32. Kemarahan

1.1K 176 32
                                    

Tiga hari sudah berlalu, tiga hari juga Minju tak sadarkan diri. Tepat hari ini, mereka melakukan pemakan Hyewon yang sengaja disamakan dengan Nagyung. Tentu dengan keikutsertaan para senior mereka.

Tak dapat dipungkiri jika senior mereka sangat marah setelah mendengar kabar Hyewon meninggal, terlebih karena ulah salah satu Keturunan Zeus. Yang pasti, senior Perseus lah yang paling marah diantara para senior lainnya. Dan malam itu, semua orang langsung menyalahkan Chaewon.

Kecuali satu orang.

Serta membuat kedua belas, bukan, kesebelas gadis itu terpaksa mengundur pencarian permata Bintang yang seharusnya mereka laksanakan malam kemarin.

"Tinggal sebelas orang."

Sebenarnya upacara pemakaman sudah selesai satu jam yang lalu. Tapi Minju dan Chaewon masih berdiam diri didepan abu sang kakak dengan foto keduanya yang tengah tersenyum lebar.

Karena terus menangis, Chaewon sampai kehabisan air mata, alias tidak bisa menangis lagi dan hanya bisa menghela nafas berulang kali. Sedangkan Minju, ia sudah lumayan tenang. Kini ia hanya menatap datar foto Nagyung.

"Aku pergi dulu," kata Chaewon tiba-tiba. Ia merasa lelah terus menangis tiga hari dua malam meneratapi kepergian Hyewon. Rasanya Chaewon ingin menyusul sang kakak. Ini benar-benar menyakitkan ketika melihat Hyewon tersenyum difoto.

Minju tak menjawab, ia hanya terus menatap foto Nagyung. "Jangan lama-lama, kau belum pulih total." Menepuk pelan pundak Minju, setelahnya pergi meninggalkan gadis itu sendirian.

Selepas kepergian Chaewon, Minju beralih menatap foto Hyewon. Saat itu juga Minju teringat akan kebaikan Hyewon kepadanya akhir-akhir ini. Baru saja mereka mulai dekat dan saling terbuka satu sama lain, tapi takdir berkata lain. Tuhan mengambil Hyewon lebih cepat dari yang Minju perkirakan.

Ia bergeser kesamping, tersenyum menatap foto gadis di depannya. "Ck, kau bilang kau akan tetap bersama kami sampai akhir. Tapi sekarang, kau malah pergi mendahului kami. Kejam." Minju kembali tersenyum. Kali ini senyum yang dipaksakan.

"Hyewon, aku tahu kau sangat menyayanginya. Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk menjaganya. Aku tidak janji, kekuatanku melemah setelah melakukan penukaran darah malam itu." Minju terus bermonolog.

Hening.

"Sekarang, tidak akan ada lagi yang memberiku makanan gratis, menegur kami ketika bertengkar, dan menjadi tempat sandaran ketika kami letih. Terimakasih sudah baik kepada kami. Aku tidak akan pernah melupakan semua perbuatanmu kepada kami. Aku juga mendukung Kang Hyewon."

"Iya. Semua orang mendukung Kang Hyewon." Air mata Minju turun begitu saja. Ia langsung menunduk, menatap sepatu putih yang baru saja diberikan oleh Hyewon seminggu yang lalu.

Itu pemberian terakhir Hyewon untuknya.

Merasa pusing, Minju pun memutuskan untuk kembali ke kerajaan. Iya, karena malam itu kondisi Minju benar-benar buruk, Sakura memutuskan untuk menempatkan Minju di kerajaan La Caille. Sekaligus menyiapkan pemakaman Hyewon dan Nagyung di kerajaan mereka. Tidak mungkin 'kan mereka melakukannya didunia manusia.

"Minju!" Lantas, Minju menoleh tatkala suara familiyar itu menerobos indera pendengarannya.

Begitu sempurna menolehkan kepala kebelakang, Minju kaget. Tiba-tiba kakinya gemetar melihat sosok yang benar-benar tak asing lagi baginya.

Tzuyu. Gadis itu berdiri jauh di depan Minju. Tapi tatapan tajam nan mengerikan itu dapat dilihat jelas oleh Minju. Setelah beberapa saat hanya berdiam diri menatap sang adik, Tzuyu akhirnya berjalan menghampiri Minju lebih dekat lagi.

12 Descendants of Constellations Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang