Part 3

18 2 0
                                    

Di parkiran Ray langsung menaiki vespa matic perpaduan warna hitam dan putih. Mengambil helm yang di gantung di belakang motornya dan memberikannya kepada Valerie.

"lo gapake helm?" Tanya Valerie sambil mengambil helm yang di sodorkannya.

"engga, gue masih pinter jadi kalo kepentok dikit gabakal jadi bego, kalo lu kan repot, udah bego tambah bego deh." Sembari memamerkan deretan giginya.


"Rayy" panggil Valerie kepada pria didepannya yang sepertinya dikalahkan dengan bunyi motor dan deru angin. "apaa?" sahut pria itu setengah berteriak.

"lo mau bawa gue kemana sih?" tanyanya penasaran karena sudah hampir 30 menit mereka melalui jalanan lenggang.

"tunggu aja bentar lagi sampe kok."

          

Benar tidak sampai lima menit kemudian Raymond menepikan motornya di salah satu gubuk rumah makan sederhana di pinggiran jalan.

"gapapa-kan makan disini?" Tanya Ray sembari menggantungkan lagi helm yang digunakan Valerie ke belakang motornya.

"gapapa, tapi gue telfon supir gue dulu, biar kalo lo beneran nyulik gue, dia bisa nyelamatin gue." "hahaha gila, yaudah terserah" sambil menoyor kepala perempuan itu.

          

"Lo emang biasa ngajak strangers makan ya, Ray?" Tanya Valerie di salah satu sudut warung makan itu.

"Maksudnya? Kan kita udah kenalan tadi." Jawabnya kebingungan.

"ihhh, tapi Ray, kita belum jadi temen kan? I mean, we just know name each other" balas Valerie lagi.

        

"okey Valerie Nathania, let me introduce myself. Raymond Sean Anderson, grade twelve. Bokap gue kerja di Anderson company. Lahir di Jakarta, tanggalnya gue lupa. Pokoknya antara 8 atau 9 september deh. Tinggi 178 centimeter, hobby, apapun yang menghilangkan jenuh. Udah? Apa lagi yang lo mau tau?"

Setelah perkenalan singkat, Valerie hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum kecut. Memilih untuk diam adalah salah satu cara terbaik yang ia pikirkan saat ini. Wait, where did he know my last name?

          

Di susul oleh ibu ibu yang mengantarkan semangkuk bakso panas yang terlihat menggiurkan. "kok lo pesan makanannya cuman satu?" tanyanya lagi.

"valeriee, kalo gue mesen dua, nanti satunya lagi siapa yang makan? Kalo gue kasih lo, lo bakal mencurigai gue naruh macem macem kan?" jawabnya santai sambil menuangkan bumbu pelengkap di kuah bakso itu.

"ishh nyebelin banget si. Bodo ini buat gue lo pesen lagi aja" sambil menarik semangkuk bakso menuju ke hadapannya dan langsung mencicipi kuahnya sebagai balasan dari tingkah usil pria itu kepadanya.

           

Akhirnya Raymond mengalah dan memesan satu mangkuk bakso lagi untuk ia santap, setelah melewati perdebatan dan adegan tarik tarikan mangkuk.

"lo ga panas val?" Tanya Ray untuk kedua kalinya di hari ini sambil melepaskan jaket hitam miliknya dan menyeka keringat di dahinya.

"engga Ray, gue udah terbiasa pakai sweater kemana-mana, gue ga kuat dingin" jawab Valerie. "tapi lo keringetan banget".

"kenapa emang? Gue seksi ya kalo keringetan? Hahaha" Ray hanya membalas dengan senyuman canggung yang membuat Valerie bingung.

           

Tentu saja Valerie bingung, menganggap Valerie seksi adalah hal yang paling tidak memungkinkan. tubuhnya jauh dari kata proposional. Mungkin lebih tepatnya, ia terlihat sangat kurus di balik sweater oversized yang ia kenakan. Lagi pula tidak mungkin seorang Raymond Sean Anderson, tertarik oleh perempuan sepertinya.

           

Ray terlihat, tampan. Wajahnya sama sekali tidak terlihat seperti warga Negara Indonesia, walau ia hanya mendapatkan darah warga Negara asing dari kakeknya. Alisnya yang tebal dan tatapan matanya yang tajam, di sertai tubuhnya yang tinggi, terlihat berotot dari balik kemeja lengan panjangnya itu, mungkin bisa membuat orang yang tidak mengenalnya mengira dia adalah model, atau lebih cocok sebagai athlete.

          

"lo sendiri ga kepanasan apa pake kemeja lengan panjang gitu?" Tanya Valerie. "oh engga, sama kayak lo gue juga udah terbiasa" jawabnya asal. Bohong. Terlihat jelas Ray sangat kepanasan. Tubuhnya sudah di banjiri keringat, membuat kaus hitam yang ia kenakan sebagai dalaman itu tercetak jelas. mereka menyantap makanan sambil di selingi candaan yang saling terlontar. Mereka tidak terlihat seperti baru saja bertemu hari itu juga.

          

"Ray, makanannya udah abis, gue juga udah bayar. Gue balik duluan ya?" Tanya Valerie sambil melirik jam alexandre christie hitam yang melingkari tangannya. Menunjukan pukul tujuh kurang sepuluh menit.

"wait, biar gue anter, lo kan perginya sama gue masa pulangnya sendiri." Jawab ray sambil mengenakan jaket yang ia taruh di kursi kosong di sampingnya.

"gausah Ray, gue udah di jemput sama supir gue"

"lo serius waktu bilang mau share location ke supir lo?". Tanyanya. 

          

Akhirnya Ray hanya mengantarkan Valerie sampai di depan kedai, sekaligus bergegas pulang. Memastikan Valerie aman menaiki Honda civic hatchback hitam dengan security film darkness mencapai enam puluh persen. Cukup umum untuk seorang pemilik yayasan ternama yang ingin menjamin anaknya tetap aman.

Another SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang