Penting! Tinggalin jejak kalian ya untuk sekedar vote, sebagai bentuk apresiasi kepada author!❤️
--------
Pagi ini Zena mendapat telepon dari Ayah Mahesa. Tanpa ba-bi-bu Zena pun melesat pergi ke rumah sakit. Dalam waktu sekejap Zena sudah berada di sebelah ruangan khusus milik Yuda. Di sebelah ruangan itu terdapat kaca besar. Kaca yang dapat langsung melihat ke dalam.
Semua orang tegang. Zena yang baru datang langsung menghampiri mama Rhita, mencoba menenangkan, namun juga tak kuasa menahan tangisnya. Zena kalut dalam perasaan ini. Zena terjebak dalam rasa takut kehilangan. Kehilangan Yudi nya.
Suara ekg detak jantung, alat untuk mendeteksi degub jantung itu bersuara nyaring. Semua orang terkejut, semua melihat ke arah Yudi. Dokter di dalam pun segera melakukan tugasnya sebaik mungkin, sebisa mungkin, agar pasien selamat.
Namun, Tuhan berkata lain. Takdir mulai bekerja. Tak ada lagi keberuntungan. Kematian selalu ditangan Tuhan. Tak akan ada yang bisa mengelak.
Yudi. Yudi telah pergi. Yudi telah kembali ke sisi-Nya. Zena menangis. Air matanya keluar tak bisa ia bendung. Mama Rhita sudah tak kuasa menahan dan menopang tubuhnya, dan langsung pingsan.
Zena tahu betul, betapa sayangnya mama Rhita pada Yudi. Anak semata wayangnya, satu-satunya. Namun, dia telah tiada. Semua orang yang ada di dalam terdiam. Dokter mulai membacakan waktu kematian Yudi. Para perawat kemudian mulai mencopot semua alat yang terpasang pada tubuh Yudi.
Zena terduduk di tempatnya. Lututnya melemas, ia dibantu berdiri oleh salah seorang asisten rumah tangga di rumah Yudi. Zena pun duduk di kursi tunggu di depan ruangan Yudi. Ia menangisi kepergian Yudi. Hatinya benar-benar hancur.
Dilain tempat, Akmal melihat semua. Tangisan kepergian untuk pasien penyakit kanker yamg sudah lama dirawat di rumah sakit ini. Semua orang menumpahkan air matanya. Namun salah satu dari mereka, membuat Akmal terdiam. Ia melihat Zena, ia menangis, menangisi pasien yang telah meninggal dunia itu.
Akmal akhirnya mengerti jawaban atas pertanyaannya tempo hari. Akmal melihat Zena keluar malam-malam dari sini. Akmal sudah tahu jelas alasannya.
🌵🌵🌵
Zena mengurung diri selama beberapa hari di kamarnya. Mamanya pulang dari luar negeri bersama dengan papanya. Kedua orang tua Zena melayat saat Yudi telah pergi. Mereka tahu, Yudi adalah sosok lelaki yang sangat menyayangi Zena. Begitupun dengan Zena, ia sangat menyayangi Yudi. Kedua orangtuanya merasa harus hadir untuk menguatkan anaknya.
Pintu kamar Zena diketuk berkali-kali namun tak ada jawaban dari dalam. Mamanya berkali-kali mencoba ingin berbicara dengan Zena. Namun Zena selalu acuh terhadap semua.
Zena termenung, Zena masih tenggelam dalam rasa kehilangan itu. Setelah pemakaman Yudi, Zena tak pernah lagi keluar kamar. Ia mengunci diri di kamarnya. Ia merasa dunianya hancur. Zena tak punya lagi seseorang yang akan menemaninya, menghiburnya, menyayanginya. Tak ada yang seperti Yudi. Yudi hanya satu-satunya.
Tak ada lagi malam penuh bintang bagi Zena, semua bayang-bayang Yudi sirna bersama kepergiannya. Zena menyesali semua. Seharusnya ia lebih memiliki lebih banyak waktu bersama Yudi. Seharusnya ia bisa membuat Yudi tertawa sampai seakan waktu berhenti berputar.
Namun semua kembali ke realita. Mencintai tak sepenuhnya memiliki. Kita tahu raga nyawa ini milik Tuhan. Zena ikhlas jika Tuhan menginginkan miliknya untuk kembali. Zena yakin, Tuhan lebih menyayangi Yudi melebihi apapun.
🌵🌵🌵
Sekitar seminggu Zena benar-benar mengunci diri di kamar. Kini Zena sudah siap dengan seragam sekolah lengkap. Zena pun keluar kamar menuju meja makan. Ini pertama kalinya setelah sekian lama. Keluarga kecil Zena berkumpul dan menikmati sarapan pagi bersama-sama. Tak banyak kata keluar dari mulut Zena. Hanya sepatah dua patah saja, itupun menjawab pertanyaan mamanya yang terus menerus menanyakan keadaannya sekarang.
Zena pun berangkat sekolah diantar papanya. Wajah ceria Zena tak lagi terpampang saat memasuki gedung SMA Beneffite. Tak ada yang tahu Zena memiliki kekasih. Hanya salah satu yaitu Agnia.
Agnia memang mengunjungi Zena ke rumah berkali-kali saat Zena mengurung diri di kamar. Agnia khawatir Zena akan melakukan hal-hal yang tidak tidak. Tapi usaha tak membuahkan hasil apapun. Zena tetap tak mau diajak berbicara oleh siapapun waktu itu.
Oke kembali ke sekolah Zena. Hari ini adalah tepat seminggu sebelum ujian kelulusan berlangsung. Semua murid sibuk mempersiapkan diri. Begitupun Zena, ia tetap belajar agar semua berjalan lancar.
Zena menjalani hari-hari berikutnya seperti biasa. Nampak ceria tanpa ada beban yang ia pikul. Padahal pikirannya sendiri sedang berkecamuk memikirkan Yuda.
Lagi-lagi Yuda yang ada dipikiran Zena. Ia selalu saja teringat akan Yuda. Yuda yang manis, perhatian, lembut, dan kadang sweet dan romantis menjadi satu, dan Yudi lah satu-satunya teman berkeluh-kesah Zena selama ini. Zena merasa ada yang hilang dari hidupnya. Serasa hampa.
🌵🌵🌵
Maaf temen-temen:(( part ini gaje parah, dan aku lagi ga bisa berimajinasi dengan baik. Kekurangan bahan halu nih:))
Tapi meskipun begitu, semoga kalian suka yah dan ga bosen buat nunggu kelanjutannya lagi<3
Ini pertama kali aku tulis story, jadi mohon pengertiannya dan berikan kritik dan saran yah:)
Happy reading for next capt! :*
KAMU SEDANG MEMBACA
"True Love" | I Trust You
JugendliteraturKita ga akan tahu hari esok. Yang kita tahu, kita hanya perlu berusaha, berdoa, dan yakin Tuhan akan berikan yang terbaik untuk hambanya.