mereka hanya bisa terpuruk bersama.
"Dazai-san bilang dia akan telat."
"Aku akan berbelanja dulu."
Chuuya menutup pintu lalu menarik napas dalam-dalam. Udara jauh lebih bersih beberapa waktu terakhir, langit tampak lebih jernih, sementara hatinya masih sama, dingin.
Sudah lima tahun sejak tragedi penghapusan. Setengah populasi makhluk hidup musnah, keluarga Chuuya juga. Ketika berpikir kalau mungkin menghilangnya Oda Sakunosuke akan membuat Dazai melihatnya lebih banyak, Chuuya salah. Ia menyesal dan memaklumi kegagalannya. Dazai menjadi hampa.
Di jalanan yang sepi ini, semuanya berantakan dan abu-abu. Seperti perasaan Chuuya. Kehilangan tenaga kerja dan siswa membuat asramanya ditutup dan Chuuya senang ketika Dazai mengusulkan untuk tinggal bersama, bertiga ditambah satu-satunya anak asuh Odasaku, Shinji. Hanya kenyataan itu yang membuat Chuuya bertahan di dinginnya akhir tahun.
"Chuuya." Langkah Chuuya berhenti di sebuah perempatan. Dazai di sana menenteng sebuah tas belanja. "Aku dari minimarket."
Chuuya menjawab senyum lemah menunggu pria itu menyebrang di jalan mati yang tidak pernah lagi dilalui kendaraan. "Aku pikir ada sesuatu di kantor."
"Ketika kau bilang kita kehabisan telur, aku jadi ingat dan memutuskan belanja."
Kehilangan setengah populasi, kehilangan setengah tenaga kerja, kehilangan seluruh tatanan masyarakat. Para jenius dan politikus di luar sana mati-matian memperbaiki dunia yang terguncang berat dengan menjalankan semuanya melalui pemerintahan yang juga berantakan. Orang-orang lebih senang diberi sepiring sup hangat dibanding setumpuk uang. Mereka cukup beruntung kepemimpinan San Fransisco jatuh pada orang yang tepat.
"Shinji sendirian di rumah?"
"Dia membaca buku seperti biasa."
"Beruntung sekali William masih menjalankan perpustakaan pribadinya," Dazai menutup dengan senyum walau jawaban dari Chuuya tidak memenuhi apa yang ia harapkan. Dia cukup terguncang karena Oda menghilang, tapi bersama Chuuya di dunia seperti ini juga bukan hal yang buruk. Malah sebaliknya, ia sangat bersyukur Chuuya masih disini— walau tidak bahagia. "Aku dengar Kapten Amerika membuka sebuah kelompok diskusi di New York."
"Dia jadi pengangguran?" Chuuya menarik seringai bercanda.
Tiga minggu setelah Thanos, begitu mereka menyebut Sang Dalang pemusnahan masal ini, sebuah pesawat luar angkasa dikabarkan mendarat di markas Avengers. Tony Stark ada di kapal itu dengan keadaan sekarat dan masih marah atas kekalahannya.
Kabar-kabarnya lagi, ada usaha yang dilakukan Avengers untuk membalas dendam dan mengembalikan orang-orang yang musnah, tapi sepertinya tidak berjalan baik karena Kapten Amerika menjadi pengangguran sekarang.
"Kau tahu," Dazai mengalihkan matanya yang menatap langit kelabu ke arah Chuuya yang bersuara, "kadang aku berpikir kalau hidup seperti ini tidak buruk."
—Dazai juga.
"Sejak orangtuaku meninggal, aku tidak punya siapa-siapa selain bibiku dan dirimu. Aku hanya bertemu Bibi beberapa kali setahun. Ikatan kami tidak kuat dan dia tetap seperti orang asing bagiku. Tapi kau— entahlah Dazai. Mungkin ini jahat karena banyak orang yang tidak seberuntung aku, tapi aku bersyukur kau masih disini."
Walaupun Dazai tidak pernah menjadi Dazai yang dulu, walaupun dirinya hanya menjadi pengganti, setidaknya Dazai ada di sana bersamanya. Ia hanya tidak tahu seberapa besar keinginan yang Dazai punya untuk mengulurkan tangan menuju tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dust Feeling
Fanfic"Bukankah sakit ketika orang yang disuka malah mengejar orang lain? Bahkan setelah dunia berakhir, aku tidak bisa mendapatkan hatinya." Nakahara Chuuya hanya ingin perasaannya hilang menjadi debu. . . . . Soukoku Infinity War AU! END