First Sight

17 0 0
                                    

Tuuuuut

Suara klakson kereta api membuatku menoleh, segera aku berdiri dan bersiap untuk naik. Perjalanan ini sudah ku tunggu sejak lama. Setelah berbulan-bulan fokus pada ujian akhir sebagai siswa SMA dan akhirnya berhasil masuk perguruan tinggi yang aku impikan, aku mendapatkan liburan sebagai hadiahku.

Ini kali kedua aku pergi berlibur sendiri. Dan kota tujuanku tidak pernah berubah. Selalu Jogja. Entah kenapa keistimewaannya mampu membuatku selalu rindu.

Kereta ini mulai berjalan. Butuh waktu 6 jam untuk sampai di Jogja. Aku memutuskan untuk mendengarkan musik dengan headset sambil memandang keluar jendela. Selalu menyenangkan melihat pemandangan dari dalam kereta seperti ini. Sayang baru sebentar mataku mulai berat. Aku memilih untuk memejamkan mata dan mencoba untuk tidur.

"Eh.. sorry" aku terbangun sambil memegang kepalaku. Aku masih setengah mengantuk dan butuh waktu lama menyadari bahwa baru saja aku tertimpa tas ransel milik laki-laki yang meminta maaf padaku.

Cepat-cepat dia mengambil tasnya dari pangkuanku dan meletakkannya di bagasi atas. Kali ini dia meletakkannya dengan benar, tidak lagi menimpa kepalaku.

"Maaf ya yang tadi" aku tidak segera membalas ucapannya. Aku justru sibuk mengaguminya. Wajahnya bagai pahatan dengan hidung mancung, mata besar, bibir tipis dan dagu yang runcing. Bahunya lebar, dadanya bidang, jari jemarinya panjang. Dan jangan lupakan betapa jangkungnya dia.

"Hallo? Kamu nggak papa? Ada yang sakit?" Katanya sambil mengibaskan tangan di depan wajahku. Aku pun tersadar.

"Enggak.. enggak kok. Nggak papa.. aku baik-baik aja" jawabku kikuk.

"Syukur deh kalau gitu. Habisnya kamu nggak jawab, aku kira kamu pusing atau gimana. Maaf banget ya." Katanya lagi.

"Iya nggak papa" jawabku sambil tersenyum.

"Ehm.. Bayu" katanya sambil mengulurkan tangan. Aku sedikit terkejut.

"Aure" kataku akhirnya.

"Hei, nama kamu artinya juga angin" dia nampak terkejut. Sama dengan yang kurasakan tadi. Bayu.. Aure.. nama kami sama-sama berarti angin. Tapi sebenarnya tidak banyak yang tau arti namaku.

"Kamu pasti heran bagaimana aku bisa tahu arti nama kamu" seperti bisa membaca pikiran ku dia berceloteh.

"Entah karena namaku Bayu atau bukan, tapi aku selalu menyukai sesuatu yang berhubungan dengan angin. Aku tahu bagaimana cara menyebut angin dalam kira-kira 20 bahasa, dan Aure berarti angin dalam bahasa Perancis kan?" Dia terus mengoceh dengan suara renyahnya. Aku tersenyum.

"Benar.. ayahku dosen bahasa Perancis, jadi aku diberi nama begitu" kataku.

"Apa kamu juga menyukai angin?" Tanyanya. Aku mengangguk. Dia tersenyum. Setelah itu kami melanjutkan obrolan kami tentang angin. Dan pada akhirnya kami mulai bicara tentang hal pribadi.

Ternyata dia seumuran denganku. Kami sama-sama baru akan masuk kuliah dan dia kuliah di Jogja. Hari ini adalah hari kepindahannya. Dia masuk di Universitas ternama di Jogja dan dia mengambil jurusan arsitektur.

Manariknya kami menyukai banyak hal yang sama. Angin.. Jogja.. pantai.. menulis.. fotografi.. dan kereta..

Tanpa terasa kami sudah hampir sampai. Waktu 6 jam tidak terasa saat kami begitu larut dalam obrolan kami. Meski ini pertemuan pertama kami, tapi aku merasa sudah lama mengenalnya. Aku sungguh betah mendengarnya berbicara. Mungkin obrolan kami bisa seseru ini karena kami begitu mirip satu sama lain.

"Jadi.. kamu dijemput kakak kamu?" Tanyanya begitu kami turun dari kereta. Aku mengangguk.

"Hati-hati kalau gitu" katanya sambil tersenyum kemudian berlalu. Aku ingin menahannya, tapi....

Dia tidak menoleh ke belakang sekalipun. Aku sempat berpikir untuk melanjutkan komunikasi kami. Tapi aku terlalu gengsi untuk meminta duluan padanya. Haruskah pertemuan singkat kami berakhir seperti ini?

___________________________________________

"Ada apa? Kenapa melamun?" Tanya kakaku sambil sibuk mengemudi. Aku duduk di sampingnya, sebagai penumpang yang pendiam. Benar-benar tidak seperti aku yang biasanya.

"Nggak papa kok" jawabku acuh.

"Kamu bawain oleh-oleh buat kakak kan dari mama?" Tanyanya.

"Iyaa aku bawa. Jangan lupa juga ajakin aku ke resto baru yang di bukit itu" balasku.

"Iya.. nanti malam. Tunggu mas Reno pulang kerja" aku mengangguk paham. Mas Reno adalah suami kakakku. Setelah lulus kuliah disini, kakak ku memutuskan untuk bekerja, menikah dan kemudian menetap di Jogja. Oh ya, nama kakakku Avra.. artinya pembukaan dalam bahasa Perancis.

___________________________________________

Malam harinya kami benar-benar makan malam di restoran yang berada di bukit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam harinya kami benar-benar makan malam di restoran yang berada di bukit. Makanan disini lumayan, dengan pemandanhan menakjubkan dan angin malam yang bertiup perlahan. Benar-benar makan malam yang mampu menghilangkan sedikit rasa kesalku dengan kejadian siang tadi

Bayu benar-benar keterlaluan. Bagaimana mungkin dia tidak meminta nomorku dan bahkan tidak menoleh padaku sedikitpun? Moodku kembali berantakan saat aku mengingatnya.

"Kak.. aku ke toilet dulu ya" pamitku pada kakak dan kakak iparku. Kakak ku mengangguk lalu kembali sibuk menyuapi keponakan ku yang baru berumur 2 tahun. Aku bergegas menuju toilet.

Setelah selesai, aku mematut diri sebentar di cermin, kemudian segera keluar. Aku sedikit terburu-buru saat keluar, dan menabrak seorang laki-laki di depan pintu toilet.

"Sorry" kataku. Lalu menatap laki-laki yang baru aku tabrak.

"Bayu?" Pekik ku.

***

AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang