Fifth Came

8 1 0
                                    

Bertambah setahun waktu yang aku habiskan tanpa Bayu. Laki-laki lain? Aku tidak tertarik. Sekarang aku akan memasuki semester 6, artinya aku harus semakin fokus pada kuliahku. Tapi biarkan aku menikmati liburanku dulu.

Saat ini aku berada di kereta, aku akan kembali ke Jogja. Sedikitpun aku tidak merasa bosan untuk selalu kembali kesana.

Kali ini perjalanan kereta terasa sangat panjang. Mengapa? Karena di ujung perjalanan ini aku sudah ditunggu. Iya.. Bayu akan menjemput aku di stasiun. Dua minggu lalu aku mengabarinya bahwa aku berencana kembali ke Jogja saat liburan.

Dan saat itu pertama kali dalam setahun dia membalas pesanku. Kadang aku memang mengirim pesan padanya, tapi sedikitpun tidak di balas. Menyebalkan bukan? Tapi sudahlah.. dia tetap kembali di saat yang tepat.

Akhirnya.. kereta ini sampai di tujuan. Jantungku sudah berdetak tidak karuan saat keluar dari kereta. Aku berjalan pelan menuju pintu keluar sambil berusaha menenangkan jantungku.

Aku celingukan mencari Bayu, dimana dia? Apa dia belum datang?

"Aure" aku hampir terlonjak saat seseorang mengagetkan aku dari belakang. Ternyata Bayu sengaja mengerjai aku.

"Ish.. menyebalkan." Desis ku marah.

"Sorry.." katanya sambil tersenyum.

"Apa kabar?" Dia selalu bertanya kabar sambil mengulurkan tangan. Aku menyambut uluran tangannya.

"Baaikk" jawabku.

"Makan dulu yuk? Aku sengaja nunggu kamu buat makan bareng" katanya. Aku langsung mengangguk antusias.

"Kamu masih tidak bisa membalas pesanku ya Bay" kataku sambil menikmati soto yang masih hangat.

"Hard to change.. aku masih tidak suka chatting" jawabnya santai. Aku memutar bola mata jengah.

"Ngomong-ngomong, selamat ya.. ciee.. duta anti narkoba" seingatku tiga bulan lalu dia baru menerima amanah itu. Entah bagaimana laki-laki ini bisa berkegiatan di BNN dan tiba-tiba menjadi duta anti narkoba. Secara fisik memang sangat mendukung jika dia terpilih.

"Kok tau?" Tanyanya heran.

"Sosmed kamu.. Kamu seperti buku yang terbuka Bayu" jawabku sengaja menggodanya. Dia tersenyum.

"Itu kata-kata aku buat kamu, tapi kita memang sama" dia berkata sambil tertawa.

"Selamat juga untuk juara 2 nya" sambungnya.

"Kamu bahkan tidak bertanya saat itu" yang dibicarakan Bayu adalah lomba yang aku ikuti setahun lalu.

"Untuk apa bertanya kalau aku sudah tau?" Tanyanya.

"Kalau tau, kenapa tidak memberi selamat?" Aku masih tidak terima.

"Tadi kan sudah aku beri ucapan selamat" jawabnya enteng. Ya Tuhan, dia sangat menyebalkan. Bagaimana mungkin aku sejatuh cinta ini padanya? Iya.. kuakui sekarang. Aku jatuh cinta padanya dan hanya padanya. Aku tidak mau laki-laki yang lain.

"Setelah ini langsung jalan?" Tanyanya. Aku menggeleng.

"Aku butuh mandi. Ke rumah kakak dulu ya? Nggak papa?" Tanyaku ragu.

"Nggak papa" jawabnya. Aku tersenyum.

Begitu sampai di rumah kak Avra, aku langsung pergi menuju kamar yang biasa aku tempati. Kubiarkan Bayu duduk dengan kikuk di ruang tamu. Aku tahu Bayu sedang gugup. Bagaimana tidak? Dia sedang duduk berhadapan dengan kak Avra yang menatapnya dengan tatapan penuh intimidasi.

Begitu sampai kamar aku langsung mandi dan segera bersiap. Sekali lagi aku mematut diri di cermin, begitu yakin aku sudah rapi, aku langsung keluar kamar.

Aku sedikit kaget mendengar tawa kak Avra dan mas Reno. Semakin mendekat ke ruang tamu, semakin jelas tawa mereka. Apa aku tidak salah lihat? Bayu berhasil membuat kakak dan kakak ipar ku terbahak.

