Part 4

18 1 0
                                    

"lo dimana, dave?" Tanya Valerie tepat ketika ia mengangkat panggilan ponselnya

"di basecamp, lagi ada kerjaaan, kenapa?"

"gue gak nanya lo lagi ngapain. Gue udah share location, standby deket deket sana, jemput gue" tanpa basa-basi ia langsung mematikan sambungan teleponnya.

Kebiasaan wanita itu memang tak pernah berubah, bossy. Sambil membereskan laptop dan beberapa file yang harus aku taruh di ruang belakang, aku mengambil kunci mobil asal dari meja dan bergegas menuju tempat yang diberikan Valerie beberapa saat lalu.


Menunggu itu sangat menyebalkan. Di ujung jalan tepat limapuluh meter sebelum pertigaan, dan dua ratus meter dari rumah makan yang di kirimi Valerie, aku dari dalam mobil sedan hitam menunggu sampai Valerie mengirimkan sinyal untuk aku bergegas kesana sambil memainkan ponselku. Ralat bekerja. Ada satu system yang harus aku perbaiki, agak sulit memang jika menggunakan ponsel, tapi biarlah. Daripada membawa laptop yang hanya membuat aku semakin kesulitan jika terdeteksi oleh hacker lain. system bot dari perusahaan internasional yang meraup banyak keuntungan dengan membuka situs situs judi online. Tentu saja bukan memperbaiki seperti yang kalian kira. Memasukan virus buatanku kedalam servernya, sehingga dua puluh delapan persen keuntungan yang di dapatkan perusahaan itu mengalir ke rekeningku tanpa di ketahui pemilik, kecuali memang mereka melakukan pemeriksaan rutin. Tapi mereka hampir membiarkan begitu saja system bot itu menghasilkan uang tanpa ada pemeriksaan selama satu tahun belakangan.


Satu jam setengah. tepat satu jam setengah aku menunggu, Valerie keluar dari rumah makan itu dengan seorang pria, membuat aku segera mengemudikan mobil, menuju ke arahnya. Tanpa membuka kaca aku melirik pria yang bersama Valerie tersenyum kearahnya. Lebih mirip tukang pukul yang bersembunyi di balik seragam SMA.

"siapa?" Tanya ku bertepatan dengan laju mobil yang ku kendarai

"kakak kelas" jawabnya sambil mengikat rambutnya tinggi tinggi.

"baru kenal?"

"too much question. Nyetir aja gausah banyak tanya."


Valerie bukanlah perempuan yang harus di khawatirkan. Tentu saja, dia lebih mengerti cara untuk melindungi dirinya sendiri. Pertama kali aku bertemu dengannya adalah sekitar 5 tahun lalu saat pengumuman pemenang olimpiade internasional beladiri taekwondo, yang keuntungan penggalangan dananya tujuh puluh persen di sumbangkan ke sebuah yayasan peduli anak yatim. Ketika itu aku dan tim ku berusaha menyabotase acara, karena kami tahu, tidak sampai dua puluh lima persen keuntungan itu di salurkan oleh tikus tikus keparat . Beberapa pembunuh bayaran yang kami masukan mengepung para petinggi penyelenggara. Tetapi sebelum itu, alarm kebakaran yang aku nyalakan sudah membuat para penonton, dan media yang meliput lari terbirit-birit menyelamatkan diri. Tapi tidak dengan Valerie, dia malah lari menuju rooftop tempat dimana aku melakukan tugasku. Pertemuan kita sangat lucu, berakhir dengan beberapa luka di wajahku, karna berusaha melawan juara pertama olimpiade tersebut.


Sejak hari itu, saat Valerie mengetahui kebenaran yang terjadi, dia memutuskan untuk berhenti mengikuti olimpiade dan memilih banyak sekali kursus beladiri, termasuk beladiri jalanan yang hampir setiap hari kami lakukan bersama dengan beberapa temanku. Tentu saja dia selalu bersemunyi dibalik buff. Agar identitasnya sebagai anak pemilik yayasan ternama tidak terbongkar.

"hari ini apa?" Tanya nya sambil mengenakan buff hitam tanpa coraknya.


"hei sleeping angels, loonnnngg time no see hahaha" sapa salah satu teman tim ku, Daniel yang ikut bersenang senang hari ini sembari memberikan semiautomatic handgun Glock 19 berisikan 15 butir peluru penuh kepada Valerie. Tidak banyak orang orang dari dunia underground kecil kami yang mengetahui nama asli Valerie. Kami punya etikad untuk tidak mencampuri urusan public masing masing walau hanya untuk balas dendam. Itu perilaku yang sangat tidak sportif. Akhirnya salah satu dari mereka memberikan nama julukan 'sleeping angels' kepada Valerie karena sifatnya yang tenang dan wajahnya yang cantik tepat seperti malaikat yang tertidur. Tapi jangan membangunkan malaikat yang tertidur itu jika tidak mau dia berubah menjadi iblis.


Tugas kami hari ini sangat mudah, memberi peringatan atas penghianatan gang colombus yang menjalani bisnis khusus soal senjata api., saat salah satu tim kami dibunuh ketika melakukan transaksi jual-beli senjata dengan gang itu Aku dan Valerie bersama tiga orang tim kami, Daniel, Rayhan, dan Alle langsung mendobrak markas tempat para kacung, tukang pukul gang itu berada. Kami tidak akan menyerang markas inti gang itu. Karna seperti rantai makanan, jika ada satu saja gang yang hancur, maka ekosistem akan terganggu.


Sekitar duapuluh lima sampai duapuluh tujuh tukang pukul berbadan besar itu menghentikan kegiatannya. Aku dan tiga orang temanku langsung menyerbu tanpa pikir panjang. Valerie lari menuju balkon lantai dua gedung itu sambil sesekali memukul kepala belakang tukang pukul yang menghalanginya dengan gagang pistol yang baru saja ia terima beberapa saat lalu. Dari atas sana dia hanya menonton kami yang kewalahan menghadapi beberapa tukang pukul sekaligus karna kalah jumlah.


dua tukang pukul sudah jatuh terkena pukulan tongkat baseball besi yang di bawa oleh Rayhan. Membuat tukang pukul-tukang pukul lainnya semakin bersemangat untuk menghabisi kita. empat orang tukang pukul di hadapan ku membuat aku sangat berkeringat. Shit. Setiap satu pukulan yang aku lontarkan, tiga lainnya memanfaatkan celahku. Keadaanya tak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh Alle dan Daniel. Mungkin tidak bagi Rayhan dan tongkat baseball besinya yang mampu membuat pingsan orang jika terkena telak. Sampai akhirnya, salah satu tukang pukul dengan badan paling besar berhasil menangkap tubuhku membuat aku tidak bisa melawan ketika beberapa tukang pukul menghampiri untuk melemparkan tinju ke seluruh bagian tubuhku. Dorrr... Dorrr... Valerie melakukan tugasnya. Ia melemparkan dua tembakan. Lima tukang pukul tergeletak. Pintar. Lima belas peluru tidak akan cukup untuk menghabisi duapuluh tujuh tukang pukul, mengumpulkannya kedalam satu garis, menunggu waktu yang tepat hingga satu peluru mampu menjatuhkan beberapa orang. Tidak terpikirkan.


Setelah itu peluru-peluru mulai terlemparkan, menyisakan bangkai mayat tukang pukul yang berserakan dan tim kami yang sukses menjalankan misi. 

Another SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang