Welcome😊😊💜💜
Happy reading💜
Hope u like this n enjoying💜👍------°°°°------
JiminPov!!!~Gelap nan sunyi, pun cahaya redup mengilangkan sinarnya. Serentak bunyi tiupan angin menjatuhkan dedaun kering dari rantingnya. Kembali...aku kembali lagi, atau tidak? Naungan langit hitam tak membentangkan bintang maupun bulan disana. Suara itu? Derap langkah kaki yang terburu-buru menginjak keras dedaun kering dan ranting-ranting, mencoba enyah dari sesuatu ...iya sesuatu yang mungkin akan membuat diriku jatuh terjun ke jurang pun yang sangat amat dalam. Kaki ku tertahan, tepat di disini, di tengah belantara menjulang tinggi pun rasanya memecah dinding langit, aku tersesat! Aku takut ibuu...tolong..tolong aku....~
PovEnd
Terperanjat, dengus nafas tak henti, degup jantung tak terkendali menatap kosong ke atap polos. Sialnya lagi ini mimpi!! Mimpi yang sama setiap saat ia memejamkan mata..huft sial !!
-----°°°°-----
Jam tepat menunjukkan pukul 08.00 pagi, sejak bangun tengah malam akibat mimpi sialan itu Jimin belum sama sekali tertidur kembali walau hanya sekedar menutup mata sedangkan kesadaran masih mendominasi. Langkah kaki terdengar remang-remang menuju ke arahnya , dan benar! Tiga ketukan memecah lamunan.
"Jimin..bangun! kau akan terlambat bekerja jika terus melekat pada kasurmu itu" tegas ibu jimin. Tak banyak basa-basi untuk lamunan tak berarti ini, ia langsung beranjak ke kamar mandi, membasuh wajah di wastafel lalu menatap diri sejenak dari pantulan kaca di depannya. 'Apa kau gila' batin Jimin, sejenak monolog dengan otak sendiri akhirnya ia memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap untuk pergi bekerja. Tak membutuhkan waktu lama hanya butuh waktu 20 menit maka Jimin siap untuk pergi, tak lupa berpamitan kepada ibu juga pastinya.
Sebenarnya Jimin tak tau harus apa, setelah beberapa menit yang lalu pergi dari rumah dan bilang bahwa ia akan pergi bekerja kenyataannya tidak begitu pula, pria ini sudah tidak bekerja ditempat yang lama alasannya ya apalagi kalau upah yang diberikan tak bisa memenuhi kebutuhan Jimin dan ibunya, susah memang bekerja ditambah lagi ia hanya lulusan SMA, semasa sekolah juga Jimin tidak terlalu pandai dalam bidang akademik entah ia ini tidak bisa atau memang bodoh, tapi bukan berarti hahh..sudahlah nasi sudah menjadi bubur dan penyesalan memang datang diakhir bukan?.
-----°°°°°-----
AuthorPov !!!
Jimin adalah anak tunggal, karena saudara perempuannya sudah meninggal saat berusia 6 bulan dalam kandungan. Dan ayahnya pun meninggal juga saat usia Jimin 5 tahun.----°°°----
Sepasang manik Jimin terus ter-fokus pada selembar poster yang berisi kompetisi dance. Sebenarnya Jimin memiliki keahlian dalam bidang tersebut, ditambah lagi saat SMA ia tergabung bahkan mengikuti les dance lebih tepatnya Dance Kontemporer Modern, jadi bukan hal sulit lagi baginya untuk ikut hal semacam ini. Namun khayalan untuk ikut kompetisi ini terhalang karena mengingat dirinya pernah cedera serius dilutut akibat hobinya ini. Bukan tak mungkin jika ia tergiur dengan poster itu, apalagi maniknya tertuntun untuk berdecak karena hadiahnya lumayan besar. Ia bukanlah manusia yang munafik pun menolak kesempatan emas didepan mata.
----°°°°-----
Pagi ini Jimin bergegas untuk pergi ke kompetisi itu. Tak banyak yang ia persiapkan, mungkin hanya latihan kecil dikamarnya tadi malam sudah cukup karena otak dan tubuh Jimin masihlah encer kalau masalah dance.
"Eomma,aku pergi dulu" rapal Jimin sambil menyahut satu lapis roti kemulutnya.
"Eoh! Hati-hati dijalan" sahut ibu Jimin.
Setelah keluar dari bangun tua itu, Jimin dirundung perasaan tak enak pada ibunya. Pasalnya ia tak memberi tahu apa yang ia lakukan hari ini, tapi mau bagaimana lagi sudah pasti tolakan telak yang ia dapat jika ia berbicara kepada ibunya. Ibu mana yang tidak akan cerewet jika anaknya terluka, bukan semena luka gores atau lecet, ini bahkan berkemungkinan besar membuat Jimin tak dapat berjalan normal jika ia sampai mengalami cidera lagi. Tapi Jimin tetaplah Jimin jika ia tak bisa melakukan apa yang ia mau lebih baik ia masuk kembali ke perut ibunya, begitu isi otak seonggok Jimin.
Membutuhkan waktu 30 menit dari rumahnya untuk sampai ditempat tujuan. Jimin sukses dibuat tercengang, pasalnya antrian untuk kompetisi ini bukanlah main-main. Dari depan pintu hingga pinggir jalan yang mungkin panjangnya tak dapat diukur dengan langkah kaki jenjangnya. Gedung untuk audisi pun tak terlalu besar hanya terdiri dari 3 lantai.
"Shhh...yang benar saja!" racau Jimin pelan. Kini yang ada di benaknya, ternyata banyak juga orang yang menginginkan hal semacam ini selain dia, dia pikir mungkin ini akan lebih mudah karena pashionnya memang sudahlah sebagai seorang dancer, tapi orang-orang ini rela mengantri demi menari yang hanya bisa melelahkan tubuh mereka, iya kalau bagus kalau tidak? Bukankah menjadi pengemis jauh lebih mudah dinegara yang maju ini?. Begitu racau benak Jimin.
---°°°°----
Setelah hampir setengah hari ia menunggu akhirnya kini giliran dia yang tampil, ia masuk ke ruangan yang tak terlalu besar dan berisi 2 pria berperut buncit dengan satu gadis muda yaaaang sukses membuat manik jimin temenung. 'hitung-hitung penyegaran timeline' setelah setengah hari suntuk ia menunggu. Tak banyak ba bi bu...Jimin langsung memperkenalkan diri>>skip<< . Lagu pun diputar ('soundtrak : We Are BulletProof pt 2 by BTS'). Jimin menari dengan sangat energetic-nya hingga peluh membasahi keningnya, sungguh indah jika dibayangkan:v.
AuthorPov : Ternyata Jimin cukup seksi hanya dengan melihatnya basah karena keringat🌚
PovEnd!!!
---°°°°---
Holaaaaaaa💜💜💜
Aku kambek lagi guys, heuh setelah sekian hari hibernasi:v eak.
Jadi gmn? Chapter kali ini?
Jangan lupa VotMen ya guys😊
Karena dengan VotMen dari kalian, buat aku tambah semangat lagi bikin ni story👍Gimana puasanya? Lancar?
Oh ya stay safe kalian, dirumah baek baek jangan bebel keluar rumah!
Aku belum bisa kasih part² yang 'hot' karena inget ini bulan puasa guys😂
Kalo nggk mungkin otak liar ku udah bekerja🌚😂
Jadi stay terus ya guys👍@fira_park💜
KAMU SEDANG MEMBACA
ARBORETTUM
Fanfictionsemua orang pasti memiliki hal paling kelam dalam hidupnya. tak terkecuali diriku, lemah,traumatis terhadap apa yang aku ingat. Ya aku benci ini,benci segalanya... Aku tak bisa keluar, tak tahu arah...aku harus kemana? tak ada tujuan.