"Ada apa?" Tanyaku sambil tersenyum.

"Re.. kamu nemu pacar begini dimana sih? Kocak banget" kata kak Avra.

"Pacar?" Tanyaku bingung.

"Re, kalau sudah siap ayo berangkat, keburu siang" Bayu menginterupsi.

"Iya, sana berangkat. Ati-ati ya kalian" kata mas Reno.

Bayu sudah berdiri dan berpamitan. Aku ikut berpamitan.

"Re, kakak restui sama dia" kata kak Avra tersenyum penuh arti. Restu? Aku semakin tidak mengerti.

"Tadi ngobrol apa sama kakak?" Tanyaku saat kami sudah duduk dimobil. Saat ini kami menyusuri jalanan kota Jogja.

"Bukan apa-apa" jawabnya penuh misteri.

"Kenapa kak Avra ngira kita pacaran?" Tanyaku lagi.

"Tanya ke kakak kamu dong Re. Yang ngira gitu kan kakak kamu" jawabnya masih menyebalkan.

"Yuk, sudah sampai" katanya. Tanpa aku sadari kami sudah berada di tempat parkir kebun binatang gembira loka.

Begitu keluar mobil, Bayu berlari-lari kecil menuju loket untuk membeli tiket. Aku mengamatinya berdiri untuk antri. Dari belakang saja dia terlihat tampan.

"Aure" dia memanggilku sambil melambaikan tangan. Aku berjalan mendekat.

"Sini tangannya" aku mengulurkan tangan kananku, sesuai permintaannya. Dia memasangkan tiket yang ternyata berbentuk gelang.

"Kok udah dipasang? Kan ada petugasnya itu?" Tanyaku sambil menunjuk pintu masuk.

"Yang jaga laki semua, aku tidak ingin kamu bersentuhan dengan mereka" jelasnya yang sukses membuat aku blushing.

"Yuk" ajaknya.

Begitu masuk aku langsung antusias melihat berbagai satwa yang ada disana. Aku tau, jahat melihat mereka di kurung begini, tapi sepertinya mereka terawat dengan baik. Semua satwa gemuk dan terlihat ceria.

"Singa.. singa.. ayo cepet Bayu" aku berjalan cepat tanpa peduli Bayu yang masih tertinggal jauh di belakang.

"Ya ampun Aure, bukannya kamu suka sapi ya? Kenapa heboh lihat singa?" Tanya Bayu saat berhasil berdiri di dekatku.

"Aku suka boneka sapi ya, bukan sapi versi asli. Eh.. macan.. ayo kesana" aku kembali meninggalkan Bayu.

Kami terus menyusuri setiap sudut kebun binatang. Sampai aku melihat binatang itu.. satu satunya binatang yang aku takuti. Aku mengamit lengan Bayu, dan bersembunyi di balik badannya.

"Kamu takut ular?" Tanyanya bingung. Aku hanya mengangguk sambil mendorong badannya. Kami harus segera menjauh dari kandang ular.

"Sampai kapan mau sembunyi? Ularnya sudah lewat" kata Bayu. Aku tersadar bahwa sejak tadi aku masih memegang lengannya.

"Maaf" kataku sambil melepaskannya.

Setelah itu kami melanjutkan menyusuri gembira loka. Disini ada wahana air yang bisa kami naiki. Aku mengajak Bayu naik perahu bebek, beruntungnya dia bersedia.

Setelah lelah, kami memutuskan untuk keluar dari kebun binatang dan menuju ke salah satu restoran burger di Malioboro.

Aku makan dengan lahap. Merk burger ini memang merupakan burger favorit ku. Dan sepertinya Bayu juga sering makan burger ini. Dia juga terlihat menikmati makanannya. Tiba-tiba..

"Makan kamu berantakan" katanya sambil menyeka ujung bibirku dengan tisu. Rupanya ada saus yang menempel disana.

"Kaya' anak kecil ya?" Tanyaku. Dia mengangguk.

"Imut" katanya lirih. Apa? Aku tidak salah dengar kan?

"Setelah ini jadi ke HeHa?" Tanya Bayu. Aku mengangguk.

"Jadi dong" HeHa seperti sudah menjadi tempat wajib untuk kami kunjungi. Aku seolah mengumpulkan semua kenanganku bersama Bayu disana.

***

AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang