Start✔️

36 6 0
                                    

Hai!!
Happy reading gengg!✨
Jangan lupa untuk vote dan komen untuk kebahagian bersama🤗

🌵🌵🌵

Takdir itu nyata. Manusia tak akan bisa lari dari takdir. Semua seakan terikat olehnya. Begitupun Zena dan Akmal. Lelaki yang tiba-tiba masuk dalam hidupnya. Bahkan sempat menghilang sejenak dalam kehidupan Zena, kini kembali dipertemukan. Mereka selalu bertemu dalam masalah. Selalu bertemu di dalam masalah.

Walaupun begitu, tak ada yang tahu, Akmal menyukai pertemuannya dengan Zena. Lagi.

Karena kejadian kemarin, dengan terpaksa Zena mau menuruti perintah Akmal. Dia menyuruh Zena untuk mencuci kemeja yang Akmal pakai kemarin. Kemejanya dilepas dan menyisakan kaos polos warna hitam di badan Akmal.

Zena berada di depan gedung fakultas kedokteran di kampusnya. Gedungnya berseberangan dengan gedung fakultas Zena. Ia fokus menunggu seseorang sembari duduk di kursi samping taman. Sebuah kursi besi memanjang warna putih. Zena mendudukkan tubuhnya.

Ia bingung, bisa-bisanya ia mau melakukan hal merepotkan seperti ini untuk Akmal. Tapi karena Zena sedikit bersalah karena menumpahi pakaian Akmal yang kedua kali, membuatnya mau mencuci pakaian Akmal.

Sekitar sepuluh menit sudah berlalu Zena menunggu Akmal keluar. Mereka sudah membuat kesepakatan kemarin, agar Zena menunggu Akmal di depan gedung fakultas. Tapi Akmal tak kunjung menampakkan dirinya.

Kepala Zena sibuk menoleh ke kanan kiri melihat beberapa gerombolan mahasiswa yang baru saja keluar dari gedung itu. Berharap bisa menemukan sosok yang membuat dirinya menunggu lama.

Zena sebenarnya tidak masalah dengan ia yang menunggu lama disini. Tetapi ia sedikit terganggu dengan tatapan mata orang-orang pada Zena.

Sebenarnya orang-orang hanya heran saja. Mengapa Zena ada disini. Sebagian besar memang mengenali Zena. Tentu karena kepopulerannya, para senior banyak yang kagum terhadap Zena. Tapi tak sedikit juga perempuan-perempuan lain yang risih dengan tatapan para lelaki itu saat menatap Zena. Bahkan sebagian dari mereka suka berbisik membicarakan Zena.

Zena tak ambil pusing dengan semua itu. Zena hanya akan membiarkannya saja. Melewati seakan tak pernah mendengar itu semua. Bukan karena Zena terlalu percaya diri, tapi karena ia tak mau mengambil resiko jika terkena penyakit hati nantinya.

Mata Zena menatap lurus kebawah pada sepatunya. Sampai akhirnya ia menyadari ada sepasang sepatu lagi di depannya. Zena pun mendongakkan kepalanya. Dan langsung mendapati Akmal di depannya. Mata mereka sempat bertemu sampai akhirnya Zena mengalihkan pandangan ke samping.

"Dari tadi?" Tanya Akmal dengan santainya sambil mengarahkan tangannya menyentuh kepala Zena agar melihat ke arahnya.

"Menurut lo aja gimana? Jamuran nih." Ketus Zena sambil menyingkirkan tangan Akmal dari kepalanya.

Akmal pun ikutan duduk di kursi. Tepat di samping Zena dan paper bag berwarna hitam. Akmal sudah mengetahui apa isi dari paper bag itu. Sudah pasti kemeja yang kemarin.

Mendadak kuping Zena panas mendengar bisikan-bisikan dari orang-orang. Terdengar seperti bertanya-tanya mengapa bisa Zena dan Akmal saling mengenal. Bukankah Zena baru menjadi mahasiswa di kampus ini baru seminggu?

"True Love" | I Trust YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang