Bagian 8

10 3 1
                                    

Quotes :

"Hati memiliki nalarnya sendiri, sedangkan nalar tidak memiliki hati"

-Blaise Pascal-

.
.
.
.
.
.
.

"Hah, kok bisa?!!"

"Ya itu karena orang tua kita kerja sama bisnis."

Temen ansel dan temen aqilla hanya mengangguk.

"Emang jodoh mah gak ada yang tau!" Ujar safira.

"Gue gak pernah mikir jodoh gue Kak ansel." Ucap gue

"Ya itu menurut lo! Kalo iya!! Gimana?"

Indri, mika mengangguk dengan ucapan safira.

"Untung yang dapet Ansel, aqilla. Kalo si zelma gue gak tau deh hidup ansel bakal masih normal atau gak!!" Ujar sakya

"Anjirr lo" Kata ansel.

"Ansel mau dideketin sama siapa aja. Hidupnya masih normallah, nah baru kalo lo yang dideketin sama siapa aja bakal gak normal" Ucap hedy diketawai oleh semua.

Sakya cemberut. Selalu saja ia kena sasaran.

"Yaudah yuk!! Balik!" Ajak mika

"Eh,, bentarr." Indri mengeluarkan handphone.

"Kita foto dulu!"

Selesai berfoto. Mereka menuju kasir dan pulang kerumah.

"Uh,, enaknya tadi!" Ujar mika

Rai melihat mika sekilas, ia melihat mika seperti perempuan yang bisa melakukan apa saja.

"Hm.. Sepertinya gue suka sama dia" Batin Rai dengan sedikit senyum

Rai menyetir mobil dengan baik sambil bertanya pada mika.

"Mika, lo suka gak deket sama gue? Atau merasa risih?"

"Awalnya kak, tapi sekarang udah biasa aja."

Rai tersenyum.

"Lo suka tipe cowo kaya apa?"

Mika melihat rai. "Kenapa kaka tanya itu?!"

"Cuman nanya aja."

"Gak mungkin cuman nanya aja." Perkataan mika membuat wajah rai memerah.

"Kan bener?!" Mika tertawa kecil

"Mika tau kaka suka sama mikakan?"

Rai terkejut. "Kata siapa?!"

"Bukan kata siapa kak! Aku tau dari gerak gerik kaka, dan dari pertanyaan kakak seperti itu"

Mika tersenyum. "Itu hal yang wajar kak, jujur aja dekat dengan cowo itu membuat mika terganggu. Tapi, dengan kakak enggak sama sekali. Mungkin karena kakak orang yang baik!"

Best Of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang