Seoul Fine Arts Building, pertengahan musim semi lima tahun yang lalu
"Jadi... Anda adalah keponakan Tuan Lee Sooman?"
Sunny mengangguk ragu. Tentu ia ragu. Ia baru saja mengenal lelaki tampan dengan tubuh tegap di sampingnya ini untuk lima belas menit yang lalu. Apa yang bisa ia harapkan ketika lelaki itu terlihat berusaha lebih mengenalnya?
"Wow. Aku tidak pernah tahu Lee Sooman memiliki keponakan secantik Anda... Nona Lee. Apa aku benar?"
"Ya. Namaku Lee Sunkyu. Senang bertemu..." jawab Sunny kembali dengan keraguan yang tersirat dari kedua matanya. Sungmin atau yang akrab disapa Sean menyadari hal itu, ia tersenyum manis memperlihatkan deretan gigi depannya. Berharap gadis itu dapat merasakan ketulusan hatinya.
Mirip kelinci, pikir Sunny dalam hati. Ia terkikik menahan geli. Bukan untuk mengejek, tetapi karena kelinci adalah hewan menggemaskan kesukaannya.
"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud lancang. Perkenalkan, aku adalah anak dari pemilik salah satu perusahaan rekanan pamanmu, Lee Sungmin. Biasa dipanggil Sean di Amerika. Senang bertemu."
Sunny menerima jabatan tangan hangat Sean. Mereka berdua kemudian saling melepas senyum dan kembali berjalan beriringan.
"Jadi... sebenarnya apa maksud Anda, Tuan Sungmin?" tanya Sunny tiba - tiba.
Sean mengernyitkan dahinya. Namun, ketika pelayan keliling melintas dengan nampan berisi beberapa gelas champagne di hadapannya, ia mengambil dua-satu untuk Sunny, satu untuknya-dan meneguknya sekali. Sunny tertawa kecil sambil menyibakkan rambut panjangnya ke belakang.
"Maksudku, mengapa Anda tadi menolongku dengan repot - repot berbohong mengenai status kedatanganku kemari?"
Sean dengan santai kembali meneguk champagne miliknya sampai habis.
"Ada dua alasan. Yang pertama karena aku memang tidak punya teman kencan untuk menghadiri undangan ini. Itu sebabnya aku langsung memperkenalkan Anda pada para penjaga itu sebagai pasanganku. Maaf bila Anda keberatan."
Sunny menggigit bibir bawahnya. Salah satu kebiasaan buruk ketika merasa panik.
"Yang kedua..." lanjut Sean dengan tenang, "Anda adalah keponakan pemilik acara ini tetapi Anda justru nyaris terancam menjadi bahan utama keributan di tengah kelangsungan pesta. Mana mungkin ada orang yang tega meninggalkan gadis secantik Anda bersama para kru keamanan tempat ini?"
Kini Sunny merasa malu karena kecerobohannya meninggalkan kartu undangan. Sean tersenyum jahil.
"Kudengar kru keamanan di sini adalah yang terbaik karena kualitasnya yang super ketat," bisiknya lagi untuk menggoda gadis di sampingnya.
Sunny memandangi sekilas wajah dan pembawaan tubuh para kru keamanan yang disewa pamannya. Ia kemudian menelan ludahnya susah payah. Mereka semua memang lebih mirip preman geng jalanan ketimbang kru keamanan super elit, pikirnya menahan rasa takut dan ngeri. Sean betul juga. Apa yang akan terjadi padanya jikalau itu semua benar adanya?
"Bolehkah?" tawar Sean setelah meletakkan gelas kosong pada pelayan keliling lainnya. Ia ingin Sunny menggandeng lengannya. Selayaknya pasangan undangan.
Sunny berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Tidak akan ada yang salah menggandeng lengan lelaki dalam balutan jas tuksedo ini, pikirnya kembali. Tanpa pikir panjang ia ikut meneguk isi di dalam gelasnya sampai habis dan meletakkannya di sebuah meja terdekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Future Empath
FanfictionPernahkah kau bertemu dengan seseorang yang ternyata sangat perhatian kepadamu, karena ia bilang ia benar - benar bisa MERASAKAN-mu? Sunny harus berjuang, dari seorang wanita ibu rumah tangga biasa, menjadi... Seorang Empath.